Advertisement

95 Persen Dividen BUMN Hanya Disumbang Delapan Perusahaan

Newswire
Rabu, 19 November 2025 - 19:47 WIB
Sunartono
95 Persen Dividen BUMN Hanya Disumbang Delapan Perusahaan Kantor Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) di Jl.RP. Soeroso, Menteng, Jakarta. Antara - Muhammad Heriyanto

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Chief Investment Officer (CIO) Danantara Pandu Sjahrir mengungkap 95 persen setoran dividen BUMN berasal dari hanya delapan perusahaan, menunjukkan ketimpangan serius.

Menurut Pandu, ada 1.060 entitas di bawah Danatara. Namun demikian, dirinya menilai struktur pendapatan dividen BUMN saat ini masih sangat timpang.

Advertisement

"Dari 1.060 perusahaan yang ada di bawah Danantara, 95 persen dividen itu hanya datang dari delapan perusahaan. Kurang dari 1 persen," ujar Pandu, Rabu (19/11/2025).

Kondisi itu menunjukkan ketergantungan yang sangat tinggi pada segelintir perusahaan pelat merah sebagai penyumbang utama keuntungan. Sedangkan sebanyak 52 persen perusahaan BUMN, menurut dia, tercatat merugi dan berkontribusi sangat minim terhadap penerimaan negara.

Ketimpangan tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi Danantara untuk memperbaiki struktur portofolio BUMN. Karena itu, ia mengatakan restrukturisasi dan konsolidasi dinilai menjadi langkah yang tidak bisa dihindarkan.

Guna menjawab persoalan itu, Pandu mengatakan Danantara kini mendorong konsolidasi entitas BUMN yang memiliki lini bisnis serupa. Langkah tersebut diyakini dapat meningkatkan efisiensi, memperbaiki tata kelola, hingga menciptakan perusahaan yang lebih besar dan kompetitif di tingkat regional.

"Contohnya, asset management. Kita dari delapan [asset management] akan ubah jadi satu. Itu akan menjadi asset management terbesar di Indonesia dan yang bisa bersaing di skala regional," katanya, menjelaskan. 

Contoh lainnya, Pandu menyoroti sektor kesehatan yang turut menjadi fokus pembenahan Danantara. Banyak rumah sakit milik Pertamina dan BUMN lain yang selama ini beroperasi sendiri-sendiri dan mencatatkan margin laba rendah.

Padahal, saat ini margin EBITDA rumah sakit BUMN hanya sekitar delapan persen, jauh tertinggal dari standar industri yang mencapai 40 persen.

"Kita punya Pertamina [yang] punya rumah sakit banyak sekali. Bisnisnya oil and gas, (tapi) kita punya rumah sakit. Itu sekarang kita speed up, kita bikin Danantara Hospital Group yang sebenarnya by number of beds and hospital terbesar di Indonesia," ujar dia.

Melalui contoh konsolidasi di bawah Danantara Hospital Group dan penunjukan manajemen profesional, Pandu mengatakan optimistis margin bisa meningkat signifikan.

"Kalau kita satuin, terus kita cari orang yang memang fokusnya membangun rumah sakit berskala internasional, yakin lah margin-nya bisa naik. Ya paling tidak 20 persen tahun pertama, terus bisa 40 persen tahun kemudian. Itu langsung value bisa naik 5-6 kali lebih," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

DPAD DIY Dorong Masyarakat Peduli dan Lestarikan Arsip

DPAD DIY Dorong Masyarakat Peduli dan Lestarikan Arsip

Jogja
| Rabu, 19 November 2025, 21:27 WIB

Advertisement

Bromo Tutup saat Wulan Kapitu, Ini Jadwal dan Aksesnya

Bromo Tutup saat Wulan Kapitu, Ini Jadwal dan Aksesnya

Wisata
| Selasa, 18 November 2025, 20:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement