Advertisement
Lima Darurat! Militer Peru Atasi Kriminalitas dan Demo Gen-Z
Foto ilustrasi demonstrasi. / Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, LIMA–Presiden Interim Peru, Jose Jeri, mengumumkan penetapan keadaan darurat di ibu kota Lima dan kota pelabuhan Callao selama 30 hari. Keputusan ini diumumkan Jeri pada Selasa (21/10) dan mulai berlaku efektif pada Rabu (22/10).
Penetapan status darurat ini memberikan wewenang kepada angkatan bersenjata untuk membantu kepolisian dalam menjaga ketertiban umum dan memberantas tingginya angka kriminalitas di negara tersebut.
Advertisement
Dalam pernyataan yang disiarkan televisi nasional, Jeri menegaskan bahwa Peru sedang berjuang keras melawan kejahatan demi mengembalikan kedamaian dan kepercayaan rakyat.
"Perang dimenangkan dengan tindakan, bukan dengan kata-kata. Kita beralih dari pertahanan ke penyerangan dalam perang melawan kejahatan. Ini merupakan pertarungan yang akan memungkinkan kita untuk memulihkan kedamaian, ketenangan, dan kepercayaan jutaan rakyat Peru," ujar Jeri, seperti dikutip dari Anadolu Agency.
BACA JUGA
Selama masa keadaan darurat ini, militer dan polisi memiliki hak untuk menekan dan membubarkan demonstrasi. Kondisi ini dikhawatirkan oleh para analis dapat mengekang perbedaan pendapat dan kebebasan sipil.
Kekhawatiran tersebut muncul karena Peru dilanda gelombang protes besar-besaran dalam beberapa pekan terakhir. Salah satunya, demonstrasi yang didominasi oleh generasi muda (Gen Z) yang menuntut agar Jeri segera mundur dari jabatannya.
Aksi protes ini merupakan perluasan dari demo-demo sebelumnya yang menentang undang-undang yang mewajibkan pekerja ikut dana pensiun, serta protes atas maraknya kejahatan terorganisir di Peru.
Sejak menjabat pada 10 Oktober lalu, menyusul pemecatan Dina Boluarte, Presiden Jeri telah mengambil serangkaian tindakan tegas terkait keamanan publik. Langkah-langkah tersebut mencakup kunjungan ke penjara hingga berpartisipasi dalam operasi kepolisian.
Keputusan penetapan keadaan darurat ini didorong oleh kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap keamanan. Berdasarkan data dari National Institute of Statistics and Informatics (INEI), 59 persen warga Peru menyatakan bahwa kejahatan adalah masalah paling utama di negara mereka. Data juga mencatat, kasus-kasus pemerasan telah mengakibatkan sedikitnya 180 orang meninggal dunia di Peru.
Sebelumnya, Reuters menyebut demonstrasi yang dipimpin oleh Generasi Z (Gen Z) di Peru, yang menuntut pengunduran diri Presiden Interim Jose Jeri, memiliki latar belakang yang kompleks dan merupakan akumulasi dari beberapa isu besar.
Selain kriminalitas dan ketidakamanan publik, muncul krisis politik dan kekecewaan terhadap elit. Hal ini ditambah dengan kebijakan Kongres yang mengizinkan penarikan dana pensiun swasta dan mengesahkan undang-undang yang mewajibkan pekerja muda bergabung ke dana pensiun swasta.
Generasi muda merasa dirugikan oleh sistem pensiun yang baru ini, terutama mengingat kondisi kerja yang sering kali tidak aman dan tidak stabil. Mereka menyoroti ketidakadilan sistem pensiun yang disahkan oleh Kongres.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
9 Desa Wisata Pilihan untuk Liburan Akhir Tahun di Indonesia
Advertisement
Berita Populer
- MBG DIY Libatkan Lumbung Mataraman Bisa Jadi Contoh Nasional
- BLT Kesra Jangkau 92.000 Warga Kurang Mampu di Temanggung
- Kadin DIY Galang Dana dan Magang untuk Korban Banjir Sumatera
- Mabes Polri Larang Pesta Kembang Api Tahun Baru, Ini Alasannya
- THE 1O1 Yogyakarta Tugu Tegaskan Komitmen Pariwisata Berkelanjutan
- Kasasi Ditolak, Lurah Sampang Gunungkidul Dieksekusi 2 Tahun Penjara
- Perpustakaan Umum Bantul Raih Predikat A Akreditasi
Advertisement
Advertisement




