Advertisement
Korban Gempa Myanmar Butuh Obat-obatan, Air Bersih hingga Tempat Tinggal

Advertisement
Harianjogja.com, MYANMAR-Warga Myanmar yang menjadi korban gempa bumi membutuhkan obat-obatan, makanan, dan tempat tinggal. Kantor Kemanusiaan PBB (OCHA) dalam konferensi pers di Jenewa mengatakan waktu untuk respons untuk pencarian semakin sempit karena sudah 72 jam berlalu. Itu berarti jumlah korban yang terdampak dan korban jiwa diperkirakan akan meningkat, kata Koordinator Kemanusiaan OCHA untuk Myanmar, Marcoluigi Corsi.
"Tempat tinggal, makanan, air bersih, dan perlengkapan rumah tangga penting semakin terbatas. Beberapa orang di daerah terdampak menghabiskan malam di tempat terbuka... karena [tidak ada] listrik dan tidak ada air mengalir," kata Marcoluigi, Selasa (1/4/2025).
Advertisement
Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Fernando Thushara di Myanmar mengatakan rumah sakit di negara tersebut kewalahan dengan jumlah pasien dan persediaan medis hampir habis, serta terjadi kekurangan air bersih dan bahan bakar.
BACA JUGA : Antrean di Pintu Tol Klaten Mengular hingga 1 Kilometer
Wakil Perwakilan UNICEF, Julia Rees, mengatakan: "Kebutuhan sangat besar dan terus meningkat setiap jam. Waktu untuk respons penyelamatan semakin menipis. Di seluruh daerah terdampak, keluarga-keluarga menghadapi kekurangan akut air bersih, makanan, dan pasokan medis."
Rees mencatat bahwa bahkan sebelum gempa, lebih dari 6,5 juta anak di Myanmar sudah membutuhkan bantuan kemanusiaan, dan satu dari tiga pengungsi di negara itu adalah anak-anak.
"Sekarang, gempa ini telah menambah lapisan krisis baru — mendorong keluarga-keluarga yang sudah rentan melewati batas mereka," katanya.
Ia menggarisbawahi bahwa situasinya mengerikan dan suhu di negara itu sangat panas, sehingga kebutuhan yang paling penting adalah air. Ia juga menyoroti bahwa pipa air dan septic tank telah rusak. Badan Pengungsi PBB (UNHCR) menyatakan situasi di Myanmar merupakan krisis kemanusiaan tingkat tertinggi dan “kami belum pernah melihat tragedi dan kehancuran seperti ini di Myanmar dalam beberapa tahun terakhir."
Juru bicara UNHCR, Babar Baloch, mengatakan bahwa saat ini badan tersebut sedang mengidentifikasi kebutuhan kritis di wilayah yang paling terdampak, yaitu Mandalay, Magway, dan Sagaing. "Kebutuhan paling mendesak adalah mengerahkan tempat tinggal dan barang bantuan ke daerah terdampak," kata Baloch. “Penting juga untuk memantau risiko terkait ranjau, pemisahan keluarga, perlindungan anak, dan kekerasan berbasis gender,” katanya.
Badan-badan PBB juga menyoroti pentingnya pendanaan darurat, menyebutnya sebagai "hal yang sangat krusial untuk menyelamatkan nyawa."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Mantan Presiden AS Joe Biden Didiagnosis Kanker Prostat, Sudah Menyebar ke Tulang
- Tiga Remaja yang Tenggelam di Danau Toba Ditemukan Meninggal Dunia
- Sore Ini, Misa Pelantikan Paus Leo XIV Digelar
- Temuan Grup Kekerasan Seksual Inses di Facebook, Komnas Perempuan Minta Polisi Usut Tuntas
- Kasus TBC di Jakarta Dilaporkan Melonjak, Gubernur Pramono Anung Tolak Komentar Berlebihan
Advertisement

Pemkab Gunungkidul Alokasikan Rp2,2 Miliar untuk Biayai Program Kesetaraan Pendidikan
Advertisement

Berikut Sejumlah Destinasi Wisata Berbasis Pedesaan di Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Penjelasan Jubir Istana Terkait TNI Jaga Kejaksaan
- Diterjang Tornado, 21 Orang di Missouri dan Kentucky Meninggal
- Gempa Lombok Terasa Sampai Bali
- Menhut Raja Juli Ungkap Alasan Pembatasan Jumlah Pendaki Gunung Rinjani
- Polisi Ungkap Peran Pengurus Kadin Cilegon Saat Memalak dan Meminta Proyek Rp5 Triliun
- Kecelakaan Jalan Tol Jagorawi, 2 Orang Terluka
- Sindikat Joki UTBK-SNBT Terbongkar, Polisi Tangkap 3 Tersangka Baru
Advertisement