Advertisement

Alasan Menteri Israel Benny Gantz Mundur dari Kabinet Netanyahu

Oktaviano DB Hana
Senin, 10 Juni 2024 - 08:47 WIB
Sunartono
Alasan Menteri Israel Benny Gantz Mundur dari Kabinet Netanyahu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu / Antara

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Menteri Israel Benny Gantz dalam kabinet perang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengundurkan diri pada Minggu (9/6/2024). Hal itu diketahui menjadi sinyal darurat bagi kabinet darurat Netanyahu.

Dilansir Reuters, Senin (10/6/2024), Gantz menilai Netanyahu telah mencegah Israel maju menuju kemenangan sejati. Alasannya, langkah politis telah mengaburkan keputusan strategis yang menentukan dalam kabinet PM Israel tersebut.

Advertisement

Gantz mengakui pengunduran diri saat para sandera masih berada di Gaza dan tentara masih bertempur di Palestina merupakan keputusan yang sangat menyakitkan. Apalagi, Gantz, sebagai seorang mantan jenderal, bergabung dengan kabinet perang Netanyahu sesaat setelah serangan Hamas terjadi pada 7 Oktober. Gantz bersama Netanyahu sebagai PM Israel dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant merupakan anggota yang mempunyai hak suara dalam kabinet perang ‘darurat’.

“Saya mendapat kehormatan bersama teman-teman saya untuk membawa semua pengalaman yang kami miliki ke Kabinet. Saya tahu bahwa orang-orang lain yang tinggal terutama Yoav Gallant dan Perdana Menteri [Netanyahu] sendiri tahu apa yang harus dilakukan. Mudah-mudahan mereka akan tetap berpegang pada apa yang mereka lakukan, harus dilakukan dan semuanya akan baik-baik saja," jelas Gantz dalam konferensi pers.

Pada Mei lalu, Gantz telah memberikan kepada Netanyahu tenggat waktu pada 8 Juni untuk menghasilkan strategi pascaperang yang jelas bagi Gaza. Namun, Netanyahu langsung menepis ultimatum tersebut.

Berdasarkan laporan Reuters, pengunduran diri Gantz, yang juga berarti berpalingnya partai garis tengah, tidak akan menimbulkan ancaman langsung terhadap pemerintah Israel. Namun, pengunduran diri Gantz disebut bisa menimbulkan dampak yang serius.

Pasalnya, tanpa Gantz dan aliansi garis tengah, Netanyahu akan bergantung pada kelompok garis keras di tengah situasi tanpa adanya tanda-tanda berakhirnya perang di Gaza. Sebaliknya, ada kemungkinan terjadi peningkatan pertempuran dengan Hizbullah Lebanon.

“Hal ini kemungkinan akan meningkatkan ketegangan yang sudah terlihat dalam hubungan dengan AS dan mengintensifkan tekanan publik di dalam negeri, karena perang masih belum mencapai tujuan yang telah ditetapkan–penghancuran Hamas dan kembalinya lebih dari 100 sandera yang tersisa di Gaza,” tulis Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Kembangkan Klaster Herbal, Kelurahan Rejowinangun Gelar Pelatihan Pembuatan Jamu

Jogja
| Minggu, 23 Juni 2024, 21:37 WIB

Advertisement

alt

Inilah Rute Penerbangan Terpendek di Dunia, Naik Pesawat Hanya Kurang dari 2 Menit

Wisata
| Sabtu, 22 Juni 2024, 11:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement