Advertisement
Polusi Udara Jadi Faktor Risiko Peningkatan Kasus Pneumonia

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Polusi udara menjadi salah satu faktor risiko peningkatan kasus pneumonia (infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang hingga paru-paru). Hal tersebut disampaikan oleh spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan dr. Agus Dwi Susanto.
"Kalau dilihat dari angka memang terjadi peningkatan, seiring dengan peningkatan partikel polutan PM 2,5. Nah terkait ada hubungannya atau tidak, pneumonia salah satu faktor risikonya yakni polusi, angkanya sekitar 20-25 persen, sedangkan yang lain faktor risikonya bukan polusi," kata Agus dikutip dari Antara, Senin (11/9/2023).
Advertisement
Ia menjelaskan, peningkatan kasus pneumonia yang ada tidak serta merta bisa dikaitkan dengan polusi, tetapi polusi berkontribusi terhadap peningkatan kasus, baik pada anak maupun dewasa.
Untuk itu, Agus berpesan kepada masyarakat agar melakukan pencegahan dengan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), serta mengenakan masker saat keluar rumah.
Baca juga: Layanan Adopsi Anak Banyak Peminat, Dinsos DIY: Perhatikan Syaratnya
"Masyarakat harus memahami pencegahan untuk mengurangi risiko terpapar polusi, yakni dengan PHBS, penggunaan masker, mengurangi aktivitas di luar bila polusi sedang tinggi, dan yang terpenting mengenali gejala sedini mungkin, karena kalau sudah dikenali bisa segera diobati sehingga cepat sembuh," ujar dia.
Ia juga menekankan pentingnya orang tua mengawasi gejala-gejala gangguan pernafasan yang muncul pada bayi di bawah lima tahun (balita).
"Orang tua perlu mengawasi gejala-gejala gangguan pernafasan yang muncul, kalau ada gejala segera ke dokter untuk penanganan lebih lanjut," ucap dia.
"Juga perkuat dengan menjalankan protokol kesehatan di masa polusi, kalau membawa anak keluar rumah pakai masker, dan kurangi aktivitas keluar rumah apabila tidak begitu penting," imbuhnya.
Sebelumnya, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi memaparkan kasus pneumonia meningkat pada awal September 2023, dan sebagian besar menyerang bayi di bawah lima tahun (balita), yakni sebesar 55 persen.
“Hingga saat ini, proporsi kasus ISPA secara keseluruhan masih didominasi usia produktif (17-50 tahun), tetapi kalau masalah pneumonia itu lebih banyak balita, 55 persen, karena balita kan pendek saluran pernafasannya, jadi lebih rentan terkena pneumonia,” kata Imran.
Data kasus pneumonia menunjukkan Jakarta Barat dengan kasus paling tinggi per Rabu (6/9/2023) yakni sebanyak 84 kasus, disusul Kota Bogor 79 kasus, dan Kabupaten Tangerang 36 kasus. Kabupaten Bogor sempat mencatat kenaikan kasus pneumonia tertinggi pada Senin (4/9/2023) yakni sebanyak 192 kasus.
Strategi Kemenkes
Untuk itu, Kemenkes mengeluarkan strategi 6M dan 1S untuk menjaga kesehatan ketika polusi sedang tinggi. "M" yang pertama yakni memeriksa kualitas udara melalui aplikasi atau situs web. Kedua, mengurangi aktivitas luar ruangan dan menutup ventilasi rumah, kantor, sekolah, dan tempat umum di saat polusi udara tinggi.
Kemudian, "M" yang ketiga yakni menggunakan penjernih udara dalam ruangan. Keempat, menghindari sumber polusi dan asap rokok, kelima, menggunakan masker saat polusi udara tinggi, serta melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Sedangkan untuk "S", yakni segera konsultasi secara daring atau luring dengan tenaga kesehatan jika muncul keluhan pada saluran pernapasan.
Kemenkes juga telah melakukan upaya pemantauan kualitas udara, diantaranya melengkapi 674 puskesmas di Jabodetabek dengan perangkat Air Quality Monitoring System (AQMS), melengkapi laboratorium rujukan, serta menyiapkan mobile lab untuk identifikasi jenis dan sumber polutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Harga Tiket Mendaki Gunung Fuji Jepang Kini Naik Dua Kali Lipat
- Pemerintah Sebut Makan Bergizi Gratis Telah Menjangkau 5,58 Juta Orang
- Pemilu dan Pilkada Diputuskan Diadakan Terpisah, DPR Pertanyakan Posisi Mahkamah Konstitusi
- Terungkap, Mantan Wali Kota Semarang Mbak Ita Melarang Pegawai Bapenda Hindari Panggilan KPK
- Sidang Suap Mantan Wali Kota Semarang, Kepala Bapenda Setor Rp1,2 Miliar ke Mbak Ita
Advertisement

a New Chapter Of Excellence: Fresh Look , Better Service , Four Star Standart
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Duh! 20 Persen Anak SLTA Putus Sekolah
- Pasangan Gay di Lamongan Dicokok Polisi Karena Bikin Konten Pornografi di FB-MiChat
- Sidang Suap Mantan Wali Kota Semarang, Kepala Bapenda Setor Rp1,2 Miliar ke Mbak Ita
- Menteri PANRB Tegaskan ASN Tak Boleh WFA, yang Diperbolehkan FWA
- Terungkap, Mantan Wali Kota Semarang Mbak Ita Melarang Pegawai Bapenda Hindari Panggilan KPK
- Pemilu dan Pilkada Diputuskan Diadakan Terpisah, DPR Pertanyakan Posisi Mahkamah Konstitusi
- Pemerintah Janjikan Seluruh Sekolah Rakyat Terkoneksi Internet, Koneksi Perdana di Bantul dan Sleman
Advertisement
Advertisement