Advertisement
Beri Kode OPEC, Arab Saudi Pangkas Produksi Minyak
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Arab Saudi menjanjikan pengurangan produksi minyaknya secara sukarela, sebagai bagian pemangkasan pasokan dari negara anggota OPEC+.
Salah satu sumber Reuters seperti dikutip pada Minggu (4/6/2023) menyebutkan, kebijakan itu diambil oleh Arab Saudi lantaran dunia sedang dibayangi oleh pelemahan harga minyak dan kelebihan pasokan di pasar global.
Advertisement
Sumber tersebut juga mengatakan, kesepakatan pemangkasan produksi minyak juga diperoleh dari para negara anggota OPEC+ setelah melalui perundingan selama tujuh jam pada Minggu (4/6/2023), di Wina, Austria.
Adapun, dua sumber OPEC+ mengatakan kelompok tersebut kemungkinan akan mempertahankan perjanjian pengendalian produksi yang ada pada 2023 dan melakukan pemotongan produksi tambahan pada tahun 2024.
Namun demikian, belum jelas kapan Arab Saudi akan mulai melakukan pemangkasan produksi secara sukarela termasuk yang dilakukan oleh OPEC+ secara keseluruhan.
Seperti diketahui OPEC+, yang mengelompokkan negara eksportir minyak seperti, Aljazair, Angola, Arab Saudi, Gabon, Guinea Khatulistiwa, Iran, Irak, Kongo, Kuwait, Libya, Nigeria, Uni Emirat Arab (UEA), dan Venezuela dan ditambah dengan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia. Kelompok negara tersebut memasok sekitar 40 persen minyak mentah dunia.
Sebelumnya, empat sumber yang mengetahui diskusi OPEC+ itu mengatakan kepada Reuters bahwa pengurangan produksi tambahan sedang dibahas untuk pertemuan hari ini. "Kami sedang mendiskusikan paket lengkap [perubahan kesepakatan]," kata salah satu dari empat sumber.
Tiga dari empat sumber mengatakan pemotongan bisa berjumlah 1 juta barel per hari di atas pemotongan yang ada sebesar 2 juta barel per hari dan pemotongan sukarela sebesar 1,6 juta barel per hari, yang sebelumnya diumumkan secara mengejutkan pada April lalu dan mulai berlaku pada bulan ini.
Pengumuman April membantu mendorong harga minyak sekitar US$9 per barel lebih tinggi di atas US$87, yang kembali landai di tengah kekhawatiran tentang pertumbuhan dan permintaan ekonomi global. Pada Jumat, patokan internasional Brent menetap di US$76 per barel.
Jika disetujui, pemotongan baru akan membuat total volume pengurangan menjadi 4,66 juta barel per hari, atau sekitar 4,5 persen dari permintaan global.
Biasanya, pemotongan produksi berlaku sebulan setelah disetujui, tetapi para menteri juga dapat menyetujui implementasi selanjutnya. Mereka juga dapat memutuskan untuk mempertahankan produksi tetap stabil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Reuters
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus
- Meningkatkan Perlindungan dari Penyakit Menular, Jemaah Calon Haji Disarankan Vaksin
- Dugaan Pelanggaran Wewenang, Wakil Ketua KPK Laporkan Anggota Dewas
- 66 Pegawai KPK Pelaku Pungutan Liar di Rumah Tahanan Dipecat
- Wapres Maruf Amin Sebut Tak Perlu Ada Tim Transisi ke Pemerintahan Prabowo-Gibran
Advertisement
Pj Walikota Jogja Singgih Raharjo Maju Pilkada, Begini Respons Pemda DIY
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Jusuf Kalla Ingatkan Prabowo Pentingnya Oposisi
- Surya Paloh Temui Prabowo di Kartanegara
- Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng
- BKKBN-TNI AD Kolaborasi Membangun Sumber Air Bersih Guna Turunkan Stunting
- Penetapan Caleg Terpilih di DIY Menunggu BRPK Mahkamah Konsitusi
- Surya Paloh Enggan Jadi Oposisi dan Pilih Gabung Prabowo, Ini Alasannya
- Izin Tinggal Peralihan Jembatani Proses Transisi Izin Tinggal WNA di RI
Advertisement
Advertisement