Advertisement
Data Nasabah Diduga Bocor, Apakah BSI Dapat Dijerat Sanksi UU Perlindungan Data Pribadi?

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Data nasabah milik PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI diduga telah tersebar secara publik pada situs dark web sejak, Selasa (16/5/2023). Di sisi lain, Indonesia mempunyai Undang-Undang (UU) Perlindungan Data Pribadi (PDP) yang telah disahkan pada September tahun lalu.
BACA JUGA: Berdiri di Atas Tanah Kas Desa, Satpol PP DIY Segel Perumahan Kandara Village
Advertisement
Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, Pratama Persadha mengatakan mengacu pada regulasi yang sudah disahkan itu, apabila BSI terbukti bersalah, BSI bisa mendapatkan sanksi administratif sesuai dengan Pasal 57 UU PDP.
BSI mendapatkan peringatan tertulis, penghentian sementara kegiatan pemrosesan data pribadi, penghapusan atau pemusnahan data pribadi, serta denda administratif maksimal 2 persen dari pendapatan tahunan atau penerimaan tahunan terhadap variabel pelanggaran.
Selain itu, ada Pasal 70 UU PDP terkait ketentuan pidana. Dalam ketentuan itu, apabila tindak pidana dilakukan oleh korporasi, maka pidana dapat dijatuhkan kepada pengurus, pemegang kendali, pemberi perintah, pemilik manfaat, dan/atau korporasi.
Sementara, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya pidana denda. Kemudian, pidana denda yang dijatuhkan kepada korporasi paling banyak 10 kali dari maksimal pidana denda yang diancamkan.
"Namun sangat disayangkan hal tersebut [sanksi] belum bisa dilakukan pada saat ini," kata Pratama kepada JIBI pada Selasa (16/5/2023).
Penyebabnya, UU PDP baru akan berlaku penuh setelah 2 tahun disahkan atau tepatnya pada Oktober 2024. Selain itu, lembaga atau otoritas yang bertugas menyelenggarakan pelindungan data pribadi belum dibentuk. Lembaga ini nantinya berada di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden.
BACA JUGA: Berdiri di Atas Tanah Kas Desa, Satpol PP DIY Segel Perumahan Kandara Village
Peneliti teknologi informasi dari Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan meskipun belum berlaku, BSI mestinya tetap menangani indikasi kebocoran data pribadi nasabahnya mengacu pada UU PDP.
"Memang menjadi tugas penyelenggara sistem elektronik apabila data bocor. Berikan informasi ke nasabah agar nasabah tahu dan melakukan tindakan," katanya.
BSI juga menurutnya mesti melakukan audit secara menyeluruh data apa saja yang bocor. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), hingga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menurutnya harus terlibat.
Sebagaimana diketahui, kelompok ransomware LockBit pada pagi ini diduga telah menyebarkan 1,5 TB data nasabah dan karyawan BSI ke dark web. Data yang disebar hanya sebagian kecil, sedangkan data-data penting lainnya akan digunakan dalam eksploitasi selanjutnya.
Dalam tangkapan layar yang dibagikan di akun Twitter @darktracer_int, terdapat sejumlah data manajemen perseroan mulai dari regional chief executive officer (RCEO) hingga sekretaris perseroan. Ada juga sejumlah dokumen internal mulai dari retail banking data backup hingga database dokumen syarat akad tertanggal 19 April 2022.
LockBit sendiri telah mengaku menjadi dalang dari serangan siber pada sistem BSI. LockBit mengklaim telah mengantongi 15 juta data nasabah dan karyawan BSI. Kelompok peretas tersebut juga sebelumnya melakukan negosiasi tebusan selambat-lambatnya 72 jam sejak pemberitahuan diumumkan atau paling lambat pada 15 Mei 2023 kemarin.
BACA JUGA: Bakal Mengancam Bumi hingga 2024, Ini Penjelasan El Nino Pengaruhi Iklim
Pihak BSI telah memastikan kerahasiaan data nasabah dalam kondisi aman di tengah kabar dugaan kebocoran data. Corporate Secretary BSI Gunawan A. Hartono mengatakan hingga saat ini nasabah sudah dapat melakukan transaksi secara normal.
"Kami berharap nasabah tetap tenang karena kami memastikan data dan dana nasabah aman, serta aman dalam bertransaksi. Kami juga akan bekerja sama dengan otoritas terkait dengan isu kebocoran data,” kata Gunawan dalam keterangan tertulisnya.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan saat ini pihak OJK juga sedang melakukan pemeriksaan forensik berlanjut untuk kasus BSI. "Namun, belum bisa kita simpulkan apakah data yang keluar ini merupakan data valid BSI," katanya kepada JIBI pada Selasa (16/5/2023).
Sumber: bisnis.com
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 12 Juli 2025: Dari Tom Lembong Sampai Harganas
- Pangkas Birokrasi Federal, Donald Trump Pecat 1.300 Pegawai Departemen Luar Negeri
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Top Ten News Harianjogja.com, Jumat 11 Juli 2025: Dari Polda Jateng Grebek Pabrik Pupuk Palsu sampai Penemuan Mayat Pegawai Kemendagri
Advertisement

Pembangunan Tol Jogja-Solo Segmen Prambanan-Purwomartani Sesuai Rencana, Target 2026 Sampai Gerbang Tol Kalasan
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Sertipikat Elektronik Diterapkan Bertahap, Sertipikat Tanah Lama Tetap Berlaku
- BGN Minta Anggaran Makan Bergizi Gratis Ditambah Jadi Rp335 Triliun
- Polda Metro Jaya Targetkan Penyelidikan Kasus Kematian Diplomat Staf Kemenlu Rampung dalam Sepekan
- Hasil Penulisan Ulang Sejarah Bakal Diuji Publik 20 Juli 2025
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid Diduga Sudah Berada di Singapura, Kejagung Masukkan ke Daftar Cekal
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
Advertisement
Advertisement