Advertisement

Meneropong Sosok Potensial Cawapres Ganjar Pranowo

Nabil Syarifudin Al Faruq
Sabtu, 29 April 2023 - 22:07 WIB
Maya Herawati
Meneropong Sosok Potensial Cawapres Ganjar Pranowo Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) menyematkan peci kepada calon Presiden 2024 yang diajukan PDI Perjuangan Ganjar Pranowo (kanan) disaksikan Presiden Joko Widodo (kiri) di Istana Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat, Jumat (21/4/2023). PDI Perjuangan resmi menetapkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden 2024. ANTARA FOTO - Monang

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Setelah ditetapkan sebagai calon presiden (capres) oleh PDIP Perjuangan, kini Ganjar Pranowo harus memiliih cawapres agar bisa maju dalam bursa Pilpres 2024. Ada 4 sosok yang dinilai potensial menjadi cawapres, dari Mahfud hingga Sandiaga Uno.

Dilansir dari CNA, Sabtu (29/4/2023), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo perlu menemukan seseorang yang dapat meningkatkan peluangnya untuk memenangkan pilpres sambil mempertimbangkan kepentingan partai politik (parpol) yang mendukung pencalonannya.

Advertisement

BACA JUGA: Sabtu dan Minggu Tiket Kereta Api Jarak Jauh Ludes

Ganjar Pranowono, 54 tahun, seorang kader partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), sejauh ini memimpin dalam jajak pendapat, memenangkan dukungan antara 20 hingga 26 persen dari para capres yang disurvei.

Namun, saingan utamanya Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan, perlahan-lahan mengejar ketertinggalannya dengan perolehan suara antara 18 hingga 22 persen dan 16 hingga 18 persen.

"Tidak ada calon presiden yang tampaknya akan memenangkan pilpres dengan selisih yang bagus. Jadi semuanya tergantung pada siapa yang mereka pilih sebagai pasangannya,” ujar Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan.

Sejak Ganjar Pranowo diumumkan pada 21 April sebagai calon PDIP untuk Pilpres 2024, beberapa nama disebut-sebut sebagai capres. Daftar tersebut mencakup beberapa politisi dan birokrat paling terkemuka di Indonesia di antaranya adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mohammad Mahfud Mahmodin; Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil; Menteri Pariwisata Sandiaga Uno dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir.

Ganjar mengatakan kepada para wartawan pada 23 April bahwa dirinya siap bermitra dengan siapa pun, tetapi tentu akan ada perhitungannya.

Para analis mengatakan bahwa salah satu perhitungannya adalah seberapa baik calon wakilnya diterima oleh PDIP dan juga dua partai lain yang telah menyatakan dukungan mereka terhadap pencalonan Ganjar, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Seperti diketahui, PDIP memiliki kursi terbanyak di parlemen.

"Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah seberapa baik chemistry Ganjar dengan calon wakilnya. Hal ini penting karena tanpa hal tersebut, akan ada gesekan di kemudian hari jika Ganjar memenangkan kursi kepresidenan," kata Hanan.

Ganjar Pranowo juga perlu mempertimbangkan apakah calon wakilnya dapat membantu memperluas basis pemilihnya. Saat ini, kata Hanan, Ganjar terlihat sangat populer di kalangan pemilih di Jawa Tengah dan Jawa Timur, namun mungkin akan kesulitan untuk mendapatkan pendukung di provinsi-provinsi lain.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah apakah calon wakilnya memiliki kemampuan dan pengalaman teknokratis dan birokratis, ujar Direktur Eksekutif Lembaga Pemikir Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi.

"Namun popularitas adalah faktor yang paling penting, karena apa gunanya memiliki visi yang bagus atau kemampuan kepemimpinan yang baik jika anda kalah," kata Muhtadi.

Berikut beberapa nama yang mungkin maju sebagai cawapres Ganjar:

1. Mohammad Mahfud Mahmodin (Mahfud MD)

Mahfud, 65 tahun, adalah seorang cendekiawan Islam terkemuka yang pernah menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia sebelum bergabung dengan Kabinet Presiden Joko Widodo pada 2020. Dia merupakan anggota organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU), yang memiliki ribuan sekolah agama di seluruh Indonesia.

"Ganjar dianggap oleh publik sebagai seorang nasionalis karena partainya, PDIP, juga merupakan partai nasionalis. Memilih Mahfud sebagai cawapres akan memungkinkannya untuk merayu dukungan dari kalangan muslim religius, terutama [mereka yang berada di] NU," ujar Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan.

Direktur Eksekutif Lembaga Pemikir Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menambahkan, secara historis dalam pemilihan presiden, PDIP cenderung memilih tokoh-tokoh Islam sebagai cawapres untuk menyeimbangkan citra nasionalisnya.

Jokowi, yang berasal dari PDIP, memilih Jusuf Kalla, mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai pasangannya untuk masa jabatan pertamanya di 2014. Pada 2019, dia memilih Ma'ruf Amin, mantan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), untuk menjadi wakil presidennya.

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri juga memilih seorang cendekiawan Islam Hasyim Muzadi sebagai pasangannya ketika  mencalonkan diri untuk masa jabatan keduanya pada 2004. Megawati Sukarnoputri kalah dalam pemilu 2004 dari Susilo Bambang Yudhoyono yang kemudian menjadi presiden keenam Indonesia. Namun, Mahfud telah menguntit dalam jajak pendapat, mendapatkan dukungan lebih dari 2 persen dari pemilih yang disurvei.

2. Ridwan Kamil

Terlepas dari latar belakangnya sebagai seorang teknokrat, arsitek berusia 51 tahun ini berhasil menggalang dukungan dari beberapa partai Islam saat mencalonkan diri sebagai walikota di kota asalnya, Bandung, pada 2013 dan kemudian sebagai Gubernur Jawa Barat pada 2018.

Sejak menjadi gubernur, popularitas Ridwan Kamil terus meningkat dan beberapa pihak bahkan menyebutnya sebagai calon presiden atau wakil presiden. Ridwan Kamil secara konsisten menduduki peringkat keempat sebagai calon presiden terpopuler dalam berbagai survei dengan perolehan suara sebesar 9 persen.

Meski tertinggal jauh di belakang tiga kandidat teratas, dia memiliki keunggulan yang dapat berguna bagi Ganjar Pranowo.

"Ridwan Kamil sangat populer di kalangan pemilih di Jawa Barat dan Banten, sesuatu yang tidak dimiliki oleh Ganjar," ujar Direktur Eksekutif Lembaga Pemikir Charta Politika Yunarto Wijaya.

Namun, Ridwan Kamil, yang bergabung dengan Partai Golkar pada Januari, mengatakan bahwa dia akan mendukung keputusan partainya untuk mencalonkan ketua umum Golkar, Airlangga Hartarto, dalam pemilihan presiden 2024. Keputusan tersebut dibuat pada Maret lalu, beberapa bulan sebelum Ridwan Kamil bergabung.

Namun, para analis mengatakan bahwa Golkar dapat mencabut keputusan ini mengingat fakta bahwa Airlangga Hartarto tertinggal dalam jajak pendapat dengan kurang dari 1,5 persen suara.

3. Sandiaga Uno

Pengusaha berusia 53 tahun ini pertama kali memasuki dunia politik pada 2017 sebagai Wakil Gubernur Jakarta pada masa jabatan Anies Baswedan sebagai gubernur. Dia mengundurkan diri dari posisi ini pada 2019 untuk mencalonkan diri sebagai pasangan Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden.

Setelah Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno kalah dalam Pilpres 2019, Jokowi mengundang pasangan ini untuk bergabung dengan kabinetnya, dengan menunjuk mereka sebagai Menteri Pertahanan dan Menteri Pariwisata.

Dalam hasil jajak pendapat, popularitas Sandiaga Uno tidak terlalu jauh di belakang Ridwan Kamil dari Golkar.

"Sandiaga sudah memiliki brand, karena pernah menjadi calon wakil presiden pada 2019. Sandiaga kuat di daerah-daerah di mana Ganjar tidak kuat karena investasi elektoralnya pada 2019," ujar Wijaya.

Namun, Sandiaga Uno, yang secara resmi telah keluar dari Partai Gerindra akhir pekan lalu, saat ini tidak memiliki dukungan politik yang kuat. Dia saat ini sedang dalam pembicaraan dengan para pemimpin Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tentang kemungkinan dia bergabung dengan partai tersebut. 

4. Erick Thohir

Erick Thohir pertama kali memasuki dunia politik pada 2019 ketika dia menjabat sebagai manajer kampanye untuk pencalonan presiden kedua Jokowi. Setelah Jokowi memenangkan pemilu, pengusaha berusia 52 tahun ini ditunjuk sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara.

"Erick Thohir dapat mengkonsolidasikan mereka yang awalnya mendukung Jokowi (pada pemilihan terakhir) untuk mendukung Ganjar dalam pemilihan mendatang," kata Wijaya.

Erick Thohir, ketua Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), juga dapat membantu meningkatkan citra Ganjar di antara para penggemar sepak bola.

Ganjar baru-baru ini menjadi berita utama ketika ia secara terbuka menentang kehadiran skuad Israel di Piala Dunia U-20 yang seharusnya diadakan di Indonesia tahun ini. Pernyataan Ganjar, dan juga pernyataan serupa yang dibuat oleh Gubernur Bali, mengakibatkan FIFA mencopot status Indonesia sebagai tuan rumah. Kompetisi ini sekarang akan diselenggarakan di Argentina.

Sejak Indonesia kehilangan status tuan rumah, popularitas Ganjar tampaknya telah terpukul, dengan beberapa survei terbaru yang menempatkannya di posisi kedua di belakang Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

Namun, Erick Thohir tidak terlalu dikenal di luar komunitas bisnis dan sepak bola serta di kalangan pemilih terpelajar dan pemilih perkotaan. Meskipun masih berada di posisi 10 besar, popularitas Erick Thohir dalam jajak pendapat berada di belakang Ridwan Kamil, Sandiaga Uno dan Mahfud MD dengan kurang dari 2 persen pemilih yang disurvei mengatakan bahwa mereka akan mendukungnya.

Sebagai informasi, Ganjar Pranowo memiliki waktu hingga 25 November untuk memilih pasangannya. Tanggal tersebut merupakan hari terakhir masa pendaftaran calon presiden dan wakil presiden.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Lomba Dirikan Tenda Darurat Meriahkan HUT Ke-20 Tagana

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 16:47 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement