Advertisement
6 Warga Solo Meninggal Akibat DBD

Advertisement
Harianjogja.com, SOLO — Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo mencatat ada enam dari 129 warga yang terjangkit demam berdarah dengue atau DBD meninggal dunia.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan DKK Solo Tenny Setyoharini menjelaskan insiden rate DBD Solo mencapai 22,2/100.000 penduduk dengan case fatality rate 4,6 persen.
Advertisement
Namun Tenny tidak hafal ketika ditanya wilayah kelurahan mana yang paling banyak kasus serta golongan warga usia yang paling banyak terkena DBD dari 129 kasus tersebut di Solo.
“Upaya dari dinas kesehatan dari awal tahun sudah ada surat kepala dinas untuk kewaspadaan musim. Harus melakukan pemberantasan sarang nyamuk [PSN],” katanya saat ditemui wartawan di kantornya, Rabu (3/8/2022).
Dia menjelaskan masih ada curah hujan yang berpotensi risiko berkembangnya nyamuk Aedes aegypti yang menjadi vektor penularan DBD. Masyarakat harus melakukan PSN secara rutin.
Nyamuk penyebab DBD itu biasanya berkembang biak di air bersih dan bisa pula di tampungan air meskipun airnya sedikit. Berbagai upaya telah dilakukan dengan kegiatan promosi kesehatan melalui Puskesmas.
Selain itu DKK Solo melakukan kegiatan Jumat Sehat ke wilayah kelurahan setiap dua pekan, dan mengaktifkan kembali kegiatan kader juru pemantau jentik-jentik (jumantik). Hal itu sebagai upaya mencegah bertambahnya kasus DBD di kalangan warga Solo.
Kenali Gejalanya
Dia menjelaskan Jumat Sehat melibatkan warga, kader kesehatan, dan pemangku wilayah setempat untuk membahas masalah kesehatan setempat beserta solusinya.
Catatan Solopos.com - Jaringan Harianjogja.com, satu orang meninggal dunia akibat penyakit DBD di Kelurahan/Kecamatan Jebres, Solo, berdasarkan pemantauan dari awal tahun sampai 17 Maret 2022. Puluhan warga Kelurahan Jebres melakukan deklarasi di Taman Cerdas Kelurahan Jebres supaya tidak ada lagi kasus DBD dengan menggerakkan semua warga Jebres.
Lurah Jebres, Solo, Lanang Aji Laksito, mengatakan ada dua warga yang dilaporkan kena DBD. Keduanya adalah orang dewasa dan satu orang di antaranya meninggal dunia pada Februari lalu. “Rumah yang meninggal dunia ada pot-pot tanaman. Mungkin bisa untuk bertelur nyamuk,” katanya kepada Solopos.com.
Dia mengatakan warga perlu peduli dengan kesehatan dan mengenali gejala DBD supaya tidak terlambat penanganannya. Gejala DBD mirip dengan tifus.
Menurut dia, Kelurahan Jebres sudah memiliki kader jumantik serta program Pemberantasan Sarang Nyamuk Pemantauan Jentik Berkala (PSN PJB) Silang Antar-RW. Program tersebut sudah dijalankan sejak tahun lalu.
“Kader RW melakukan pemantauan jentik antar-RW. Kader tidak mengecek di RW-nya namun ke RW lain. Jadinya lebih objektif. Kader tidak mengenal rumah yang disurvei,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- BNN Ungkap Wilayah Pesisir dan Perbatasan Rawan Peredaran Narkoba, Begini Polanya
- Seorang Perawat Rumah Sakit di Cirebon Diduga Lecehkan Remaja Disabilitas, Polisi Periksa 11 Saksi
- Mensos Usahakan Siswa Lulusan Sekolah Rakyat Dapat Beasiswa
- Dukung Pengamanan Kejaksaan oleh TNI, Wakil Ketua Komisi 1 DPR: Untuk Efektifkan Penegakan Hukum
- Ledakan di Garut Tewaskan 13 Orang, Prosedur Pemusnahan Amunisi Harus Dievaluasi
Advertisement

Serap Gabah 111 Ribu Ton, Bulog Kanwil Jogja Sewa Gudang Tambahan
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- DPR RI Sorot Kecelakaan Tewaskan 11 Guru di Jalan Purworejo-Magelang
- Contraflow di Tol Jagorawi Dihentikan
- Jemaah Calon Haji di Makkah Tidak Dikelompokkan Berdasarkan Kloter Lagi, Ini Penjelasan Kemenag
- Terjadi Ledakan Amunisi di Pantai Cibalong Garut, 11 Orang Meninggal Termasuk Personel Militer
- Polda Jawa Barat Merilis 11 Nama Korban Ledakan Amunisi di Garut, Dua di Antaranya Anggota TNI
- Ribuan Orang Ditangkap Petugas Polda Jatim dalam Kasus Premanisme dan Kriminalitas Jalanan
- Ledakan di Pantai Garut, TNI Buka Suara dan Benarkan 13 Orang Meninggal Dunia
Advertisement