Advertisement
6 Warga Solo Meninggal Akibat DBD
Ilustrasi - Pixabay
Advertisement
Harianjogja.com, SOLO — Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo mencatat ada enam dari 129 warga yang terjangkit demam berdarah dengue atau DBD meninggal dunia.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan DKK Solo Tenny Setyoharini menjelaskan insiden rate DBD Solo mencapai 22,2/100.000 penduduk dengan case fatality rate 4,6 persen.
Advertisement
Namun Tenny tidak hafal ketika ditanya wilayah kelurahan mana yang paling banyak kasus serta golongan warga usia yang paling banyak terkena DBD dari 129 kasus tersebut di Solo.
“Upaya dari dinas kesehatan dari awal tahun sudah ada surat kepala dinas untuk kewaspadaan musim. Harus melakukan pemberantasan sarang nyamuk [PSN],” katanya saat ditemui wartawan di kantornya, Rabu (3/8/2022).
Dia menjelaskan masih ada curah hujan yang berpotensi risiko berkembangnya nyamuk Aedes aegypti yang menjadi vektor penularan DBD. Masyarakat harus melakukan PSN secara rutin.
Nyamuk penyebab DBD itu biasanya berkembang biak di air bersih dan bisa pula di tampungan air meskipun airnya sedikit. Berbagai upaya telah dilakukan dengan kegiatan promosi kesehatan melalui Puskesmas.
Selain itu DKK Solo melakukan kegiatan Jumat Sehat ke wilayah kelurahan setiap dua pekan, dan mengaktifkan kembali kegiatan kader juru pemantau jentik-jentik (jumantik). Hal itu sebagai upaya mencegah bertambahnya kasus DBD di kalangan warga Solo.
Kenali Gejalanya
Dia menjelaskan Jumat Sehat melibatkan warga, kader kesehatan, dan pemangku wilayah setempat untuk membahas masalah kesehatan setempat beserta solusinya.
Catatan Solopos.com - Jaringan Harianjogja.com, satu orang meninggal dunia akibat penyakit DBD di Kelurahan/Kecamatan Jebres, Solo, berdasarkan pemantauan dari awal tahun sampai 17 Maret 2022. Puluhan warga Kelurahan Jebres melakukan deklarasi di Taman Cerdas Kelurahan Jebres supaya tidak ada lagi kasus DBD dengan menggerakkan semua warga Jebres.
Lurah Jebres, Solo, Lanang Aji Laksito, mengatakan ada dua warga yang dilaporkan kena DBD. Keduanya adalah orang dewasa dan satu orang di antaranya meninggal dunia pada Februari lalu. “Rumah yang meninggal dunia ada pot-pot tanaman. Mungkin bisa untuk bertelur nyamuk,” katanya kepada Solopos.com.
Dia mengatakan warga perlu peduli dengan kesehatan dan mengenali gejala DBD supaya tidak terlambat penanganannya. Gejala DBD mirip dengan tifus.
Menurut dia, Kelurahan Jebres sudah memiliki kader jumantik serta program Pemberantasan Sarang Nyamuk Pemantauan Jentik Berkala (PSN PJB) Silang Antar-RW. Program tersebut sudah dijalankan sejak tahun lalu.
“Kader RW melakukan pemantauan jentik antar-RW. Kader tidak mengecek di RW-nya namun ke RW lain. Jadinya lebih objektif. Kader tidak mengenal rumah yang disurvei,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Libur Nataru, Jasa Foto Busana Jawa di Malioboro Diserbu Wisatawan
Advertisement
Menikmati Senja Tenang di Pantai Kerandangan Senggigi Lombok Barat
Advertisement
Berita Populer
- Celine Dion Parodikan The Grinch di Malam Natal
- Semifinal AFF U-19, Vietnam Siapkan Taktik Khusus Hadapi Indonesia
- Mobil Listrik Tiongkok Makin Mirip, Inovasi Dipertanyakan
- Libur Nataru 2025, Dishub Bantul Pastikan Angkutan Wisata Laik Jalan
- Dukungan Unik Fans H2H: Adopsi Orangutan Atas Nama Carmen
- BTNGM Berduka, Pendaki Kaltim Meninggal di Gunung Merbabu
- Thailand Kecam Serangan Roket Kamboja ke Desa Sipil
Advertisement
Advertisement



