Advertisement

Promo November

Perjalanan Perempuan Memperjuangkan Kesetaraan Gender Masih Banyak Tantangan

Media Digital
Selasa, 15 Maret 2022 - 14:27 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Perjalanan Perempuan Memperjuangkan Kesetaraan Gender Masih Banyak Tantangan Dalam rangka memeringati Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada tanggal 8 Maret, PPI Kobe dan KJRI Osaka berkolaborasi untuk menyelenggarakan talkshow dengan tema "Isu Kesehatan dan Pendidikan dari Perspektif Perempuan Indonesia di Jepang Barat". - Ist

Advertisement

Dalam rangka memeringati Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada tanggal 8 Maret, PPI Kobe dan KJRI Osaka berkolaborasi untuk menyelenggarakan talkshow dengan tema “Isu Kesehatan dan Pendidikan dari Perspektif Perempuan Indonesia di Jepang Barat”. Acara ini diselenggarakan pada 13 Maret 2022 secara daring melalui Zoom yang dapat diakses oleh masyarakat umum dari berbagai kalangan.

Lima orang narasumber perempuan dengan latar belakang berbeda dari bidang kesehatan dan sains dihadirkan dalam acara ini untuk berbagi pengalaman, motivasi, serta ide-ide yang menginspirasi perempuan di seluruh Indonesia untuk meraih kesetaraan dalam berbagai lini masyarakat.

Advertisement

Talkshow dibuka oleh Konsul Jenderal RI Osaka Diana E. S. Sutikno, S.I.P., M.Si., LLM yang menyatakan bahwa tidak hanya Hari Perempuan Internasional, hari-hari peringatan perempuan lain seperti Hari Kartini dan Hari Perempuan Indonesia yang khas di setiap negara merupakan momensejarah unik yang patut dirayakan sebagai gerakan perempuan di seluruh dunia.

Perjalanan perempuan dalam memperjuangkan kesetaraan gender dan mendapatkan pengakuan terhadap prestasi-prestasi yang dicapai perempuan di seluruh dunia, masih menemui banyak tantangan. Terlebih dalam situasi pandemi Covid-19, perempuan tidak hanya berperan sebagai bagian dari masyarakat yang terdampak, namun juga harus dilibatkan dalam pengambilan kebijakan yang terkait penanganan pandemi. Berbagai aspek substantif lain dalam kesetaraan gender masih menjadi isu yang perlu diperhatikan dan diperjuangkan karena kesetaraan merupakan hak konstitusional bagi seluruh perempuan Indonesia.

Ketua PPI Kobe, Martha Catalina Arianne Widodo, turut memberikan sambutan dalam talkshow ini. Martha mengemukakan bahwa kemajuan kesetaraan gender di Indonesia yang belum memenuhi ekspektasi, justru semakin rapuh dan rentan disalahgunakan akibat kurangnya pengetahuan mengenai hal tersebut. "Kesetaraan gender merupakan dasar pencapaian hak asasi manusia dan aspirasi yang bermanfaat bagi seluruh aspek masyarakat dan perlu diperjuangkan untuk melindungi dan mendukung perempuan," katanya dalam rilis yang diterima Harianjogja.com, Selasa (15/3/2022).

Sesi pertama talkshow mengenai bidang kesehatan dibawakan oleh Suwarti dan dr Ratoe Suraya, yang mempunyai latar belakang sebagai tenaga medis. Suwarti datang ke Jepang 14 tahun yang lalu dengan program G to G sebagai perawat Indonesia yang berkarir di Himeji. Dalam perjalanan karirnya, Suwarti bertugas di rumah sakit gawat darurat dan bahkan pernah bertugas sebagai tenaga medis yang menangani korban bencana tsunami di daerah Iwate. Motivasinya berkarir di Jepang adalah pengalaman dalam tindakan keperawatan dan teknologi yang lebih maju dibandingkan Indonesia. Selain itu, terdapat perbedaan sistem kerja antara Jepang dan Indonesia, yang lebih fleksibel dan memungkinkan perawat wanita di Jepang untuk lebih memperhatikan urusan rumah tangga.

Sementara itu, dr. Ratoe Suraya merupakan dokter yang meniti karir di bidang penelitian sebagai mahasiswa program doktoral di Kobe University. Dokter Ratoe yang berkecimpung dalam bidang respirologi, menekankan mengenai perbedaan penelitian bidang kesehatan di Jepang dibandingkan dengan Indonesia. Penelitan dasar, atau basic research, merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh praktisi klinis di Jepang dan sebaliknya, kurang berkembang di Indonesia. Hal ini menjadi motivasi bagi dr. Ratoe untuk mencari pengalaman penelitian sebanyak-banyaknya di Jepang dengan harapan dapat memajukan penelitian dasar di Indonesia.

Sesi kedua talkshow mengenai bidang pendidikan diisi oleh Titik Istirokhatun, S.T, M.Sc., dan Dr. Sastia Prama Putri.  Titik merupakan dosen jurusan Teknik Lingkungan di Universitas Diponegoro yang telah menempuh pendidikan master di Aachen, Jerman dan saat ini sedang menjalani program doktoral mengenai Teknologi Membran di Kobe Unversity.

Sementara itu, Dr. Sastia telah menjalani 17 tahun di Osaka University, dimulai sebagai mahasiswa S2 hingga menjadi Associate Professor wanita di bidang metabolomik. Titik dan Dr. Sastia berbicara mengenai stigma yang dihadapi perempuan, khususnya sebagai ilmuwan. Masih banyak tantangan yang dihadapi oleh perempuan, bahkan rasio peneliti wanita di seluruh dunia tidak lebih dari 30%. Ada banyak stereotype mengenai ilmuwan yang kemudian menghambat perjalanan wanita, termasuk fakta bahwa akses terhadap jenjang pendidikan tinggi merupakan privilege yang tidak mudah didapatkan oleh wanita. Namun, stigma-stigma tersebut cukup dipatahkan dengan kerja keras dan prestasi, serta ditunjukkan bukti-bukti bahwa perempuan juga dapat berdaya dalam bidang penelitian.

Konjen Diana juga menambahkan bahwa perempuan seringkali dihadapkan pada standar-standar yang lebih tinggi untuk dapat maju. Oleh karena itu, wanita masih perlu berupaya untuk mencapai kesetaraan dan hal ini memerlukan kolaborasi dari berbagai aspek.

Titik dan Dr. Sastia berpendapat bahwa selain berupaya membuktikan diri, perempuan juga harus mendapatkan dukungan dari keluarga dan lingkungan sehingga pada akhirnya perempuan dapat menjalankan multi peran tanpa harus memilih. Kunci untuk meraih kesuksesan dalam berbagai peran adalah kemampuan untuk mengatur skala prioritas, dengan mengutamakan pekerjaan-pekerjaan yang tidak dapat didelegasikan. Selain itu, perempuan harus memberikan yang terbaik dalam sebuah peran sehingga ketika menjalankan peran lain, akan mendapat dukungan dari support system yang ada.

Sesi ketiga bersama Ibu Dyah Larasari yang merupakan Koordinator Kebijakan Perlindungan Sosial di Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Republik Indonesia, menggarisbawahi banyaknya permasalahan terkait gender dalam berbagai bidang, contohnya kemiskinan ekstrem di Indonesia yang banyak ditemui pada rumah tangga dengan perempuan sebagai kepala keluarga. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Sabtu Malam, Jawal SIM Keliling di Kulonprogo di Alun-alun Wates Mulai Pukul 19.00 WIB

Kulonprogo
| Sabtu, 23 November 2024, 07:57 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement