Advertisement
WHO Sebut 7 Juta Orang Meninggal per Tahun Akibat Polusi Udara

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA-Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO melaporkan, bahwa polusi udara lebih berbahaya daripada yang diperkirakan sebelumnya sehingga memperketat tingkat aman polutan utama seperti nitrogen dioksida.
Diperkirakan tujuh juta orang meninggal sebelum waktunya setiap tahun akibat penyakit yang terkait dengan polusi udara, menurut WHO seperti dikutip BBC.com, Kamis (23/9/2021).
Advertisement
Negara berpenghasilan rendah dan menengah paling menderita, karena ketergantungan mereka pada bahan bakar fosil untuk pembangunan ekonomi, menurut organisasi itu.
WHO menempatkan polusi udara setara dengan merokok dan makan yang tidak sehat. Karena itu, badan PBB tersebut mendesak 194 negara anggotanya untuk monitoring emisi dan mengambil tindakan terhadap perubahan iklim, menjelang KTT COP26 pada bulan November.
Dekade demi dekade, batas jumlah polusi yang dianggap aman sedang diperketat.
Baca juga: Sleman Belum Berencana Terapkan PeduliLindungi di Lingkungan Pemerintahan
Bukanlah berita baru bagi orang yang menderita masalah jantung dan paru-paru bahwa partikel dan gas beracun dapat membahayakan orang pada tingkat yang jauh lebih rendah daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Perubahan pedoman itu berarti batas hukum Inggris untuk polutan paling berbahaya sekarang empat kali lebih tinggi dari tingkat maksimum yang direkomendasikan oleh WHO.
Masalahnya adalah polusi terburuk, yakni partikel kecil yang dapat terhirup ke dalam paru-paru, sangat sulit dihentikan.
Polusi berasal dari knalpot kendaraan dan pemanas sentral gas. Tapi partikel berbahaya juga dilepaskan ke udara dengan cara lain atau terbentuk di udara sebagai reaksi dengan bahan kimia lainnya.
Sumber partikel termasuk cat, cairan pembersih, dan pelarut selain jejak ban mobil yang aus di jalan atau rem kian membahayakan. Bahkan, mobil listrik pun belum dapat menawarkan solusi yang sempurna.
Berapa banyak orang yang tahu bahwa limbah pertanian juga mengeluarkan gas yang berkontribusi pada kematian di kota.
“Itulah mengapa saran baru ini sangat menantang bagi pemerintah. Jika Anda tinggal di kota, sangat sulit untuk menghindari polusi, betapapun kerasnya Anda mencoba,” menurut pernyataan WHO.
Pedoman baru, yang dirilis kemarin, membagi dua maksimum yang disarankan untuk paparan partikel kecil yang disebut PM2.5.
Partikel itu diproduksi dengan membakar bahan bakar di pembangkit listrik, pemanas domestik dan mesin kendaraan.
"Hampir 80 persen kematian yang terkait dengan PM2.5 dapat dihindari di dunia jika tingkat polusi udara saat ini dikurangi menjadi seperti yang diusulkan,” menurut badan itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Prabowo Setuju Pembentukan Dirjen Pesantren di Kemenag
- Sejarah Hari Santri 22 Oktober dan Fatwa Resolusi Jihad Hasyim Asyari
- Trump Soroti Logam Tanah Jarang, Fentanyl, Kedelai, dan Taiwan
- Isi Pidato Lengkap Prabowo di Sidang Satu Tahun Prabowo-Gibran
- Kemendagri Temukan Perbedaan Data Simpanan Pemda dan BI Rp18 Triliun
Advertisement

Bupati Halim Sebut Sampah Basah Hambat Kerja Mesin ITF Bawuran
Advertisement

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Truk Mengerem Mendadak, 5 Motor Terlibat Kecelakaan Beruntun
- KPK Panggil Tukang Cukur Langganan Lukas Enembe Sebagai Saksi
- Seribu Penari Topeng Ireng Temanggung Beraksi di Lapangan Petarangan
- Wamen Ossy: Tanah dan Ruang Jadi Instrumen Pemerataan Kesejahteraan
- Wamen Ossy: Tanah dan Ruang Jadi Instrumen Pemerataan Kesejahteraan
- Prediksi Persib Bandung vs Selangor Malaysia Malam Ini: Pemain, H2H
- Meriahkan 16 Tahun Perjalanan, ZAP Fest 2025 Sapa Kota Yogyakarta
Advertisement
Advertisement