Advertisement

Badai Matahari Berkecepatan 1,8 Juta Km per Jam Hantam Bumi

Syaiful Millah
Selasa, 04 Mei 2021 - 23:07 WIB
Budi Cahyana
Badai Matahari Berkecepatan 1,8 Juta Km per Jam Hantam Bumi Gambar lubang korona 13 Maret 2019. - Instagram @lapan_ri

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Peneliti antariksa menyebut sebuah lubang di wilayah ekuator atmosfer Matahari muncul. Lubang itu memuntahkan partikel Matahari dengan kecepatan 500 kilometer per detik atau 1,8 juta kilometer (km) per jam yang berada di jalur langsung mengarah ke Bumi. 

Aliran tersebut menghantam Bumi pada 2 Mei dan dapat memengaruhi teknologi satelit Bumi. Ini telah dikategorikan sebagai badai kelas G1 yang dapat menyebabkan fluktuasi jaringan listrik dan berdampak kecil pada operasi satelit. 

Advertisement

Dilansir dari Express UK, Selasa (4/5) Astronom Tony Phillips mengatakan badai geomagnetik kelas G1 kecil itu terjadi pada 2 Mei, ketika aliran angin matahari diperkirakan menghantam medan magnet Bumi. 

"Bahan gas tersebut mengalir lebih cepat dari 500 kilometer per detik dari lubang ekuator di atmosfer matahari," tulisnya di situs Space Weather. 

Sementara badai matahari ini sebagian besar tidak signifikan, beberapa ahli telah memperingatkan badai matahari besar hanyalah masalah waktu kapan datangnya saja. 

Seringkali, Matahari melepaskan suar yang pada gilirannya meledakkan energi ke luar angkasa. Beberapa dari semburan matahari ini dapat menghantam Bumi, tapi sebagian besarnya tidak berbahaya bagi planet. 

Namun, matahari juga dapat melepaskan semburan api yang sangat kuat hingga dapat melumpuhkan teknologi di Bumi. Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan bahwa ada siklus tertentu ketika matahari menyemburkan luapan besar. 

Dinyatakan bahwa Matahari rata-rata melepaskan semburan matahari ekstrem setiap 25 tahun, dengan yang terakhir menghantam Bumi tercatat terjadi pada tahun 1989 yang menyebabkan pemadaman listrik di Kanada. 

Selain itu, badai matahari hebat dapat merusak sistem satelit karena pemboman partikel matahari dapat memperluas magnetosfer bumi, sehingga mempersulit sinyal satelit untuk menembus. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

PENINGKATAN KAPASITAS SDM WISATA: Dispar DIY Gelar Pelatihan Penyelenggaraan Event

Jogja
| Rabu, 24 April 2024, 19:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement