Advertisement
Peneliti Sebut Tak Ada Perbedaan Signifikan Gejala Virus Corona Varian Lama dan Baru

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Perubahan genetik pada virus bukanlah hal baru, tapi mutasi virus corona baru telah menimbulkan kekhawatiran karena ancamannya terhadap vaksinasi.
Dilansir dari Express UK, Kamis (4/2) analisis baru pada data yang dikumpulkan dari aplikasi ZOE Covid Symptom Study diharapkan meredakan banyak ketakutan ini. Pasalnya, data tidak menunjukkan perbedaan signifikan pada gejala, tingkat keparahan, atau durasi yang disebabkan oleh mutasi baru.
Advertisement
Salah satunya yang paling terkenal adalah varian B.1.1.7, mutasi virus corona baru yang pertama kali ditemukan di Kent, Inggris. Pertama kali diidentifikasi pada September 2020, varian tersebut kini telah menyebar dengan cepat di Inggris dan banyak negara lain.
Temuan ini meyakinkan banyak ilmuwan, tapi masyarakat diminta tetap waspada. Claire Steves, peneliti dari King’s College London menggarisbawahi pentingnya menanggapi berbagai gejala yang mungkin terjadi. Dia menyoroti lima gejala virus yang umum terjadi pada varian lama dan baru.
“Penting untuk menekankan berbagai gejala yang dapat disebabkan oleh varian baru dan lama seperti sakit kepala dan sakit tenggorokan, selain tiga serangkai gejala klasik yakni batuk, demam, dan hilangnya indera perasa dan penciuman,” katanya.
Penelitian membandingkan varian lama dan baru
Untuk mengetahui apakah versi baru virus Kent memengaruhi gejala Covid-19 yang dialami orang, penelitian yang dipimpin oleh Sebastian Ourselin dan Claire Steves dari King’s College London menganalisis lebih dari 65 juta laporan kesehatan dari ZOE Covid Symptom Study pada periode 28 September hingga 27 Desember 2020.
Ini adalah periode ketika varian baru menyebar ke seluruh populasi, terutama di London, Inggris Tenggara, dan Inggris Timur. Hampir setengah juta pengguna melaporkan telah melakukan tes swab virus corona selama waktu itu dengan 55.192 melaporkan hasil positif.
Peneliti melihat berapa banyak orang yang melaporkan mengalami salah satu dari 14 gejala utama Covid-19, jumlah total gejala yang dilaporkan oleh setiap individu (indikator tingkat keparahan penyakit) dan apakah gejala itu berlangsung selama 28 hari atau lebih.
Mereka juga menghitung rawat inap yang dilaporkan sendiri dan kemungkinan kasus infeksi ulang yang terjadi, di mana seseorang melaporkan dua tes positif Covid-19 yang terpisah setidaknya dalam 90 hari terakhir.
Mereka kemudian mencocokkan informasi ini dengan perkiraan prevalensi varian baru di Skotlandia Wales dan tujuh wilayah NHS Inggris berdasarkan data dari program pengawasan genomik COG Inggris dan layanan pengujian kesehatan masyarakat.
Setelah menyesuaikan data dengan usia dan jenis kelamin serta suhu dan kelembapan setempat. Analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam jenis, jumlah, atau durasi gejala antara daerah dengan prevalensi B.1.17 tinggi dibandingkan dengan yang lebih rendah.
Tidak ada perbedaan juga dalam proporsi laporan rawat inap dan infeksi ulang. Para peneliti mengidentifikasi 249 kemungkinan kasus infeksi ulang selama masa penelitian, mewakili tingkat infeksi ulang 0,7 persen yang sebanding dengan penelitian pada varian virus sebelumnya.
“Ini adalah tanda positif bahwa kekebalan yang dibangun melalui vaksinasi terhadap varian yang lebih tua juga dapat melindungi mereka terhadap varian baru seperti B.1.1.7,” kata para peneliti. Hanya saja, varian baru memang dinyatakan lebih mudah menular dari varian sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- BNN Ungkap Wilayah Pesisir dan Perbatasan Rawan Peredaran Narkoba, Begini Polanya
- Seorang Perawat Rumah Sakit di Cirebon Diduga Lecehkan Remaja Disabilitas, Polisi Periksa 11 Saksi
- Mensos Usahakan Siswa Lulusan Sekolah Rakyat Dapat Beasiswa
- Dukung Pengamanan Kejaksaan oleh TNI, Wakil Ketua Komisi 1 DPR: Untuk Efektifkan Penegakan Hukum
- Ledakan di Garut Tewaskan 13 Orang, Prosedur Pemusnahan Amunisi Harus Dievaluasi
Advertisement

Korban Ledakan Amunisi Bogor Mendiang Kolonel Cpl Antonius Hermawan Dikenal Supel dan Cerdas
Advertisement

Destinasi Kepulauan Seribu Ramai Dikunjungi Wisatawan, Ini Tarif Penyeberangannya
Advertisement
Berita Populer
- Ledakan di Garut Tewaskan 13 Orang, Prosedur Pemusnahan Amunisi Harus Dievaluasi
- Dukung Pengamanan Kejaksaan oleh TNI, Wakil Ketua Komisi 1 DPR: Untuk Efektifkan Penegakan Hukum
- Polisi Tetapkan 5 Mahasiswa Sebagai Tersangka Perusakan saat Unjuk Rasa di Gedung DPR
- Mensos Usahakan Siswa Lulusan Sekolah Rakyat Dapat Beasiswa
- Seorang Perawat Rumah Sakit di Cirebon Diduga Lecehkan Remaja Disabilitas, Polisi Periksa 11 Saksi
- Sekeluarga Tertimbun Tebing Longsor di Samarinda, Dua Meninggal Dunia, 2 Masih dalam Pencarian
- Presiden Prancis Emmanuel Macron Dituduh Pakai Narkoba Saat ke Ukraina, Ini Tanggapan Kantor Kepresidenan
Advertisement