Advertisement
Keluarga Direnggut Wedhus Gembel saat Kondangan
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN - Erupsi Merapi kali ini mengarah ke barat daya. Terakhir kali, erupsi Merapi dengan arah yang sama terjadi pada 1994 silam. Sebanyak 65 warga Turgo menjadi korban keganasan wedhus gembel. Masih ada sejumlah penyintas peristiwa 27 tahun silam itu, salah satunya, Sukirno, seorang penjaga bunker Tunggularum yang berada di Dusun Tunggularum, Desa Wonokerto, Turi, Sleman. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Hafit Yudi Suprobo.
Sebuah gapura berdiri kokoh tak jauh dari bunker yang terletak di Dusun Tunggularum, Wonokerto, Turi, Sleman. Di sebelah timur gapura terdapat sebuah rumah sederhana dengan pepohonan yang rindang di sebelah kirinya. Seorang lelaki paruh baya beraju lengan panjang warna orange bertuliskan BPBD DIY, duduk sambil bercengkrama dengan anak dan istrinya. Secangkir kopi menjadi teman menghabiskan sore itu bersama dengan keluarga.
Advertisement
BACA JUGA: Merapi Berpotensi Erupsi Eksplosif, Ini Pernyataan BPPTKG
Pria itu bernama Sukirno yang merupakan salah satu penyintas erupsi Gunung Merapi pada 1994 silam. Saat kejadian itu, Sukirno kehilangan empat anggota keluarganya, dua mertua, istri, dan kedua anaknya. "Waktu tahun 1994 silam, tanggal 22 November 1994 sebenarnya sudah ada detik-detik Gunung Merapi akan meletus. Jam 7 pagi sebenarnya sudah merasakan hawa panas, kemudian jam pukul 11 lebih berapa menit itu sudah keluar abu vulkanik," ujar Sukirno di depan Bunker Tunggularum, Kamis (28/1) sore.
Saat peristiwa itu, Sukirno berusia sekitar 26 tahun. Pada waktu itu, ia sudah mempunyai seorang istri dan dua orang anak. Rencananya, pada saat kejadian Sukirno, istri dan anaknya berencana menghadiri pernikahan di Dusun Turgo, Purwobinangun, Pakem, Sleman. Waktu itu, ia berangkat ke resepsi pernikahan bersama keluarganya dengan menggunakan sebuah sepeda motor L2G Yamaha.
"Kebetulan yang nikah itu teman istri saya seorang guru di Dusun Tritis. Waktu mantenan itu kebetulan semua guru ikut. Kalau saya bukan seorang guru. Saya kan dulu perantau. Pernah di Banten, Palembang, dan pulang kembali ke Turgo sebelum erupsi 1994," jelasnya.
Sesampainya di tempat resepsi pernikahan, tidak ada suara gemuruh. Terlebih, saat itu tidak ada alat-alat teknologi canggih yang menjadi penanda bagi warga di lereng Gunung Merapi untuk bisa beradaptasi dengan aktivitas vulkanik Gunung Merapi. "Kalau dulu kan paling cuma ada bende sama kentongan. Saya baru sampai halaman rumah [tempat resepsi pernikahan]. Seperti abu gumpalan itu. Kelihatannya langsung gelap saja. Padahal gak sampai lima menit itu. Ganasnya awan panas waktu itu kalau kena hewan ternak langsung jadi abu," ujarnya.
BACA JUGA: Pengungsi Merapi di Pakem Mulai Berkurang
Sukirno ternyata masih diberikan kekuatan untuk menyelamatkan satu anaknya yang ia gendong. Ia kemudian lari menyelamatkan diri. Kemudian, anaknya dititipkan ke rumah kerabatnya. Meski tubuhnya terluka akibat awan panas Sukirno tetap mengambil sebuah motor yang sudah tertutupi abu vulkanik Gunung Merapi. "Dengan menggunakan sepeda motor saya langsung menuju ke RSUP Prof Dr Sardjito. Tubuh saya sudah terkena luka bakar, saya sempat nyopot sendal saya, kulit saya sudah menyatu dengan sendal. Menuju Sardjito saya dikawal oleh ABRI [anggota TNI]. Lampu merah tidak saya hiraukan. Saya dirawat selama empat bulan. Saya dirawat oleh dokter dari Jepang," kata Sukirno.
Butuh pemulihan selama sekitar satu tahun sebelum Sukirno bisa benar-benar kembali beraktivitas secara normal. Setiap akan lari pagi, ia harus menahan rasa sakit akibat luka yang belum 100% pulih. Namun, ia tidak bosan menggerakkan tubuhnya. Pasalnya, jika tidak digerakkan bagian tubuh yang terkena luka bakar akan sulit digerakkan. "Sepulangnya saya ke rumah, saudara saya sudah menyiapkan rumah di Tunggularum, Wonokerto, Turi, Sleman. Rumah di Turgo tidak ditinggali, tinggal jadi buk," ungkapnya.
Sukirno yang sering nongkrong di Bunker Tunggularum yang berada di dusun Tunggularum, Wonokerto, Turi, Sleman, akhirnya didapuk oleh BPBD Kabupaten Sleman sebagai penjaga bunker. Pada 2008, ia resmi bergabung di Pusdalops BPBD Kabupaten Sleman yang berlokasi di Pakem, Sleman. "Waktu 2003 saya digaji Rp100.000, saat ini saya digaji Rp500.000," ujarnya.
Saat ini, Sukirno tinggal bersama dengan istri keduanya dan anak-anaknya. Ia mengingatkan warga di lereng Gunung Merapi agar selalu waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana Gunung Merapi yang saat ini berstatus Siaga.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman sudah menyiapkan dua barak pengungsian bagi warga Turgo, Purwobinangun, Pakem, Sleman. Barak itu disiapkan setelah sejumlah warga terutama dari kelompok rentan diungsikan seiring dengan meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Merapi pada Rabu (27/1).
Kepala BPBD Kabupaten Sleman Joko Supriyanto mengaku menyiapkan barak Purwobinangun, dan barak Pandanpuro, Hargobinangun, Pakem, Sleman. Barak itu disiapkan bagi 150 warga Dusun Turgo, Purwobinangun, Pakem. "Kapasitas barak hanya 100 orang, lainnya ada lagi di barak Pandanpuro, Hargobinangun, Pakem, Sleman Yang jelas saya siapakan dua barak, ini Purwobinangun dan Barak Pandanpuro," ujar Joko Supriyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Luar Biasa! Sikat Korsel, Indonesia Cetak Sejarah ke Semifinal Piala Asia U-23
- Indonesia Gagal Pertahankan Keunggulan, Pertandingan Lanjut ke Extra Time
- Profil Rafael Struick, Pemborong Dua Gol ke Gawang Korsel di Piala Asia U-23
- Struick Borong Gol, Timnas U-23 Unggul 2-1 Atas Korsel di Babak Pertama
Berita Pilihan
- Meningkatkan Perlindungan dari Penyakit Menular, Jemaah Calon Haji Disarankan Vaksin
- Dugaan Pelanggaran Wewenang, Wakil Ketua KPK Laporkan Anggota Dewas
- 66 Pegawai KPK Pelaku Pungutan Liar di Rumah Tahanan Dipecat
- Wapres Maruf Amin Sebut Tak Perlu Ada Tim Transisi ke Pemerintahan Prabowo-Gibran
- WhatsApp Bocor, Israel Dikabarkan Gunakan Data untuk Serang Rumah Warga Palestina
Advertisement
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Menhub Kunker ke Jepang: Indonesia Tingkatkan Kerja Sama Bidang Transportasi
- Pejabat Kementerian ESDM Diperiksa Terkait Korupsi Timah Triliunan Rupiah
- Wakil Presiden Dijadwalkan Membuka Rakernas Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting
- Jamaika Resmi Mengakui Kedaulatan Palestina
- Anies-Muhaimin Hadir di Penetapan KPU, Pakar UGM: Ada Peluang Ikut Koalisi Prabowo
- Meningkatkan Perlindungan dari Penyakit Menular, Jemaah Calon Haji Disarankan Vaksin
- Wanita 60 Tahun Lolos ke Kontes Miss Argentina karena Tampak Awet Muda
Advertisement
Advertisement