Advertisement
Sempat Akui Kemenangan Biden, Trump Meralat Pernyataannya

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui untuk pertama kalinya bahwa Joe Biden memenangkan pemilu pada 3 November lalu, namun kemudian mengatakan "tidak mengakui apa-apa" dan mengklaim terjadi kecurangan pemilu yang meluas.
Biden mengalahkan Trump dengan memenangkan suara di sejumlah negara bagian yang dimenangkan oleh petahana Partai Republik pada tahun 2016.
Advertisement
BACA JUGA : Joe Biden Jadi Presiden, Trump Belum Akui Kemenangan
Mantan wakil presiden dari Partai Demokrat itu juga memenangkan suara populer nasional dengan lebih dari 5,5 juta suara, atau 3,6 poin persen. Akan tetapi, dalam cuitannya di akun Twitter, Trump membuat pernyataan yang saling bertentangan.
"Dia menang karena pemilu dicurangi," tulis Trump tanpa menyebut nama Biden zeperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Senin (16/11/2020).
Trump menulis tidak ada pengawasan maupun pengawas yang punya otoritas. Pemungutan suara yang ditabulasikan oleh perusahaan swasta Radical Left, Dominion ditudingnya punya reputasi buruk dan peralatan buruk, serta tidak memenuhi syarat untuk negara bagian Texas.
Sekitar satu jam kemudian, Trump menulis, "Dia hanya menang di mata media dengan berita palsu. Saya tidak mengakui apa pun! Jalan kita masih panjang. Inilah pemilu yang benar!"
BACA JUGA : Trump Jadikan AS Negara Aneh
Trump belum mengakui Biden yang disebut sebagai pemenang pada 7 November 2020 setelah hasil penghitungan suara di banyak negara bagian keluar untuk kemenangan Biden.
Biden memenangkan 306 suara dalam sistem Electoral College negara bagian yang menentukan pemenang presiden, menurut Edison Research, atau jauh lebih banyak daripada 270 yang dibutuhkan.
Berbicara di program NBC "Meet the Press," calon kepala staf Gedung Putih yang ditunjuk Biden, Ron Klain mengatakan bahwa Twitter Donald Trump tidak membuat Joe Biden menjadi presiden atau bukan presiden, namun orang Amerika yang menentukannya.
BACA JUGA : Pilpres AS: Joe Biden Unggul dari Donald Trump
Trump juga telah menghentikan proses normal pemerintah dalam mempersiapkan pemerintahan presidensial baru, yang menurut kalangan Demokrat dan beberapa Republikan memiliki implikasi keamanan nasional yang serius.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Penerima Bansos Terlibat Judol, Wakil Ketua MPR: Layak Diganti
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 12 Juli 2025: Dari Tom Lembong Sampai Harganas
- Pangkas Birokrasi Federal, Donald Trump Pecat 1.300 Pegawai Departemen Luar Negeri
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
Advertisement

10 SD Tidak Dapat Murid Baru di Gunungkidul Tak Langsung Ditutup
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- BGN Minta Anggaran Makan Bergizi Gratis Ditambah Jadi Rp335 Triliun
- Polda Metro Jaya Targetkan Penyelidikan Kasus Kematian Diplomat Staf Kemenlu Rampung dalam Sepekan
- Hasil Penulisan Ulang Sejarah Bakal Diuji Publik 20 Juli 2025
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid Diduga Sudah Berada di Singapura, Kejagung Masukkan ke Daftar Cekal
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Jaksa Sebut Tom Lembong Tak Terima Uang, Tapi Kebijakannya Untungkan 10 Pihak
Advertisement
Advertisement