Advertisement

Peneliti Pakai Rumus Perburuan Alien untuk Prediksi Penyebaran Covid-19

Fransisco Primus Hernata
Rabu, 28 Oktober 2020 - 21:07 WIB
Budi Cahyana
Peneliti Pakai Rumus Perburuan Alien untuk Prediksi Penyebaran Covid-19 Ilustrasi. - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Peneliti memakai rumus persamaan drake (drake equation) untuk memprediksi penularan Covid-19 di tengah pandemi.

Persamaan Drake adalah persamaan yang digunakan untuk memperkirakan jumlah peradaban ekstraterestrial di galaksi Bima Sakti. Rumus ini dimanfaatkan dalam bidang astrobiologi dan pencarian makhluk luar angkasa yang cerdas.

Advertisement

Model baru tersebut yang pada dasarnya merupakan persamaan tunggal dengan beberapa variabel yang dikalikan secara bersama yang dapat memperkirakan risiko penularan Covid-19 melalui udara.

Drake Equation dikembangkan pada tahun 1961 oleh astronom Frank Drake, persamaan ini hanya didasarkan pada tujuh variabel dan memberikan "kerangka kerja yang mudah dipahami" untuk melihat sesuatu yang tampaknya tidak dapat diketahui seperti jumlah peradaban alien, menurut para peneliti.

Mereka ingin memberikan kerangka kerja serupa untuk memahami risiko penularan Covid-19.

"Masih banyak kebingungan tentang jalur penularan Covid-19. Hal ini secara sebagian disebabkan oleh tidak ada 'bahasa' umum yang memudahkan untuk memahami faktor risiko yang terlibat," ujar rekan penulis penelitian studi tersebut yaitu Rajat Mittal, yang merupakan seorang profesor di Departemen Teknik Mesin di Universitas Johns Hopkins, yang mengatakan dalam sebuah pernyataan.

"Apa saja yang benar-benar perlu terjadi agar seseorang bisa terinfeksi? Jika kita dapat memvisualisasikan proses ini dengan lebih jelas dan secara kuantitatif, kita dapat membuat keputusan yang lebih baik tentang aktivitas mana yang akan dilanjutkan dan mana yang harus dihindari," tambahnya seperti dikutip dari livescience.com.

Model baru tersebut, yang diterbitkan pada 7 Oktober di jurnal Physics of Fluids, membagi tahap penularan Covid-19 menjadi tiga tahap: pemecahan droplets (partikel air liur) yang mengandung virus dari orang yang terinfeksi ke udara; lalu penyebaran tetesan ini; dan yang terakhir tahap menghirup tetesan ini oleh orang yang rentan.

Secara keseluruhan, model tersebut terdiri dari 10 variabel yang terlibat dalam penularan Covid-19, termasuk tingkat pernapasan orang yang terinfeksi dan rentan, jumlah partikel virus dalam tetesan yang dihembuskan dan jumlah waktu orang yang rentan terpapar, ujar pernyataan tersebut. .

Para penulis kemudian menggunakan model mereka, yang mereka sebut model ketidaksetaraan Contagion Airborne Transmission (CAT), untuk memperkirakan risiko penularan dalam berbagai skenario, termasuk di mana orang menggunakan masker wajah atau mempraktikkan jarak sosial, serta saat orang berolahraga. Pada model ketidaksetaraan tersebut, jika jumlah virus yang dihirup lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan untuk menyebabkan infeksi, orang lain akan jatuh sakit. Tetapi mereka juga memberikan peringatan terhadap model tersebut.

“Saat ini kami tidak tahu berapa banyak partikel yang diperlukan untuk menyebabkan infeksi. Akibatnya, model tidak dapat menghitung risiko infeksi absolut, tetapi hanya dapat membandingkan tingkat risiko aktivitas yang berbeda,” 

Untuk masker wajah, para peneliti memperkirakan bahwa, dengan semua faktor lain dianggap setara, skenario di mana individu yang terinfeksi dan rentan mengenakan masker N95 dapat mengurangi risiko penularan hingga 400 kali, dibandingkan terhadap skenario di mana kedua orang tersebut tidak memakai topeng sama sekali.

Masker bedah dapat mengurangi penularan dengan faktor 10, dan masker kain dengan faktor 7, jika kedua belah pihak mengenakan masker.
Dalam skenario di mana orang berolahraga seperti di gym, risiko penularannya meroket.

"Bayangkan dua orang di treadmill di gym; keduanya bernapas lebih keras dari biasanya. Orang yang terinfeksi mengeluarkan lebih banyak tetesan, dan orang yang tidak terinfeksi menghirup lebih banyak droplet tersebut. Di ruang terbatas itu, risiko penularan meningkat sebesar faktor 200, jika dibandingkan dengan skenario di mana orang tidak berolahraga di dalam ruangan," ujar Mittal.

Untuk jarak sosial, peneliti menemukan adanya hubungan linier antara jarak dan risiko penularan.

"Jika Anda menggandakan jarak, Anda juga berarti menggandakan perlindungan Anda," ujar Mittal dalam pernyataan terpisah dari jurnal tersebut.

"Skala atau aturan semacam ini dapat membantu menginformasikan kebijakan."

Para peneliti mencatat bahwa mereka bermaksud membuat agar model mereka lebih sederhana dan intuitif sehingga dapat diakses tidak hanya oleh ilmuwan tetapi juga pembuat kebijakan dan bahkan masyarakat umum. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Viral Balon Udara Tiba-tiba Mendarat di Runway Bandara YIA

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 08:17 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement