Advertisement
Indonesia Mengalami Perubahan Iklim Ekstrem Pada September 2020
Perubahan iklim
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Kenaikan suhu Bumi tidak hanya berdampak pada naiknya temperatur bumi tetapi juga mengubah sistem iklim yang mempengaruhi berbagai aspek perubahan alam dan kehidupan manusia.
Hal tersebut dijelaskan melalui website Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) dikutip pada Selasa (27/10/2020).
Advertisement
Menurut laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada bulan September 2020 Indonesia berada pada perubahan iklim ekstrem.
Melalui pengumpulan data dari 89 stasiun pengamatan BMKG, suhu udara rata-rata bulan September 2020 adalah 27,2°C.
Suhu ini naik 0,6 C dibandingkan dengan suhu rata-rata bulan September periode 1981-2010 di Indonesia yaitu sebesar 26,6°C.
Anomali suhu udara di Indonesia September 2020 ini merupakan anomali tertinggi ketiga sepanjang periode data pengamatan.
Meningkatnya suhu udara, konsentrasi gas karbondioksida dan gas-gas lainnya di atmosfer akan menyebabkan efek rumah kaca dijelaskan Kementerian LHK.
Efek rumah kaca atau juga dikenal dengan perubahan iklim ini disebabkan oleh berbagai kegiatan manusia seperti emisi bahan bakar fosil, perubahan fungsi lahan, limbah dan juga kegiatan-kegiatan industri.
Ada beberapa dampak dari perubahan dari perubahan iklim adalah:
- Menurunnya kualitas air
Kualitas sumber daya air akan turun seiring dengan tingginya curah hujan dan kenaikan suhu membuat air bersih mengandung klorin yang biasanya berbahaya apabila tertelan, terhirup, atau terpapar kulit secara langsung.
- Berkurangnya kuantitas air
Walaupun perubahan cuaca memicu tingginya curah hujan tetapi tidak dengan kuantitas air. Hal in0dikarenakan dengan tingginya curah hujan kemungkinan air akan langsung kembali ke laut tanpa sempat tersimpan dalam sumber air bersih untuk digunakan manusia.
Dampak ini kemudian membawa kepada dampak selanjutnya yaitu gagal panen, cuaca ekstrim, dan juga meningkatnya wabah penyakit.
Sebagian besar aspek perubahan iklim akan bertahan selama berabad-abad bahkan jika emisi gas rumah kaca dapat dihentikan.
Pada zaman es terakhir kurang lebih 120.000 tahun yang lalu suhu dunia naik 2°C yang menyebabkan permukaan air laut naik 5 hingga 10 meter karena melelehnya lapisan es.
Kenaikan suhu seperti yang dilaporkan BMKG ini salah satu hal yang kemudian ada istilah krisis iklim yang saat ini kita rasakan bersama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Badan Geologi Pantau Ketat 127 Gunung Api Aktif di Indonesia
- Libur Nataru, KLH Prediksi Sampah Nasional Naik 59 Ribu Ton
- Lebih dari 4 Juta Senjata Beredar, Australia Luncurkan Buyback Nasion
- KPK Tangkap Enam Orang dalam OTT di Kalimantan Selatan
- Kakak Sulung Berpulang, Unggahan Atalia Praratya Mengharukan
Advertisement
Cegah Banjir, BPBD Gunungkidul Pasang EWS di Kali Oya
Advertisement
Sate Klathak Mbah Sukarjo Hadirkan Kuliner Khas di Pusat Kota
Advertisement
Berita Populer
- Lonjakan Arus Nataru Berpotensi Padati Tol Jogja-Solo
- BPBD Agam Catat Puluhan Korban Bencana Masih Belum Ditemukan
- Indonesia Pastikan Runner-Up SEA Games 2025, Catat Sejarah Baru
- Arus Nataru Padat, Kendaraan Diprediksi Keluar Pintu Tol Prambanan
- Pasar Wiguna Kaping C Tutup 2025 dengan Wana Kelana Anak
- Ratusan Personel Amankan Laga Arema FC Vs Madura United
- Forum Anak Wirama Kampanyekan Pagar Diri Cegah Pergaulan Berisiko
Advertisement
Advertisement



