Advertisement

Pengguna Transportasi Publik Dilarang Bicara karena Bisa Keluarkan Droplet yang Bertahan 15 Menit di Udara

Newswire
Rabu, 17 Juni 2020 - 12:57 WIB
Budi Cahyana
Pengguna Transportasi Publik Dilarang Bicara karena Bisa Keluarkan Droplet yang Bertahan 15 Menit di Udara Penumpang menggunakan masker saat berada di gerbong kereta commuter line (KRL) jurusan Depok/Bogor-Jatinegara/Angke di Jakarta, Selasa (3/3/2020). - JIBI/Bisnis.com/Himawan L Nugraha

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Dokter spesialis penyakit dalam pada Junior Doctor Network, Edward Faisal, menyarankan masyarakat pengguna transportasi publik tidak berbicara guna mencegah penyebaran virus Corona tipe baru penyebab Covid-19. Saat berbicara, seseorang bisa mengeliarkan droplet dari mulut dan dapat bertahan 15 menit sebelum jatuh.

"Untuk penumpang yang mengobrol, sebenarnya secara penelitian, dia akan mengeluarkan droplet kecil selama 15 menit. Ini menurut CDC, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit yang di Amerika. Karena itu penting diperhatikan, disarankan pakai masker untuk menahan laju droplet. Jadi tidak boleh ngobrol dulu memang," kata Edward dalam sesi talkshow Rombongan Pengguna Kereta (Roker) Mantul yang Santuy Antre dan Anti Kuman di BNPB, Jakarta, Rabu (17/6/2020).

Advertisement

Baca Juga: Dexamethasone Terbukti Jadi Obat Pertama Covid-19 & Banyak Dijual Murah di Apotek, Ini Harganya

Jadi, katanya, untuk masyarakat yang kebetulan menaiki transportasi publik bersama-sama, dengan teman ataupun keluarga, disarankan untuk tetap menjaga jarak di dalam transportasi publik.

"Pakai kode mata saja yang sedang pacaran. Nanti janjiannya di luar MRT atau commuter line," ujar dia.

Edward juga mengatakan berdasarkan penelitan diketahui jarak aman agar tidak terpapar SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 minimal satu meter.

Baca Juga: Brasil Catat Lonjakan Kasus Harian Terbesar

Droplet dari seseorang yang batuk baru jatuh setelah mencapai jarak minimal satu meter. Jadi, kalau ada yang masih "bermesraan" di dalam transportasi publik sebaiknya dihindari, karena menjadi contoh pelaksanaan protokol kesehatan yang tidak baik.

Ia juga mengingatkan agar masyarakat tidak berdesakan saat hendak masuk ke stasiun, di peron dan di dalam kereta. Tidak perlu pula menyelak penumpang lainnya karena bisa saja berisiko jika ternyata mereka orang tanpa gejala (OTG).

Baca Juga: Jadi Konstituen Dewan Pers, AMSI Siap Perkuat Mutu Jurnalisme Digital

"Tapi saya ingatkan jangan melakukan stigma ke setiap orang ya," ujar Edward sambil mengingatkan lebih baik menjalankan protokol kesehatan secara disiplin.

Seorang pengguna kereta Rachma Rini mengatakan rata-rata penumpang di dalam kereta tidak mungkin tidak memegang telepon genggam, karena mereka biasanya nonton, baca Alquran, atau main game.

"Tapi kalau bercakap-cakap atau menerima telepon itu itu sudah jarang," katanya.

Ia pun mengaku jika ada yang menelepon saat masih di dalam kereta biasanya tidak akan diterima untuk menghindari berbicara dan mengeluarkan droplet kecil tadi. Meski demikian dirinya mengakui masih sulit untuk tidak mengeluarkan telepon genggam di dalam kereta.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Sastrawan Joko Pinurbo Wafat di Usia 61 tahun

Jogja
| Sabtu, 27 April 2024, 10:10 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement