Advertisement

Peneliti Ungkap di Luar Angkasa Benih Salad Tumbuh Lebih Lambat

Newswire
Minggu, 17 Mei 2020 - 02:57 WIB
Sunartono
Peneliti Ungkap di Luar Angkasa Benih Salad Tumbuh Lebih Lambat Ilustrasi luar angkasa

Advertisement

Harianjogja.com, CALIFORNIA--Benih-benih salad yang melakukan perjalanan bolak-balik ke luar angkasa tumbuh pada tingkat yang sedikit lebih lambat. Namun, benih juga menua lebih cepat dibanding yang ada di Bumi.

Satu juta benih rocket (Eruca sativa) sebesar dua kilogran dikirim ke International Space Station (ISS) pada 2015 bersama astronot legendaris Inggris Tim Peake. Enam bulan kemudian mereka kembali ke Bumi dan ditumbuhkan serta dimonitor oleh 600.000 anak di seluruh Inggris dalam sebuah proyek yang diawasi oleh the Royal Horticultural Society.

Advertisement

Selain kekuatan perkecambahan biji berkurang dan sensitivitas penuaan meningkat, luar angkasa tidak mengganggu kelayakan benih atau pengembangan bibit normal. Para peneliti percaya, hanya sedikit perubahan diamati yang memberi harapan lebih lanjut untuk masa depan, di mana manusia dapat menanam makanan dengan gravitasi rendah di planet lain.

“Mengangkut benih berkualitas tinggi ke luar angkasa akan sangat penting untuk menumbuhkan tanaman yang mendukung eksplorasi luar angkasa manusia, Mars dan dunia lain. Studi kami menemukan perjalanan enam bulan ke luar angkasa mengurangi kekuatan benih roket dibanding dengan yang tinggal di Bumi, menunjukkan luar angkasa mempercepat proses penuaan,” kata Jake Chandler di Departemen Ilmu Biologi the Royal Holloway University London yang dikutip dari Daily Mail, Sabtu (16/5/2020).

Faktor-faktor lingkungan yang berpotensi memengaruhi benih di luar angkasa termasuk mikro gravitasi, radiasi seperti sinar kosmik galaksi, dan partikel energetik Matahari, kurangnya oksigen, kelembaban rendah, fluktuasi suhu ekstrem, dan getaran mekanis. Secara khusus, penunaan biji roket selama percobaan disebabkan oleh paparan radiasi pengion tingkat rendah dari sinar kosmik galaksi, proton yang terperangkat, dan partikel energetik Matahari.

Mayor Peake mewakili Badan Antariksa Eropa (ESA) yang mengkonfirmasi radiasi adalah penyebab paling mungkin untuk benih luar angkasa, yang disegel dalam kantong kertas, tumbuh kurang efektif.

 “Radiasi adalah risiko terbesar untuk benih dorma yang disimpan dalam waktu yang lama di lingkungan luar angkasa karena sinar kosmik sangat energik. Saat mereka berdampak pada ISS ada efek mandi dan mereka memecah lebih jauh dan menjadi lebih energik. Nuclei dan beberapa proton dapat menembus ISS dan berinteraksi dengan bahan biologis apa pun di atas kapal. Mereka melewati benih atau menyimpan energi di sana. Mereka dapat memecah lebih jauh setelah berada di dalam benih juga yang menyebabkan kerusakan yang lebih besar,” kata Jason Hatton, Head of Biology and Environmental monitoring di ESA.

Perkecambahan biji dinilai dari waktu ke waktu sebagai salah satu rupture of testa (lapisan benih) endosperma (jaringan di dalam biji), atau tonjolan yang terlihat dari radicle, embrio tanaman yang berkembang menjadi akar primer, serta menandakan akhir perkecambahan.

Dosis radiasi yang diserap di ISS adalah 100 kali lebih banyak dibanding permukaan Bumi dan memengaruhi transkriptome benih, fisiologi perkecambahan, dan sensitivitas penuaan. Namun, paparan radiasi selama misi ke Mars akan setidaknya lima kali lebih besar dari ISS dan menjaga kualitas benih yang tidak aktif selama penerbangan luar angkasa.

“Sementara kita harus mempertimbangkan dengan hati-hati melindungi benih dari faktor-faktor yang berpotensi berbahaya termasuk radiasi luar angkasa dan getaran mekanis, benih itu tetap hidup, serta prospek makan salad yang ditanam sendiri di Mars mungkin satu langkah lebih dekat,” ujar Chandler.

Lebih dari 8.600 sekolah dan kelompok di Inggris yang terdiri atas 600.000 anak muda terlibat dengan proyek untuk menabur benih roket. Mereka diberi misi untuk menumbuhkan benih begitu sampai bersama paket benih hampir sama yang tersisa di Bumi.

“Ketika manusia melakukan perjalanan ke Mars, mereka perlu menemukan cara untuk memberi makan diri mereka sendiri, dan penelitian ini membantu kita memahami beberapa biologi penyimpanan dan perkecambahan benih yang akan sangat penting untuk misi luar angkasa di masa depan,” ujarnya.

Artikel ini telah tayang di Inews.id dengan judul 6 Bulan di Luar Angkasa, Benih-Benih Salad Tumbuh Lebih Lambat Dibanding di Bumi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : inews.id

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Mudik Lebaran, Gunungkidul Bakal Dijejali 154.000 Kendaraan

Gunungkidul
| Kamis, 28 Maret 2024, 18:07 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement