Advertisement
Jumlah Kasus DBD di Kulonprogo Tembus 80 Penderita, Masyarakat Perlu Lakukan Gertak PSN
Ilustrasi nyamuk DBD - JIBI
Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO - Masyarakat Kulonprogo perlu menggencarkan gerakan serentak pemberantasan sarang nyamuk (Gertak PSN) menyusul bertambahnya jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di kabupaten ini.
Dinas Kesehatan Kulonprogo mencatat hingga Rabu (18/3/2020), jumlah penderita DBD sudah mencapai lebih dari 80 orang. Jumlah ini naik dibanding pekan lalu yang tercatat hanya 71 orang.
Advertisement
"Iya ada kenaikkan, sekarang sekitar 84 penderita yang tersebar di seluruh kapanewon," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kulonprogo, Baning Rahayujati, di kantornya Kamis (19/3/2020).
Kenaikkan jumlah penderita DBD ini tak lepas dari faktor cuaca yang mana saat ini sedang musim penghujan. Alhasil bermunculan genangan yang menjadi sarang nyamuk baru.
Baning mengatakan sejauh ini belum ada laporan penderita di Kulonprogo yang dinyatakan meninggal dunia akibat penyakit tersebut. Namun, masyarakat tetap diminta waspada.
Pasalnya, walaupun DBD bisa sembuh dengan sendirinya, penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dari gigitan nyamuk betina Aedes aegypti ini tetap berisiko menyebabkan kematian.
Dijelaskan Baning, setelah tergigit nyamuk tersebut, seseorang dapat mengalami beberapa gejala DBD setelah masa inkubasi virus dengue selesai. Masa inkubasi DBD adalah rentang waktu yang diperlukan dari saat nyamuk menggigit dan memasukkan virus dengue ke dalam tubuh seseorang hingga orang tersebut mengalami gejala DBD. Selama masa inkubasi yang berlangsung 4-7 hari itu, virus DBD akan memperbanyak diri di dalam tubuh orang tersebut.
"Artinya seseorang dapat mengalami gejala DBD dalam waktu empat hingga tujuh hari [paling lambat 12 hari], setelah ia tergigit nyamuk Aedes aegypti," ujarnya.
Adapun gejala awal penyakit ini di antaranya demam tinggi hingga mencapai sekitar 40°Celsius, sakit kepala berat, nyeri pada bagian belakang mata, muncul bintik-bintuk kemerahan di kulit, mual dan muntah serta nyeri otot dan persendian.
Pasca 3-7 hari sejak gejala pertama kali muncul, tubuh akan terasa membaik. Demam pun akan turun sendiri dengan suhu tubuh menjadi di bawah 38°C. Akan tetapi kata Baning, ini justru fase kritis DBD yang bisa menimbulkan komplikasi berbahaya, yakni perdarahan.
"Jika tidak segera tertangani, risiko terbesar adalah kematian, oleh karena itu perlu ada pencegahan sejak awal," ucapnya.
Sebagai pencegahan, masyarakat perlu melakukan gertak PSN seperti mengubur atau mendaur ulang sampah, menutup seluruh tempat penampungan air, dan rajin menguras dan membersihkan bak mandi setidaknya setiap satu minggu sekali.
Pelaksana Tugas Kepala Dinkes Kulonprogo, Sri Budi Utami mengatakan sebagai upaya antisipasi, pihaknya sudah melakukan pengasapan atau fogging di sejumlah wilayah, di antaranya di Prembulan, Galur; Terbah, Wates; Brosot, Galur; Sidorejo, Lendah; serta di Glagah, Temon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Satgas PKH Selamatkan Rp6 Triliun, Prabowo: Jangan Mau Dilobi
- Puncak Arus Nataru, Hampir 1 Juta Kendaraan Tinggalkan Jabodetabek
- 25 Rest Area di Jalur Tol Jateng Siap Layani Arus Nataru
- Krisis Air Melanda Iran, Presiden Akui Situasi Kritis
- BMKG Ingatkan Potensi Gelombang Tinggi di Pesisir Selatan Indonesia
Advertisement
Bupati Bantul Pastikan Natal 2025 Aman, Damai, dan Kondusif
Advertisement
Jogja Puncaki Urutan Destinasi Favorit Liburan Keluarga Akhir Tahun
Advertisement
Berita Populer
- Polisi Tetapkan Dokter Detektif sebagai Tersangka UU ITE
- Libur Nataru, Penjualan Wingko dan Bakpia Ngasem Naik 10 Persen
- KPK Dalami Aset Usaha Ridwan Kamil yang Tak Dilaporkan di LHKPN
- Puncak Arus Nataru, Hampir 1 Juta Kendaraan Tinggalkan Jabodetabek
- Menkeu Pastikan Dana Bencana Sumatera Aman, MBG Tetap Jalan
- Polisi Temukan Dugaan Kasus Pertalite Dicampur Air, SPBU Ditutup
- Natal 2025, KPK Pastikan Hak Ibadah 12 Tahanan Terpenuhi
Advertisement
Advertisement



