Advertisement
Abu Sayyaf Culik WNI, DPR Minta Pemerintah Perkuat Armada Keamanan Laut
Nelayan tradisional menarik pukat darat saat menangkap ikan di perairan Pantai Kampung Jawa, Banda Aceh, Aceh, Kamis (2/1/2020). Hasil tangkapan nelayan tradisional di daerah itu menurun karena perairan berlumpur dan dipenuhi sampah. - ANTARA /Ampelsa
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Penculikan oleh kelompok Abu Sayyaf terhadap nelayan warga negara Indonesia (WNI) masih terus terjadi. Anggota Komisi III DPR RI Nasir Djamil meminta pemerintah untuk memperkuat armada keamanan laut untuk mencegah penculikan.
Selain penguatan armada laut, pemerintah juga diminta untuk memiliki alat teknologi informasi guna memantau nelayan Indonesia.
Advertisement
“Jika ada alat itu maka armada pengaman laut kita bisa mengejar dan mengingatkan kapal nelayan kita untuk tidak memasuki perairan negara lain,” katanya kepada Bisnis, Rabu (22/1/2020).
Lima orang warga negara Indonesia (WNI) diculik oleh kelompok militan Abu Sayyaf pada Kamis pekan lalu. Mereka merupakan nelayan di kapal asal Malaysia. Kelompok Abu Sayyaf menangkap mereka di Perairan Sabah, Malaysia.
BACA JUGA
Setelah penangkapan itu, para nelayan diduga dibawa ke Filipina Selatan, basis kelompok militan tersebut. Pemerintah Indonesia tengah mengupayakan langkah strategis menanggapi penculikan tersebut.
Menurut Nasir Djamil, untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah dapat menjalin kerja sama dengan Malaysia. Pasalnya, penculikan dilakukan kelompok Abu Sayyaf di perairan dan kapal milik negara tetangga.
“Tentu wajib hukumnya untuk menjalin kerja sama dengan Malaysia untuk menyelesaikan masalah ini,” terangnya.
Di sisi lain, dia menilai, posisi Indonesia memang dilematis. Satu sisi, apabila pemerintah melakukan pendekatan militer, maka akan berisiko pada kondisi tersandera. Akan tetapi, apabila menggunakan diplomasi dan tebusan, maka akan berdampak tidak baik bagi Indonesia.
“Jika kita gunakan pendekatan militer risikonya sandera bisa berpotensi kehilangan nyawa. Jika menggunakan diplomasi dan tebusan, berarti kita mengakui kehebatan penjahat yang menyandera WNI kita.”
Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD menyebut pemerintah sedang mencari solusi terkait penculikan WNI yang terus menerus terjadi.
Dia menyebut pemerintah akan memikirkan penyelesaian jangka panjang untuk menghentikan serangan tak berkesudahan dari kelompok itu.
Kementerian Luar Negeri juga telah melakukan komunikasi dengan Filipina dan Malaysia. “Mungkin ada operasi bersama, mungkin patroli bersama, ada penyergapan bersama bisa macam-macam lah itu,” terang Mahfud.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Gunung Anak Krakatau Waspada, Polda Banten Minta Warga Siaga
- Bulog Pastikan Pengalihan Beras untuk Bencana Tak Ganggu Stok Nataru
- Gempa 7,6 Hentikan Layanan Tohoku Shinkansen di Jepang
- Bareskrim Telusuri Penyelidikan Kayu Gelondongan Garoga di Sumut
- Prabowo Perintahkan Listrik Sumatera-Aceh Menyala dan Jalan Terhubung
Advertisement
Bantul Siaga Bencana, 75 Pos Siap Antisipasi Hujan dan Longsor
Advertisement
Wisata Bali Utara, Gerbang Handara Semakin Diminati Turis Mancanegara
Advertisement
Berita Populer
- Rapat Paripurna Setujui RUU PSDK sebagai Usul Inisiatif DPR RI
- Pemecatan Lurah-Carik Bohol Gunungkidul Tunggu Putusan Inkrah
- Susunan Pemain Indonesia vs Filipina di Laga Grup C SEA Games 2025
- Jogja Paling Diminati dalam Prediksi Mobilitas Nataru 2025
- KPK Luncurkan E-Audit untuk Perkuat Pengawasan Pengadaan di Jogja
- Mahalnya Biaya Politik Dinilai Jadi Akar Korupsi Kepala Daerah
- Mendag Tegaskan Stabilitas Harga Pangan Nataru Tetap Terkendali
Advertisement
Advertisement



