Advertisement
Ini Penyebab Munculnya Intoleran versi BPIP

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Sikap intoleran dinilai bisa muncul akibat tidak terbiasa berpikir reflektif bahwa kemajemukan menjadi kekayaan bangsa Indonesia.
"Biasanya, orang yang wawasannya tidak luas dan tidak biasa berpikir reflektif, itu mudah terkena penyakit intoleran," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Hariyono, di Jakarta, Senin (18/11/2019).
Advertisement
Hal tersebut disampaikannya saat Pembekalan Materi Pendidikan dan Pelatihan Pembinaan Ideologi Pancasila Bagi Penceramah, Pengajar, dan Pemerhati, di Hotel Borobudur, Jakarta.
Menurut dia, kelompok intoleran adalah mereka yang tidak menghargai atau respek dengan sesuatu yang berbeda dengan dirinya atau keyakinannya.
Untuk membangun kehidupan kebangsaan yang sehat, kata dia, perlu melihat kondisi riil bangsa Indonesia yang secara geografis pun berbeda, dari Aceh sampai Papua.
"Kondisi flora dan fauna juga sudah berbeda, manusianya juga berbeda. Kalau ini, kita perlakukan sama, tidak bisa," katanya.
Artinya, kata Hariyono, orang yang intoleran sama saja bertentangan dengan sunnatullah yang sejak awal menakdirkan perbedaan karena dengan perbedaan itulah sebagai ajang saling belajar.
"Justru dari perbedaan itulah kita bisa respek bisa saling belajar dengan orang yang berbeda, kelompok yang berbeda dengan tim kita. Itu dibutuhkan pendewasaan," katanya.
Sikap saling menghormati dan menghargai, kata dia, bisa ditanamkan melalui festival-festival budaya yang selama ini kerap digelar komunitas-komunitas di daerah.
Hariyono mencontohkan komunitas-komunitas kampung yang selama ini telah melakukan gerakan gotong-royong sehingga imunitas, daya tahan, dan kualitas kebangsaan semakin kuat.
"Problem riil yang ada di masyarakat kita di kampung-kampung itu kan bukan yang turun dari langit. Tetapi, problem yang muncul dalam kehidupan sehari-hari sehingga cara menghadapinya, ya, dengan aktivitas keseharian kita," katanya.
Di dalam proses harian itulah, kata Hariyono, orang-orang tidak menanyakan perbedaan agama, melainkan bersama-sama dan bergotong-royong menyelesaikan masalah yang mereka hadapi bersama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Mantan Anggota TNI AL Jadi Tentara Rusia, Begini Kata Kemenkumham
- Usai Operasi Hidung, 3 Wanita Laporkan Klinik Kecantikan di Jaktim Atas Dugaan Malapraktik
- Eks Mentan Syahrul Yasin Limpo Dijebloskan ke Lapas Sukamiskin
- Prabowo Dapat Bintang Kebesaran Tertinggi dari Sultan Brunei
- BMKG: Waspada Potensi Hujan Tinggi di Dasarian Kedua Mei 2025
Advertisement

Link Pendaftaran Seleksi PPG Dalam Jabatan untuk Guru Madrasah Mapel Umum, Dibuka Hari Ini
Advertisement

Destinasi Kepulauan Seribu Ramai Dikunjungi Wisatawan, Ini Tarif Penyeberangannya
Advertisement
Berita Populer
- Israel Jadikan Makanan dan Bantuan Kemanusiaan sebagai Senjata Perang, PBB: Itu Kejahatan!
- BMKG: Waspada Potensi Hujan Tinggi di Dasarian Kedua Mei 2025
- Gunung Marapi Erupsi, Tinggi Kolom Abu Mencapai 1,6 Km dari Atas Puncak
- 1 Tewas dalam Kecelakaan Mobil vs Motor di Jalan Wahidin Semarang, Sopir Melarikan Diri
- Gus Ipul, Dudung Abdurachman hingga Amran Sulaiman Disebut Masuk Radar Calon Ketum PPP
- Ucapkan Selamat untuk Paus Leo XIV, Presiden Prabowo: Paus Punya Peran Penting Mendorong Perdamaian
- Viral Eks Marinir TNI Gabung ke Rusia Berperang di Ukraina, Menkum: Status Kewarganegaraan Otomatis Hilang
Advertisement