Advertisement
Wapres Jusuf Kalla Sebut Ada Campur Tangan Pihak Asing dalam Kerusuhan Papua
                Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla - Antara
            Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — Pemerintah terus mengupayakan penyelsaian konflik di Papua. Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebutkan adanya indikasi keterlibatan atau intervensi pihak asing dalam pusaran konflik Papua.
"[Intervensi] asing mungkin iya, [tetapi] bukan negara. Bedakan asing dan negara," kata Wapres Kalladi kantor Wapres RI, Rabu (4/9/2019).
Advertisement
Dia mengungkapkan dugaan tersebut dikuatkan dengan bukti adanya empat warga negara Australia yang mengikuti aksi demo di Manokwari beberapa hari lalu.
Berdasarkan data Dirjen Imigrasi, empat warga negara Australia itu terdiri dari satu orang pria dan tiga orang wanita. Keempatnya bernama Baxter Tom (37), Davidson Cheryl Melinda (36), Hellyer Danielle Joy (31), dan Cobbold Ruth Irene (25).
BACA JUGA
Keempat warga negara Australia itu kini sudah dipulangkan ke negaranya, menggunakan pesawat terbang Qantas QF.44.
Selain itu, JK mengatakan ada pula sosok Benny Wenda yang turut campur dalam permasalahan di Papua saat ini. Benny merupakan pemimpin Serikat Gerakan Pembebasan untuk Papua Barat (ULMWP).
Pada Oktober 2002, dia kabur dari tahanan karena menjadi provokator kerusuhan. Benny Wenda lalu pindah ke Inggris pada 2003 dan mendapat suaka politik dan membuka kantor gerakan Papua merdeka di Oxford pada 2013.
"Kemudian Benny Wenda di Inggris ini sudah memberi instruksi atau apa. Dia kan bukan WNI. Sudah menjadi WN [warga negara] Inggris. Orang asing juga kan berarti itu campur tangan," ucap JK.
Lebih lanjut, dia juga membandingkan penyelesaian konflik di Papua dengan Aceh. Menurutnya, konflik di Aceh akhirnya bisa selesai karena ada satu gerakan yang diterima semua pihak. Hal ini tidak terjadi di Papua.
Konflik di Papua tetap sulit diselesaikan meskipun Presiden Joko Widodo sudah berkunjung langsung, berdialog dengan warga, bahkan membangun infrastruktur.
Pemerintah Pusat juga menyematkan status Daerah Otonomi Khusus sehingga pemerintah Papua dan Papua Barat benar-benar bisa menggunakan dana yang cukup besar untuk membangun wilayah dan menyejahterakan masyarakat di wilayah Timur Indonesia tersebut .
"Pak Jokowi berapa kali ke Papua? Mungkin 10 kali ada. Tiap ke sana juga selalu berdialog. Mestinya ketika UU Otsus disetujui ya [konflik] selesai. Tapi ini kok enggak selesai-selesai?" imbuhnya.
BACA JUGA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
    
        Longsor Ancam Jalan Baru Clongop Gunungkidul Saat Hujan Deras
Advertisement
    
        Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
Advertisement
Berita Populer
- Kemenkes Permudah SLHS SPPG di DIY, Tak Perlu NIB
 - Mengalami Kenaikan, Siltap Lurah di Sleman Sudah Ditransfer Oktober
 - Penumpang KA Jarak Jauh Daop 6 Naik 4,01 Persen pada Oktober 2025
 - DPRD Sleman Studi Banding Pengembangan Bisnis Media
 - Luis Suazo Ancam Indonesia & Brasil di Grup H U-17
 - Penertiban Pantai Sepanjang Gunungkidul Dimulai
 - Emas, Cabai, dan Beras Jadi Pendorong Utama Inflasi Oktober 2025
 
Advertisement
Advertisement


            
