Advertisement
Ngeri... Gunung Everest Mencair, Ratusan Mayat Pendaki yang Terkubur Es Bermunculan
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Gletser yang mencair di Gunung Everest akibat pemanasan global membuat ratusan mayat pendaki yang terkubur di dalam es ditemukan.
Di gunung es itu, tercatat hampir 300 pendaki terbunuh dalam upaya pendakian.
Advertisement
"Karena pemanasan global, lapisan es dan gletser meleleh dengan cepat dan mayat-mayat yang tetap terkubur selama bertahun-tahun kini menjadi terbuka," kata Ang Tshering Sherpa, mantan presiden Asosiasi Pendaki Gunung Nepal seperti dikutip Guardian.
Pejabat dari Asosiasi Operator Ekspedisi Nepal (EOAN) mengatakan mereka berupaya membawa mayat-mayat tersebut pada musim pendakian kali ini, namun menurut hukum Nepal, lembaga pemerintah harus dilibatkan saat menangani badan.
"Masalah ini perlu diprioritaskan oleh pemerintah dan industri pendakian gunung. Jika mereka bisa melakukannya di sisi Tibet Everest, kita bisa melakukannya di sini juga,"
Memindahkan mayat dari kamp-kamp yang lebih tinggi bisa berbahaya dan mahal. Biayanya bisa mencapai $80.000 (£61.000).
Ang Tshering Sherpa, salah satu murid pertama yang belajar di sekolah pendakian gunung yang dibangun oleh pendaki Selandia Baru Edmund Hillary dan perintis pariwisata Everest, mengatakan bahwa salah satu evakuasi paling berbahaya adalah pada ketinggian 8.700 meter, dekat puncak.
"Tubuh itu memiliki berat 150 kg [23,6 batu] dan itu harus dipulihkan dari tempat yang sulit pada ketinggian itu. Itu adalah tugas yang sangat besar," katanya.
Dia menambahkan bahwa butuh waktu lama untuk mendapatkan dana dari pemerintah untuk memindahkan mayat. "Tapi kita, operator, merasa itu adalah tugas kita dan jadi setiap kali kita menemukannya, kita berusaha membawa mayatnya." demikian seperti dikutip CNN.
Sebuah penelitian pada tahun 2015 mengungkapkan bahwa kolam di gletser Khumbu, yang dilintasi pendaki saat mereka berusaha mencapai puncak, sedang meluas karena percepatan pencairan.
Tentara Nepal mengeringkan danau Imja di dekat Gunung Everest pada 2016 setelah airnya dari pencairan gletser yang cepat telah mencapai tingkat yang berbahaya.
Tim peneliti lain, termasuk anggota dari universitas Leeds dan Aberystwyth di Inggris, tahun lalu mengebor gletser Khumbu dan menemukan es lebih hangat dari yang diperkirakan.
Es mencatat suhu minimum hanya -3,3C, dengan es paling dingin pun menjadi 2C lebih hangat daripada suhu udara tahunan rata-rata.
Studi menunjukkan bahwa gletser di wilayah Everest mencair dan menipis. Sobit Kunwar, seorang pejabat Asosiasi Pemandu Gunung Nasional Nepal, mengatakan masalah ini menjadi sangat serius karena semakin umum dan mempengaruhi operasi mereka.
"Kami benar-benar khawatir tentang ini karena semakin buruk. Kami berusaha menyebarkan informasi tentang hal itu sehingga bisa ada cara yang terkoordinasi untuk menghadapinya." katanya.
Bendahara asosiasi, Tenzeeng Sherpa, mengatakan bahwa perubahan iklim memengaruhi Nepal dengan cepat, mengatakan bahwa sebagian gletser mencair satu meter setiap tahun.
"Sebagian besar mayat yang kita bawa ke kota, tetapi yang tidak bisa kita bawa kita hormati dengan berdoa untuk mereka dan menutupi mereka dengan batu atau salju."
Dia menyesali kurangnya tindakan pemerintah dalam menangani mayat yang ditemui di gunung. "Kami belum melihat pemerintah mengambil tanggung jawab apa pun," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Guardian dan CNN
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pengamat Timur Tengah Ingatkan Serangan AS ke Iran Bisa Jadi Lonceng Perang Global
- Wakil Ketua Komisi X DPR RI Ingatkan Transparansi dalam SPMB untuk Cegah Kecurigaan
- Menlu Iran Temui Presiden Rusia Valdmir Putin, Bahas Serangan Israel dan AS ke Taheran
- Ini Tiga Situs Nuklir Iran yang Jadi Sasaran Amerika Serikat
- WNI Mulai Dievakuasi dari Iran, Menteri Luar Negeri Sebut Gelombang Pertama 97 Orang
Advertisement

Damkarmat Bantul Evakuasi Babi Terperosok ke Tangki Septik di Bambanglipuro
Advertisement

Lion Air Buka Penerbangan Langsung YIA-Tarakan, Pariwisata Jogja Diproyeksikan Kian Maju
Advertisement
Berita Populer
- Serang Tiga Fasilitas Nuklir Iran, AS Habiskan Setidaknya Rp984 Miliar
- Pemkot Jogja Terus Gencarkan Perbaikan RTLH Melalui Bedah Rumah Berbasis Gotong Royong
- AS Serang Iran, Harga Emas dan Minyak Diproyeksi Melejit
- Usai Diserang AS, Iran Luncurkan Salvo Rudal Balistik ke Israel dan Bikin 16 Orang Terluka
- Perang Iran-Israel Makin Membara, Ekonom Ingatkan Rupiah Bisa Makin Tertekan
- Ini 10 Rekomendasi dari Komnas HAM Terkait dengan RUU KUHP
- Kemenhub Tanggapi Penertiban Truk ODOL yang Dianggap Menghambat Arus Logistik
Advertisement
Advertisement