Advertisement
SURVEI TERBARU : Gara-Gara Hoaks, Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin Meningkat, Prabowo-Sandi Tergerus

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA- Sebuah survei terbaru mengenai elektabilitas capres dan cawapres mengunggulkan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin.
Elektabilitas pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin terus meningkat dibandingkan survei sebelumnya, dari 52,7 persen menjadi 53,9 persen.
Advertisement
"Kasus kebohongan publik yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet memiliki efek elektoral, sehingga elektabilitas pasangan capres-cawapres, Jokowi-Ma'ruf naik satu persen," kata Direktur Eksekutif Y-Publica, Rudi Hartono saat memaparkan hasil surveinya bertema "Politik Kebohongan Mengancam Pemilu 2019?", di Jakarta, Senin (5/11/2018).
Sementara elektabilitas pasangan capres-cawapres nomor urut dua, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menurun sekitar 0,3 persen dari 28,6 persen menjadi 28,3 persen.
Rudi menjelaskan, gerak cepat kepolisian menangani kasus hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet serta politik kebohongan yang dituding dilakukan oleh rival oposisi berkontribusi menaikkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf.
"Politik kebohongan justru menjadi bumerang karena sekitar satu persen 'undecided voter' memutuskan untuk memilih Jokowi-Ma'ruf," paparnya.
Publik, kata dia, menilai tindakan Ratna tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan posisinya sebagai salah satu juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi (71,5 persen).
Menurut Rudi, kasus hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet berdampak luas pada masyarakat. Faktanya, hampir separuh responden (49,8 persen) mengaku mengetahui kabar itu.
Ia menyebutkan, mayoritas responden (81,3 persen) di antara mereka yang mengetahui hoaks penganiayaan Ratna menganggap politik kebohongan seharusnya tidak diperkenankan dalam kontestasi politik.
"Hanya 9,5 persen saja yang setuju, dengan persepsi yang negatif soal politik. Misalnya, persepsi bahwa dalam politik segala cara dihalalkan demi untuk meraih kekuasaan," ucap Rudi.
Ia menambahkan, penggunaan politik kebohongan memang sedang mendunia pascakemenangan Donald Trump di Amerika Serikat. Baru-baru ini gaya Trump ditiru oleh capres Brazil, Jair Bolsonaro, hingga berhasil memenangkan pemilu.
Populasi survei yang dilakukan oleh Y-Publica adalah warga negara Indonesia yang sudah mempunyai hak memilih dan dipilih, yaitu berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah.
Jumlah sampel adalah 1.200 responden yang dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling), mewakili 34 provinsi di Indonesia.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tatap muka kepada responden terpilih dengan menggunakan kuesioner.
Pengambilan data dilakukan pada 10-20 Oktober 2018 dan margin error adalah 2,98 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Jateng Alami Inflasi 2,2 Persen Juni 2025, Tertinggi Sejak LIma Bulan Terakhir
- Harga Tiket Mendaki Gunung Fuji Jepang Kini Naik Dua Kali Lipat
- Pemerintah Sebut Makan Bergizi Gratis Telah Menjangkau 5,58 Juta Orang
- Pemilu dan Pilkada Diputuskan Diadakan Terpisah, DPR Pertanyakan Posisi Mahkamah Konstitusi
- Terungkap, Mantan Wali Kota Semarang Mbak Ita Melarang Pegawai Bapenda Hindari Panggilan KPK
Advertisement

Bagus Adi Prayogo, Korban Meninggal Kapal Tenggelam KKN-PPM UGM Dikenal Sosok Mahasiswa Berprestasi dan Peduli Lingkungan
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Otoritas Iran Menyebut Korban Meninggal Akibat Serangan Israel Capai 935 Orang
- Hasil Seleksi PPPK Kemenag: 17.154 Dinyatakan Lolos, Ini Link Pemberkasan
- Presiden Prabowo Akan Bertemu Pemerintah Arab Saudi untuk Bahas Pembangunan Kampung Haji di Makkah
- 3 Pejabat Kementerian PU Dinonaktifkan Seusai OTT KPK Terkait Suap Proyek di Sumut
- Nikita Mirzani Diborgol Saat Hadiri Sidang di PN Jaksel
- Baru Sesaat Bebas dari Lapas, Mantan Sekretaris MA Nurhadi Kembali Ditangkap KPK Terkait Pencucian Uang
- Harga Tiket Mendaki Gunung Fuji Jepang Kini Naik Dua Kali Lipat
Advertisement
Advertisement