Advertisement

5,2 Juta Orang di Indonesia Belum Diterangi Listrik

Anitana W. Puspa & Denis Riantiza M.
Senin, 29 Oktober 2018 - 09:25 WIB
Budi Cahyana
5,2 Juta Orang di Indonesia Belum Diterangi Listrik Pengunjung mengamati miniatur kapal pembangkit tenaga listrik Karadeniz Powership Onur Sultan di sela-sela pameran 8th Indonesia Electricity, Power Generation & Independent Power Producer (IPP) Summit di Jakarta, Selasa (17/7/2018). - JIBI/Dwi Prasetya

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA — Sekitar 5,2 juta penduduk Indonesia belum dapat mengakses listrik. Sebagian besar masyarakat tersebut berada di wilayah terpencil, tertinggal, dan terluar.

Hari Listrik Nasional diperingati sejak 27 Oktober 1946. Ini adalah salah satu hari nasional tertua di Indonesia. Tahun ini, Hari Listik Nasional sudah dirayakan 73 kali. Namun, masih banyak warga Indonesia yang belum diterangi listrik, jumlah mereka bahkan nyaris setara dengan penduduk negeri jiran yang kaya, Singapura.

Advertisement

Rasio rumah tangga yang sudah tersambung listrik dengan total rumah tangga di Indonesia (rasio elektrifikasi) pada tahun ini sudah mencapai 98%. Capaian itu melebihi target yang sudah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015—2019 sebesar 97,5%.

Rasio elektrifikasi pada 2015 masih sebesar 88,3%, kemudian naik menjadi 91,2% pada 2016, dan pada 2017 sebesar 95,3%.  Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada 2016 terdapat 65 juta juta rumah tangga.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyatakan, kendati telah melebihi target, rasio elektrifikasi masih tersisa 2% atau setara dengan 5,2 juta warga Indonesia yang belum menikmati listrik.

Jonan mengatakan bahwa pemanfaatan energi baru terbarukan akan melengkapi rasio kelistrikan di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau.

“Sebanyak 5,2 juta masyarakat Indonesia yang belum menikmati penerangan atau listrik itu sangat banyak, setara dengan seluruh populasi Singapura. Kami sangat berharap tahun depan seluruhnya akan dapat menikmati penerangan. Ini target mati-matian yang harus dicapai,” kata Jonan dalam pemaparan kinerja empat tahun pemerintah Joko Widodo dan Jusuf Kalla belum lama ini.

Menurut dia, di daerah-daerah yang terisolasi dan sulit dijangkau, pemerintah akan menggunakan energi baru terbarukan sebagai sumber listrik di wilayah itu.

Jonan mengatakan pemerintah akan berupaya agar tarif dasar listrik pada 2019 tidak naik. Hal itu bertujuan untuk menjaga keterjangkauan listrik bagi seluruh warga. Jonan juga menjelaskan saat ini untuk daerah terpencil, pemerintah telah membagikan lampu tenaga surya gratis.

Menurut dia, ada 2.519 desa yang juga belum menikmati listrik hingga akhir 2016. Daerah ini, lanjut dia, jika dibangun transmisi dan sarana distribusi akan membutuhkan waktu lama. Pembangunan transmisi akan membutuhkan biaya besar.

“Akhirnya pemerintah memutuskan lampu tenaga surya hemat energi. Jadi, masyarakat menggunakan panel surya, yang bisa menghidupkan empat lampu, setara 25 watt lampu pijar dan bisa untuk charge telepon seluler. Namun, belum bisa untuk menyalakan televisi”

Pada tahun lalu, pemerintah telah memasang lampu hemat energi untuk 79.556 rumah yang rata-rata masih berlokasi di wilayah timur Indonesia. Tahun ini, pemerintah menargetkan untuk memasang lampu hemat energi di 175.000 rumah dilanjutkan pada 2019 sebanyak 98.000 rumah.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat realisasi target elektrifikasi tahun ini sudah melampaui target yang dicanangkan dalam RPJMN.

Energi Terbarukan

Sementara, kapasitas terpasang pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia terus bertambah, tetapi akselerasinya belum seperti yang diharapkan.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, sampai dengan kuartal ketiga tahun ini kapasitas terpasang pembangkit listrik panas bumi (PLTP) mencapai 1.948,5 megawatt (MW) atau 94,65% dari target tahun ini yang ditetapkan sebesar 2.058,5 MW.  Angka ini tidak bergerak dari capaian pada semester pertama.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan,hal tersebut disebabkan beberapa proyek PLTP baru akan beroperasi pada akhir tahun ini. 

“Akhir tahun mudah-mudahan tercapai.  Sekarang mulai hujan, longsor bisa terjadi kapan saja, semoga tidak terjadi sehingga ganggu target kapasitas terpasang,” ujar Rida di Jakarta, akhir pekan lalu.

Pada akhir tahun diperkirakan akan terdapat tambahan kapasitas terpasang PLTP sebanyak 100 MW: yakni dari PLTP Sorik Marapi 40 MW, PLTP Lumut Balai  55 MW, dan PLTP Sokoria 5 MW.

Dengan total kapasitas terpasang saat ini, Indonesia mampu menyalip Filipina sebagai produsen listrik panas bumi peringkat kedua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat.

Sementara itu, kapasitas terpasang pembangkit EBT lainnya, seperti pembangkit listriik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH), dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), sampai kuartal III/2018 telah mencapai 390,5 MW atau 75% dari target, yakni 515 MW. Adapun kapasitas pembangkit terpasang PLT Bionergi mencapai 1.857,5 MW atau 91,5% dari target 2.030 MW sampai akhir tahun.

“Kami belum puas dengan kapasitas terpasang.  Bergerak maju iya, tapi akselerasinya belum seperti yang kami inginkan. Target 23% masih jauh,” ucap dia.

Oleh karena itu, untuk mengejar target bauran energi EBT 23% pada 2025, Kementerian ESDM tengah menyiapkan regulasi pemanfaatan PLTS atap.  Dengan regulasi tersebut potensi PLTS yang bisa dikembangkan dapat mencapai 1 gigawatt (GW).  Kemudian mendorong penggantian bahan bakar pembangkit listrik tenaga disel (PLTD) dari solar menjadi minyak sawit murni.

Di sisi lain, juga masih terdapat 24 proyek pembangkit tenaga angin yang bisa dikembangkan dengan potensi kapasitas 1.750 MW.  Dari 24 proyek tersebut yang baru terealisasi adalah PLTB Sidrap 75 MW dan menyusul PLTB Jeneponto 72 MW pada November 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Pakar Hukum Universitas Widya Mataram Sebut Ade Armando Tak Paham Sejarah Keistimewaan DIY

Jogja
| Selasa, 05 Desember 2023, 01:27 WIB

Advertisement

alt

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya

Wisata
| Jum'at, 01 Desember 2023, 19:12 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement