Advertisement
Ahli Jelaskan Kenapa Lombok Terus Diguncang Gempa
Foto aerial pencarian korban di bawah reruntuhan Masjid Jamiul Jamaah yang rusak akibat gempa bumi di Bangsal, Lombok Utara, NTB, Rabu (8/8). BPBD Lombok Utara mencatat berdasarkan laporan dari seluruh kecamatan setempat bahwa data sementara jumlah korban meninggal dunia akibat gempa di daerah itu mencapai 347 orang. - Antara foto/ Zabur Karuru
Advertisement
Harianjogja.com, BANDUNG - Sesar naik ditengarai sebagai sebab munculnya gempa susulan di Pulau Lombok hingga ratusan kali.
Gempa bumi yang terjadi di Lombok masih terus terjadi. Hingga kini, sudah lebih dari 500 kali gempa susulan terjadi setelah sempat tiga kali mengalami gempa berkekuatan besar, yakni 6,4 SR, 7 SR, dan 6,2 SR.
Advertisement
Kabid Mitigasi Gempa Bumi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Sri Hidayati memberikan penjelasan soal fenomena tersebut.
Gempa susulan merupakan hal biasa yang terjadi setelah sebelumnya terjadi gempa berkekuatan besar. Tapi, gempa susulan kekuatannya jauh lebih kecil.
BACA JUGA
"Gempa dengan magnitude cukup besar biasanya diikuti gempa susulan yang banyak," ujar Sri, Selasa (14/8/2018).
Soal kenapa gempa susulan bisa lebih dari 500 kali, hal itu dikarenakan gempa bumi tersebut dipicu oleh sesar naik. Sehingga, potensi seringnya gempa susulan terjadi akan sangat terbuka.
"Karena gempa ini dipicu sesar naik, jadi dia akan lebih banyak ininya [gempa susulannya]," ucapnya.
Ke depan, potensi gempa susulan pun masih memungkinkan terus terjadi. "Tapi mudah-mudahan makin kecil [magnitudonya], biasanya makin lama akan makin mengecil," tuturnya.
Gempa susulan itu menurutnya merupakan proses pelepasan energi dari dalam bumi. Setelah energi yang dilepaskan habis, maka kondisinya akan kembali normal.
"Misalnya dulu energinya nol [sebelum gempa], dia akan kembali lagi ke titik yang sama. Gempa-gempa susulan yang terjadi saat ini ini masih pada tahap relaksasi sebelum benar-benar gempa susulan berhenti," pungkas Sri.
Kepala Bidang Geosains Badan Geologi Asep Kurnia Permana kembali mengingatkan bahwa sampai saat ini belum ada teknologi atau ahli yang bisa memprediksi kapan dan di mana gempa bumi akan terjadi.
"Karena itu yang paling penting melakukan mitigasi. Kita harus mengenali geodinamika, ini sangat penting," ujarnya.
Peran pemerintah daerah pun sangat penting dalam upaya mitigasi tersebut. Apalagi, sejak 2013 lalu ada peta kawasan rawan gempa. Peta itu bisa jadi acuan bagi pemerintah daerah untuk melakukan penataan ruang dan wilayah.
Jika penataan dilakukan, minimal korban jiwa akan bisa diminimalisir jika suatu saat terjadi gempa. Bukan hanya di Lombok, peta itu juga memuat kerentanan terjadinya gempa di seluruh daerah di Indonesia.
"Kita sudah melakukan pemetaan mikrozonasi kaitannya bagaimana memetakan kaitannya dampak risiko dari [potensi] kegempaan tersebut," paparnya.
"Peta ini sebaiknya jadi bahan bagi pemda untuk menyusun tata ruang sehingga potensi [hilangnya] korban jiwa bisa dikurangi," pungkas Asep.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Okezone
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Badan Geologi Pantau Ketat 127 Gunung Api Aktif di Indonesia
- Libur Nataru, KLH Prediksi Sampah Nasional Naik 59 Ribu Ton
- Lebih dari 4 Juta Senjata Beredar, Australia Luncurkan Buyback Nasion
- KPK Tangkap Enam Orang dalam OTT di Kalimantan Selatan
- Kakak Sulung Berpulang, Unggahan Atalia Praratya Mengharukan
Advertisement
Jadwal Lengkap Misa Natal Gereja Katolik DIY 25 Desember 2025
Advertisement
Sate Klathak Mbah Sukarjo Hadirkan Kuliner Khas di Pusat Kota
Advertisement
Berita Populer
- All New Hyundai Nexo Raih 5 Bintang Uji Keselamatan Euro NCAP
- HUT ke-68 Pertamina, Patra Niaga Gelar Khitan Massal di Cilacap
- BPBD Bantul Susun Rencana Kontingensi Tsunami 2026 sampai 2028
- IDC: Pasar Wearable Tumbuh 10 Persen, Huawei Kuasai Global
- Pemkab Gunungkidul Tuntaskan Normalisasi 2 Luweng Rawan Banjir
- ByteDance dan Oracle Bentuk Perusahaan Baru untuk TikTok AS
- Kim Seon-ho dan Go Youn-jung ke Jakarta Januari 2026
Advertisement
Advertisement



