Advertisement

MUI Ingatkan Pengajian Jangan Jadi Ajang Kampanye Politik

Newswire
Sabtu, 28 April 2018 - 07:50 WIB
Bhekti Suryani
MUI Ingatkan Pengajian Jangan Jadi Ajang Kampanye Politik Ketua MUI Maruf Amin (kiri) dan CEO Obsession Media Group, Usama Hisyam disela penghargaan Obsession Awards 2018 dan Womens Obsession Awards 2018 di Jakarta, Kamis (22/3/2018). (JIBI/Bisnis - Nurul Hidayat)

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA- Rumah ibadah dan kantor pemerintahan diimbau tidak jadi tempat kampanye politik.

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin meminta rumah ibadah dan kantor pemerintahan tidak dijadikan sebagai wadah berpolitik dengan berkampanye maupun meminta dukungan dalam berpolitik praktis.

Advertisement

"Itu yang kita harapkan jangan ada menggunakan tempat ibadah, kantor pemerintahan, pengajian-pengajian dijadikan sebagai forum untuk kampanye atau ringkasannya," kata Ma'ruf Amin usai menghadiri acara FGD PDI Perjuangan Aktualisasi Nilai-Nilai Kebangsaan untuk Mencegah Penyebarab Paham Radikalisme Pro Kekerasan dan Intoleransi di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Jumat (27/4/2018).

Menurut Ma'ruf, rumah ibadah kerap dipolitisasi untuk kepentingan politik jangka pendek. Menurut dia, berpolitik di rumah ibadah harus berpolitik yang keagamaan, kenegaraan, dan kebangsaan untuk memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Kalau politik keagamaan, politik kebangsaan dan knegaraan itu harus. Kalau politik yang tidak dijiwai agama kan nanti jadi politik tidak santun, dan kemudian money politic," jelasnya.

Ia berharap, semua elemen bangsa dan negara harus berkomitmen menjadikan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Selain itu, UUD 1945 juga telah final dalam NKRI.

"Karena itu kita smua bangsa dan umat Islam itu sudah selesai. Kita harus punya komitmen kebangsaan," imbuhnya.

Rais Aam PBNU itu membenarkan bahwa masih ada kelompok-kelompok yang belum berkomitmen tentang kebangsaan yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi. Menurut dia, terdapat kesalahan persepsi dari pemikiran keislaman dan kebangsaan dari kelompok-kelompok tersebut.

"Padahal Islam dan kebangsaan ini sudah diselesaikan. Kedua adanya kelompok yang masih punya paham radikal ingin mengganti dengan kekrasan dan intoleran karena itu kita harus tangani melalui kontraradikalisme dan kemudian deradikalisasi untuk kita satukan pendapat. Kemudian kita membangun keutuhan bangsa ini supaya kita utuh melalui ukuwah," lanjutnya.

Ia berharap, semua elemen bangsa dapat menjaga hubungan antara umat Islam dan hubungan antara persaudaraan antarbangsa Indonesia.

"Yaitu ukuwah Islamiyah, persaudaraan sesama Islam dan wathaniah persaudaraan sesama bangsa. Kalau ini terbangun maka tidak ada lagi konflik, kalau memang berbeda pendapat itu sudah biasa," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Okezone

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Sepanjang 2025 BPBD Bantul Evakuasi 440 Sarang Tawon

Sepanjang 2025 BPBD Bantul Evakuasi 440 Sarang Tawon

Bantul
| Rabu, 08 Oktober 2025, 12:47 WIB

Advertisement

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya

Wisata
| Minggu, 05 Oktober 2025, 20:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement