Advertisement
Ahli Jelaskan Kenapa Lombok Terus Diguncang Gempa
Advertisement
Harianjogja.com, BANDUNG - Sesar naik ditengarai sebagai sebab munculnya gempa susulan di Pulau Lombok hingga ratusan kali.
Gempa bumi yang terjadi di Lombok masih terus terjadi. Hingga kini, sudah lebih dari 500 kali gempa susulan terjadi setelah sempat tiga kali mengalami gempa berkekuatan besar, yakni 6,4 SR, 7 SR, dan 6,2 SR.
Advertisement
Kabid Mitigasi Gempa Bumi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Sri Hidayati memberikan penjelasan soal fenomena tersebut.
Gempa susulan merupakan hal biasa yang terjadi setelah sebelumnya terjadi gempa berkekuatan besar. Tapi, gempa susulan kekuatannya jauh lebih kecil.
"Gempa dengan magnitude cukup besar biasanya diikuti gempa susulan yang banyak," ujar Sri, Selasa (14/8/2018).
Soal kenapa gempa susulan bisa lebih dari 500 kali, hal itu dikarenakan gempa bumi tersebut dipicu oleh sesar naik. Sehingga, potensi seringnya gempa susulan terjadi akan sangat terbuka.
"Karena gempa ini dipicu sesar naik, jadi dia akan lebih banyak ininya [gempa susulannya]," ucapnya.
Ke depan, potensi gempa susulan pun masih memungkinkan terus terjadi. "Tapi mudah-mudahan makin kecil [magnitudonya], biasanya makin lama akan makin mengecil," tuturnya.
Gempa susulan itu menurutnya merupakan proses pelepasan energi dari dalam bumi. Setelah energi yang dilepaskan habis, maka kondisinya akan kembali normal.
"Misalnya dulu energinya nol [sebelum gempa], dia akan kembali lagi ke titik yang sama. Gempa-gempa susulan yang terjadi saat ini ini masih pada tahap relaksasi sebelum benar-benar gempa susulan berhenti," pungkas Sri.
Kepala Bidang Geosains Badan Geologi Asep Kurnia Permana kembali mengingatkan bahwa sampai saat ini belum ada teknologi atau ahli yang bisa memprediksi kapan dan di mana gempa bumi akan terjadi.
"Karena itu yang paling penting melakukan mitigasi. Kita harus mengenali geodinamika, ini sangat penting," ujarnya.
Peran pemerintah daerah pun sangat penting dalam upaya mitigasi tersebut. Apalagi, sejak 2013 lalu ada peta kawasan rawan gempa. Peta itu bisa jadi acuan bagi pemerintah daerah untuk melakukan penataan ruang dan wilayah.
Jika penataan dilakukan, minimal korban jiwa akan bisa diminimalisir jika suatu saat terjadi gempa. Bukan hanya di Lombok, peta itu juga memuat kerentanan terjadinya gempa di seluruh daerah di Indonesia.
"Kita sudah melakukan pemetaan mikrozonasi kaitannya bagaimana memetakan kaitannya dampak risiko dari [potensi] kegempaan tersebut," paparnya.
"Peta ini sebaiknya jadi bahan bagi pemda untuk menyusun tata ruang sehingga potensi [hilangnya] korban jiwa bisa dikurangi," pungkas Asep.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Okezone
Berita Lainnya
- Garuda Selangkah Lagi Menuju Paris, Ini Fakta tentang Olimpiade Melbourne 1956
- Satu Kemenangan Lagi menuju Olimpiade Paris, STY: Percayai Saya, Ikuti Saya!
- Koalisi Berkah Pecah, Hari Wuryanto Bakal Maju sebagai Calon Bupati Madiun 2024
- Garuda Muda Wajib Waspada, 3 Pemain Uzbekistan Bermain di Prancis dan Rusia
Berita Pilihan
- Siap-Siap! Penerapan SLFF di Tol Sebelum Oktober 2024
- Ditanya soal Kemungkinan Maju di Pilkada, Kaesang Memilih Ini
- Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus
- Meningkatkan Perlindungan dari Penyakit Menular, Jemaah Calon Haji Disarankan Vaksin
- Dugaan Pelanggaran Wewenang, Wakil Ketua KPK Laporkan Anggota Dewas
Advertisement
LITERASI KESEHATAN: Warga Lansia Diminta Bijak Memilih Jenis Olahraga
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Penetapan Caleg Terpilih di DIY Menunggu BRPK Mahkamah Konsitusi
- Surya Paloh Enggan Jadi Oposisi dan Pilih Gabung Prabowo, Ini Alasannya
- Izin Tinggal Peralihan Jembatani Proses Transisi Izin Tinggal WNA di RI
- Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus
- Gaji Prabowo-Gibran Saat Sudah Menjabat, Ini Rinciannya
- Iuran Pariwisata Masuk ke Tiket Pesawat, Ini Kata Menteri Pariwisata
- KASD Sebut Penggantian Istilah dari KKB ke OPM Ada Dampaknya
Advertisement
Advertisement