Advertisement

Diboikot Sekalipun, Facebook Diyakini Tetap Kokoh

Budi Cahyana
Senin, 09 April 2018 - 07:05 WIB
Nugroho Nurcahyo
Diboikot Sekalipun, Facebook Diyakini Tetap Kokoh Ilustrasi aplikasi Facebook - The Guardian

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Analis menilai boikot tak akan terlalu merugikan Facebook secara ekonomis. Bahkan, fulus yang digelontorkan untuk beriklan di medsos terpopuler sejagat itu akan melampaui nilai iklan di semua televisi dua tahun lagi.

“Media sosial raksasa tidak menunjukkan tanda-tanda bakal melambat secara komersial,” kata Bill Fisher, analis senior di eMarketer

Advertisement

Menurut dia, sulit untuk memperkirakan apakah skandal Cambridge Analytica akan mengurangi jumlah pengguna aktif Facebook secara signifikan. eMarketer memperkirakan belanja iklan di medsos akan terus tumbuh, meski platform tersebut diterpa berbagai berbagai problem seperti skandal pencurian data dan menyebarnya hoaks.

Menurut laporan perusahaan riset pasar yang berbasis di New York tersebut, uang iklan di medsos akan meroket hingga 40% dalam dua tahun ke depan, dari 3,29 miliar paun (setara Rp63,8 triliun) menjadi 4,59 miliar paun (Rp89 triliun). Pada 2020, nilai iklan di televisi diperkitakan hanya 4,04 miliar paun (Rp78,3 triliun).

Dominasi Facebook atas platform medsos lain juga masih kokoh, meski cenderung turun. Dua tahun ke depan, Facebook masih menguasai 82,5% pasar iklan di medsos, turun dari 84% pada tahun ini.

Sejumlah warganet dunia menggalang Operation Faceblock, sebuah gerakan memboikot Facebook selama 24 jam serentak pada Rabu (11/4/2018). Namun, boikot dan sejumlah skandal lain, diperkirakan tak akan memengaruhi popularitas dan keuntungan Facebook.

Ajakan boikot satu hari ini bukan hanya untuk Facebook, melainkan juga aplikasi-aplikasi di bawah Facebook Inc., seperti Messenger, WhatsApp, dan Instagram. Tanggal 11 April dipilih bertepatan dengan kesaksian bos Facebook Mark Zuckerberg tentang privasi data di depan Kongres Amerika Serikat.

Boikot seharian penuh merupakan bentuk protes keras penggunaan 87 juta profil Facebook tanpa izin dari pemilik akun oleh Cambridge Analytica. Penggunaan data pribadi tanpa persetujuan pengguna itu, telah melanggar keputusan yang ditandatangani Facebook dengan Federal Trade Commission (FTC) atau Komisi Energi Amerika Serikat pada 2011.

Juru Bicara Operation Faceblock Laura Ullman mengatakan boikot merupakan keprihatinan terhadap lemahnya keamanan dan privasi data di medsos.

“Banyak orang mengatakan menyukai Facebook tetapi ingin perusahaan itu meningkatkan [privasi penggunanya]. Tidak menggunakan platform ini selama sehari adalah sebuah demonstrasi virtual yang mudah dilakukan, tetapi mampu mengirim pesan yang kuat agar desakan kami diperhatikan dengan lebih baik,” kata dia seperti dilansir dari The Guardian, Minggu (8/4).

Menurut Laura Ullman, tidak semua orang atau perusahaan memiliki hak istimewa untuk bisa menguasai data seseorang.

Facebook telah menciptakan monopoli dan di beberapa negara, satu-satunya titik masuk ke Internet adalah melalui Facebook. Bahkan seringkali menjadi satu-satunya sumber berita di beberapa tempat,” katanya.

Facebook kemudian menjadi platform untuk mengorganisasi komunitas. Dengan demikian, komunitas tidak boleh dibiarkan menjadi menderita karena kebijakan dan sistem yang buruk pada perusahaan.

Selain menginap di kantor Facebook, Messenger, Whatsapp dan Instagram pada 11 April, Ullman bersama peserta boikot juga menulis surat kepada Zuckerberg dan Pemerintah Amerika Serikat.

Sebelum kesaksiannya di depan Komisi Energi dan Perdagangan Parlemen pada Rabu lusa, Zuckerberg juga akan bersaksi di depan Komisi Pengadilan dan Perdagangan Senat pada Selasa (10/4/2018).

Facebook yang didirikan Zuckerberg pada 2004 dan kini berkembang menjadi media raksasa. Hingga Januari, tercatat sedikitnya 2,1 miliar pengguna Facebook aktif.

Facebook diguncang prahara setelah terungkang sebanyak 87 juta data akun penggunanya diambil Cambridge Analytica dan disalahgunakan. Puluhan juta data pengguna itu berasal dari berbagai negara, paling banyak Amerika Serikat.

Akun pengguna Facebook di Indonesia yang menjadi korban skandal tersebut diperkirakan mencapai sekitar satu juta, menduduki peringkat ketiga terbanyak data pengguna yang bocor setelah AS dan Filipina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : The Guardian, Grafis/Solopos

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Bus Terbakar di Ring Road Gamping, 10 Penumpang Berhasil Dievakuasi

Sleman
| Kamis, 18 April 2024, 11:27 WIB

Advertisement

alt

Sambut Lebaran 2024, Taman Pintar Tambah Wahana Baru

Wisata
| Minggu, 07 April 2024, 22:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement