Advertisement
Perang Dagang AS-China Bisa Picu Great Depression Kedua
JP Morgan Chase - Reuters/Lucas Jackson
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China dinilai menjadi ancaman bahaya terbesar bagi ekonomi global. Perseteruan dagang dua negara dengan perekonomian raksasa itu bisa memicu terjadinya Great Depression kedua.
“Saya pikir itu adalah bahaya terbesar saat ini bagi ekonomi dunia,” ujar Chairman JP Morgan Chase International Jacob Frenkel kepada CNBC dalam agenda European House Ambrosetti Forum, Jumat (6/4/2018).
“Ini masih belum perang dagang, [ini hanya] beberapa perselisihan kecil. Saya pikir kita harus ingat tragedi tahun 1931 yang berujung pada periode Great Depression. Kita harus menghindarinya dengan segala cara,” lanjut Frenkel.
Advertisement
Komentar Frenkel muncul di tengah pergumulan perdagangan antara dua negara berkekuatan ekonomi terbesar di dunia yang telah mendominasi pemberitaan selama beberapa pekan terakhir.
Ini dimulai dengan keputusan Trump mengenakan tarif impor untuk produk baja dan aluminium masing-masing sebesar 25% dan 10% termasuk yang berasal dari China, pada Maret 2018.
Langkah Trump itu dibalas China dengan menjatuhkan tarif untuk impor daging babi, buah, kacang-kacangan, dan beberapa jenis wine asal negeri Paman Sam.
Kemudian Trump menandatangani tarif impor atas 1.300 produk dari China. Tarif impor sebesar 25% diajukan atas sejumlah produk teknologi industri, transportasi, dan medis, dengan nilai mencapai US$50 miliar.
Kurang dari 24 jam setelahnya, pada Rabu (4/4/2018), China mengumumkan pengenaan tarif impor sebesar 25% untuk 106 produk impor dari AS bernilai mencapai US$50 miliar, di antaranya berupa kedelai, mobil, bahan kimia, pesawat terbang, dan jagung.
Yang terbaru, Trump telah memerintahkan US Trade Representative (Departemen Perdagangan AS) untuk mempertimbangkan tarif impor tambahan atas sejumlah produk China senilai US$100 miliar, pada Kamis (5/4/2018) waktu setempat.
Di sisi lain, tanpa bermaksud mewakili pemerintah AS, Frenkel berpendapat pada umumnya kebijakan Trump sejauh ini positif untuk sektor bisnis.
“Beberapa langkah kebijakan seperti pemangkasan tarif pajak perusahaan, repatriasi pendapatan, deregulasi, itu semua telah disambut sangat antusias oleh sektor investasi,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Bulan Perlahan Menjauhi Bumi, Ini Dampaknya bagi Kehidupan
- Hunian Korban Bencana Sumatera Bakal Dibangun di Lahan Negara
- Tokoh Dunia Kecam Penembakan Bondi Beach yang Tewaskan 12 Orang
- Surya Group Siap Buka 10.000 Lowongan Kerja di Tahun 2026
- Konser Amal di Tangerang Galang Rp1,3 Miliar untuk Sumatera dan Aceh
Advertisement
Libur Nataru, Bandara YIA Prediksi 247 Ribu Penumpang
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Lomba Lacak Sinyal ARDF Latih Kesiapsiagaan Bencana di Kulonprogo
- Polri Segera Umumkan Tersangka Bencana Banjir Sumatera Utara
- Jemaat Gereja St Albertus Agung Buat Altar dari Barang Bekas
- Rizki Juniansyah Rebut Emas SEA Games dan Pecahkan Rekor Dunia
- Guru Besar UGM Usul Sebagian Dana MBG Dialihkan ke Daerah Bencana
- Makanan Sehat dan Praktis Bakal Jadi Tren Gaya Hidup 2026
- AFJ Desak Regulasi Larangan Perdagangan Monyet Ekor Panjang
Advertisement
Advertisement




