Advertisement

Kisah Ibu Selamatkan Keluarga Saat Longsor Pasaman Barat

Newswire
Minggu, 07 Desember 2025 - 11:17 WIB
Sunartono
Kisah Ibu Selamatkan Keluarga Saat Longsor Pasaman Barat Kisah Yusmidar selamatkan keluarga dari longsor Pasaman Barat, sementara tim gabungan terus mencari tiga korban hilang. - Antara.

Advertisement

Harianjogja.com, PASAMAN BARAT—Yusmidar, warga Nagari Sinuruik, menceritakan detik menegangkan saat menyelamatkan empat anak dan ayahnya dari longsor yang menerjang rumahnya menjelang subuh sekitar pukul 04.00 WIB pada Jumat (28/11). Dalam kondisi gelap dan lumpur setinggi leher, ia bertahan berpegangan pada sebatang kayu sambil mencari anggota keluarganya satu per satu.

Di tengah situasi kacau, teriakan anaknya menjadi petunjuk yang membawanya menemukan mereka dalam kondisi tertimbun material longsor. Warga kemudian datang membantu hingga seluruh anggota keluarga berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat.

Advertisement

Sementara itu, proses pencarian tiga korban lain yang masih hilang terus dilakukan tim gabungan. Upaya penyisiran terkendala medan longsor yang luas serta hujan yang masih mengguyur wilayah Pasaman Barat.

"Allah maha besar. Meskipun rumah saya habis tak berbekas. Keluarga saya bisa selamat," ucapnya sebagaimana dilansir Antara, Minggu (7/12/2025).

Raut kesedihan mendalam terpancar di wajah Yusmidar yang baru ditinggal suaminya lima bulan lalu. Jam menunjukkan pukul 03.00 WIB pada Jumat (28/11) itu, katanya, memulai kisahnya.  Matanya tidak mau terpejam di tengah derasnya hujan. Tiba-tiba anak perempuan yang paling kecil Asyifa Nur Rahmadhani (8) gelisah dan tidak mau tidur.

"Ada apa nak," tanyanya.

Anaknya menjawab ayahnya yang baru lima bulan meninggal memanggil minta tolong hampir tiga kali.

"Kenapa abak [ayah] memanggil mak [ibu?" kata bocah yang biasa dipanggil Syifa itu.

"Perasaan Syifa saja, mana mungkin Abak memanggil," kata Yusmidar.

Setelah itu, dia mengajak anaknya rebahan untuk tidur. Namun, tiba-tiba anaknya berteriak keras minta tolong.

Tak lama berselang terdengar suara gemuruh dan bunyi hantaman yang begitu keras. Tanpa dia sadari rumahnya mulai gelap dan dipenuhi lumpur bercampur air setinggi leher. Di dalam kepanikannya, Yusnimar bisa menggapai kayu yang ada di dekatnya dan berpegangan sambil memanggil anak-anaknya.

"Beruntung saya bisa memegang kayu yang tersangkut dan bisa jadi tempat berpegangan. Saat itu yang teringat hanya anak-anak saya," katanya.

Dengan tenaga seadanya dia memanggil anak-anaknya, tapi tidak ada yang menjawab. "Yang terdengar hanya suara lumpur yang mengalir deras menghantam rumah," katanya.

Sambil berpegangan di sebatang kayu itu ia menggapai apa yang dapat digapai dan berjalan secara perlahan meskipun berat di dalam lumpur.

"Waktu itu saya sudah pasrah dan mengira anak-anak dan ayah saya sudah hanyut," ujarnya lirih.

Namun, tak lama kemudian dia mendengar suara memanggilnya. "Mak, ini Azis."

Mendengar itu, dia bergerak mencari asal suara itu dan langsung menarik anaknya dari lumpur yang telah menutupi hampir sebagian kepala anaknya.

Seusai menyelamatkan anaknya yang berumur 15 tahun itu, lalu dia kembali mencari anaknya yang lain sambil memanggil-manggil nama dengan penuh harapan.

"Alhamdulillah suara saya dijawab oleh anak saya yang paling kecil Asyifa dengan suara yang sayup-sayup minta tolong," ujarnya.

Mendengar itu, dia langsung kembali tertatih-tatih mencari asal suara itu karena tidak tau dari mana arahnya dalam kondisi gelap gulita.

Sembari memanggil-manggil nama anaknya, dia menjangkau apa yang bisa jangkau di kegelapan yang mencekam itu. Akhirnya usahanya berhasil dengan menjangkau baju anaknya. Asyifa diangkatnya secara perlahan karena sudah tertimbun material longsor dalam keadaan lemah.

Tak lama kemudian datang warga sekitar memberikan bantuan dan mencari dua orang anaknya lagi Akbar, 17, dan Anton, 22. Berkat keyakinan akhirnya keempat anaknya berhasil diselamatkan.

"Awalnya saya sudah pasrah, namun Allah masih sayang pada kami dan berhasil diselamatkan," katanya.

Terakhir, dia bersama warga lainnya bersama-sama mencari keberadaan ayahnya Amirudin, 75, yang dalam keadaan sakit stroke. Ayahnya pun ditemukan sudah tertutup lumpur dan bersama-sama warga lainnya berhasil menarik dan menyelamatkannya.

Yusnimar sama sekali tidak menyangka rumahnya bisa luluh lantah di hantam longsor, mengingat rumahnya berdiri di lokasi tanah yang tinggi dibandingkan rumah warga lainnya.

"Saya memiliki enam orang anak. Dua orang anak saya tinggal di rumah eteknya (tante), sedangkan empat lagi tinggal bersama saya. Alhamdulillah bisa selamat," ucapnya sambil mengucapkan rasa syukur.

Tertimbun Longsor

Bencana longsor di Tinggam, Sinuruik, menyebabkan lima orang tertimbun longsor. Dari lima orang itu, dua orang telah ditemukan dengan keadaan meninggal dunia yakni Yelma Yunita (41) ditemukan pada Senin (1/12) dan Raffael Gusti Pratama (7) ditemukan pada Jumat (5/12).

Sedangkan tiga korban lainnya, yakni Dian Fernanda (24), Amrizal (38) dan Nurhayati (35) masih dalam pencarian tim gabungan hingga hari ke sepuluh, Minggu (6/12), sejak longsor.

Menurut Bupati Pasaman Barat, Yulianto, tim gabungan mulai dari Basarnas, BPBD, TNI, Polri, PMI, kecamatan, nagari, relawan terus bahu membahu mencari korban. Selain menggunakan alat berat ekskavator, pencarian juga dilakukan secara manual.

Bentangan longsor yang mencapai satu kilometer dan ketinggian lebih dari 10 meter, menyebabkan pencarian sedikit terkendala. Ditambah lagi hujan terus terjadi di daerah itu.

Yulianto mengharapkan doa semua pihak agar pencarian korban dapat membuahkan hasil. Para keluarga korban juga telah diungsikan dan dibantu. Termasuk korban yang selamat.

Wakil Bupati M. Ihpan menyebutkan korban yang selamat Amirudin yang mengalami stroke juga telah dibantu, antara lain dengan diberikan kursi roda. Selain longsor di Tinggam Kecamatan Talamau, sebagian besar wilayah Pasaman Barat juga dilanda banjir.

Tercatat data terakhir hingga Sabtu (6/12) malam di posko bencana alam Pasaman Barat bencana alam banjir dan longsor menyebabkan empat orang meninggal dunia, tiga orang hilang, lima orang luka, dan puluhan ribu warga harus mengungsi.

Selain itu, tragedi banjir dan longsor juga menyebabkan 46 unit rumah rusak berat, 18 unit rusak sedang, 22 unit rusak ringan, 5.171 unit rumah terendam banjir, 13 unit rumah hanyut dan 31 sekolah terdampak.

Tragedi itu juga merusak satu perkantoran, tiga fasilitas kesehatan terdampak, enam tempat ibadah terendam, 12 jembatan rusak, 10 ruas jalan terdampak dan 921,25 hektare lahan pertanian terdampak.​​​​​​​

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Pantai Jadi Sumber Terbesar Sampah Wisata Gunungkidul

Pantai Jadi Sumber Terbesar Sampah Wisata Gunungkidul

Gunungkidul
| Minggu, 07 Desember 2025, 14:17 WIB

Advertisement

Wisata Petik Melon Gaden Diserbu Pengunjung saat Panen Perdana

Wisata Petik Melon Gaden Diserbu Pengunjung saat Panen Perdana

Wisata
| Minggu, 07 Desember 2025, 12:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement