Advertisement

Inflasi Jadi Kekhawatiran Utama Warga Venezuela Dibanding AS

Jumali
Jum'at, 05 Desember 2025 - 12:17 WIB
Jumali
Inflasi Jadi Kekhawatiran Utama Warga Venezuela Dibanding AS Inflasi / Ilustrasi Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Meski ketegangan politik dengan Amerika Serikat (AS) meningkat, warga Venezuela lebih mengkhawatirkan inflasi yang menggerus pendapatan dan daya beli mereka sehari-hari.

Ketegangan memuncak setelah Presiden AS Donald Trump mengerahkan kekuatan militer besar-besaran ke perairan lepas pantai Venezuela pada awal September 2025 untuk kampanye antinarkoba. Peringatan Trump mengenai kemungkinan operasi "darat" dan blokade wilayah udara Venezuela memicu kekhawatiran akan intervensi AS untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.

Advertisement

Namun, bagi masyarakat Venezuela, tekanan ekonomi dirasakan lebih nyata daripada ancaman perang. “AS tidak akan melakukan intervensi. Yang benar-benar mengkhawatirkan kami adalah kenaikan nilai dolar,” ujar Alejandro Orellano, pemilik kios sayur di pasar Quinta Crespo, Caracas, kepada BBC Mundo.

Data bank sentral Venezuela menunjukkan bolivar telah kehilangan sekitar 70% nilainya terhadap dolar AS sejak operasi militer AS dimulai di Karibia. Di pasar gelap, nilai satu dolar mencapai 370 bolivar, jauh melampaui kurs resmi yang berada di angka 249 bolivar.

Ketergantungan Venezuela pada impor menyebabkan pelemahan bolivar langsung memicu kenaikan harga pangan. Sanksi ekonomi AS yang semakin ketat memperburuk tekanan di pasar.

“Harga-harga naik setiap hari. Tepung jagung hari ini 220 bolivar, besok 240, lusa 260. Barang yang dua minggu lalu cuma US$ 1, sekarang bisa US$ 3,” keluh Yon Michael Hernandez, sopir taksi di kawasan Petare, Caracas. Tepung jagung merupakan bahan utama arepas, makanan pokok masyarakat Venezuela.

Bank sentral Venezuela telah berhenti menerbitkan data inflasi sejak Oktober 2024, setelah sebelumnya berhasil menahan inflasi di bawah 10% selama 20 bulan. Kondisi ekonomi pun langsung memburuk.

Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan inflasi Venezuela dapat mencapai 270% pada tahun ini dan melonjak hingga 682% pada akhir 2026. Banyak warga yang merasa situasi ini mengingatkan pada "mimpi buruk lama" hiperinflasi sebelum pandemi Covid-19.

“Yang masih bisa belanja pun sudah banyak yang berhemat,” kata Marjorie Yanez, penjual jajanan kaki lima. “Kenaikan nilai tukar setiap hari benar-benar memukul usaha kecil seperti kami,” tambahnya.

Harga sebuah croissant dan kopi susu kini bisa mencapai US$ 10 (sekitar Rp 166.000), sementara upah minimum bulanan kurang dari US$ 1. Subsidi pemerintah untuk pensiunan dan pegawai negeri dinilai jauh dari mencukupi.

Harga kebutuhan pokok untuk liburan hampir dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Banyak warga yang masih pergi ke mal, tetapi harus sangat membatasi belanja karena gaji sebulan hanya cukup untuk sedikit barang.

Miguel Perez, seorang pekerja konstruksi, terpaksa pulang tanpa membawa televisi baru yang diinginkannya karena harganya melonjak hingga US$ 400 (sekitar Rp 6,6 juta). “Semoga saya bisa dapat yang lebih murah,” harapnya kepada Wall Street Journal (WSJ).

Bagi Consuelo (74), menyimpan stok bahan makanan kini menjadi hal mustahil. “Biarkan saja! Itu saja! Terlalu banyak mikir capek. Aku nggak bisa stok apa-apa, uangnya enggak ada,” ujarnya.

Meski banyak warga mengabaikan ancaman militer AS, sebagian lainnya tetap merasa waswas. Esther Guevara, pekerja di fasilitas medis, mengaku khawatir dengan pengerahan pasukan AS. “Saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bisa saja serangan udara atau pendaratan. Banyak orang bisa mati,” ujarnya. “Saya punya firasat sesuatu akan terjadi,” tambahnya.

Presiden Nicolas Maduro mengungkapkan bahwa ia telah berbicara dengan Trump melalui telepon. Maduro menyambut baik komunikasi tersebut jika membuka peluang dialog damai, sementara Trump menyebut percakapan itu sekadar panggilan telepon dan tidak menutup opsi militer.

Bagi sebagian besar warga, persoalan terbesar tetaplah inflasi. “Apa pun yang terjadi, kami lebih khawatir soal pangan. Ekonomi sedang buruk, inflasi menggerogoti kami,” kata Javier Jaramillo, pedagang berusia 57 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Pemkot Jogja Fokus Pelestarian, 18 Objek Direkomendasikan Cagar Budaya

Pemkot Jogja Fokus Pelestarian, 18 Objek Direkomendasikan Cagar Budaya

Jogja
| Jum'at, 05 Desember 2025, 12:27 WIB

Advertisement

KA Panoramic Kian Diminati, Jalur Selatan Jadi Primadona

KA Panoramic Kian Diminati, Jalur Selatan Jadi Primadona

Wisata
| Minggu, 30 November 2025, 19:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement