Advertisement
BMKG Jelaskan Penyebab Cuaca Ekstrem di Puncak Musim Hujan
Foto ilustrasi badai. - Dibuat menggunakan AI - Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memaparkan bahwa suhu muka laut yang lebih hangat, penguatan monsun Asia, dan kondisi atmosfer labil menjadi kombinasi penyebab utama meningkatnya curah hujan ekstrem selama puncak musim hujan di Indonesia.
Indonesia mulai memasuki periode puncak musim hujan yang berlangsung sejak November 2025 - Februari 2026, dengan potensi peningkatan curah hujan tinggi dan bencana hidrometeorologi banjir-tanah longsor.
Advertisement
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa fase ini menandai periode siaga terhadap potensi banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah.
“Puncak musim hujan dimulai November ini dan akan berlangsung hingga Februari. Potensi curah hujan ekstrem meningkat sehingga perlu kewaspadaan tinggi di daerah rawan bencana,” kata dia dalam konferensi pers “Kesiapan Menghadapi Puncak Musim Hujan” di Jakarta, Sabtu.
BACA JUGA
Dia menjelaskan sebagian besar wilayah Jawa, Sumatra bagian barat, dan Kalimantan bagian tengah akan mengalami curah hujan intensif pada Desember 2025 - Januari 2026.
Sedangkan wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, umumnya akan mencapai puncaknya pada Januari hingga Februari 2026.
Sebagaimana yang dilaporkan tim Meteorologi BMKG sebelumnya, kata dia, kondisi atmosfer yang labil disertai penguatan monsun Asia serta suhu muka laut yang lebih hangat menjadi faktor utama meningkatnya curah hujan di tanah air pada periode tersebut.
“Air laut yang lebih hangat hingga tiga derajat Celsius meningkatkan penguapan, memperkaya pasokan uap air di atmosfer, dan memicu hujan lebih intens,” ujarnya menambahkan.
Berdasarkan hasil analisa tim Meteorologi BMKG bahkan mendapati 43,8 persen wilayah Indonesia atau setara dengan 306 zona musim telah memasuki periode musim hujan hingga akhir Oktober 2025.
Wilayah yang telah memasuki musim hujan meliputi sebagian Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian Jawa Timur, Kalimantan, dan sebagian Sulawesi serta Papua.
Dengan demikian, Dwi mengimbau secara khusus kepada pemerintah daerah bersama masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan, terutama di daerah dengan riwayat banjir dan longsor, seiring meningkatnya potensi cuaca ekstrem selama empat bulan ke depan.
"Pola puncak hujan tidak terjadi serentak, melainkan bergeser dari barat ke timur Indonesia," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- WHO Sebut Cacar Monyet Terdeteksi di 5 Negara di Luar Afrika
- Mulai 3 November, Tiket Pendakian Gunung Rinjani Resmi Naik
- Diserang RSF, Puluhan Ribu Warga Sudan Mengungsi dari El-Fasher
- DJ Panda dan Erika Carlina akan Kembali Bertemu, Ini Tujuannya
- Perang di Sudan Kembali Pecah, Sebanyak 2.227 Orang Tewas
Advertisement
PSS Sleman Ditahan Imbang Persipura di Stadion Maguwoharjo
Advertisement
Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal KRL Solo Jogja, Sabtu 1 November 2025
- Target PU: 2 Proyek Tol Baru Rampung 2026
- Jadwal SIM Keliling Ditlantas Polda DIY, 1 November 2025
- Hujan Deras, Sejumlah Ruas Jalan di Jakut Kebanjiran
- Jadwal KA Prameks Terbaru Hari Ini, Sabtu 1 November 2025
- Bulega Jajal Ducati MotoGP, Gantikan Marc Marquez?
- Jadwal SIM Keliling di Bantul, Sabtu 1 November 2025
Advertisement
Advertisement



