Advertisement

Tren Suspek Chikungunya 2025 Meningkat, Kemenkes Minta Daerah Waspada

Newswire
Senin, 11 Agustus 2025 - 13:57 WIB
Abdul Hamied Razak
Tren Suspek Chikungunya 2025 Meningkat, Kemenkes Minta Daerah Waspada Data chikungunya 2025. ANTARA - HO / Kementerian Kesehatan (Kemenkes)

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Suspek chikungunya pada 2025 mengalami kenaikan signifikan dibandingkan minggu yang sama pada 2023 dan 2024.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun meminta setiap daerah harus ada intervensi dari petugas, seperti pengendalian vektor penyebab Chikungunya. Hal ini sejalan dengan pola musim penghujan di Indonesia sehingga perlu diwaspadai adanya kenaikan kasus pada minggu mendatang.

Advertisement

"Meskipun begitu saat ini tren menunjukkan penurunan dalam dua bulan terakhir," kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes Aji Muhawarman ketika dikonfirmasi di Jakarta, Senin (11/7/2025).

BACA JUGA: Demam Tinggi dan Nyeri Hebat di Pergelangan Tangan Jadi Gejala Chikungunya

Aji menyebutkan pada 2025 terdapat lima provinsi dengan kasus suspek chikungunya tertinggi, yakni Jawa Barat (6.674), Jawa Tengah (3.388), Jawa Timur (2.903), Sumatera Utara (1.074), dan Banten (838).

Dikutip dari laman resmi Kemenkes, chikungunya merupakan penyakit tropis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.

Orang yang terinfeksi dapat mengalami beberapa gejala seperti demam, badan terasa lemas, nyeri pada sendi dan tulang yang lama hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Gejala ini biasanya muncul segera setelah terinfeksi, namun sering juga infeksi virus ini tanpa gejala. Gejala tersebut dapat berlangsung lama setelah terinfeksi dan dapat menyebabkan kerugian, baik secara kesehatan maupun ekonomi.

Ia mengatakan saat ini belum tersedia pengobatan antivirus khusus chikungunya. Jika terkena chikungunya, penanganan yang dapat dilakukan adalah untuk menghilangkan gejala, dengan beristirahat, mengganti cairan yang hilang, dan pemberian obat-obatan untuk meredakan nyeri sendi.

BACA JUGA: Gejala Chikungunya dan DBD Nyaris Sama, Kenali Perbedaannya

Sebagai respon dari tren tersebut, pihaknya melakukan berbagai langkah, seperti surveilans vektor dan pengendalian faktor risiko lingkungan pada penyakit tular vektor berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB). "Melakukan respon dan penilaian awal risiko terhadap sinyal alert yang timbul pada penyakit potensial KLB/wabah," katanya.

Dia juga mengingatkan untuk melakukan 3M plus yakni menguras dan menutup tempat penampungan air, serta mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Bendera One Piece Bertebaran Dikibarkan di Festival Musik di Jogja

Bendera One Piece Bertebaran Dikibarkan di Festival Musik di Jogja

Jogja
| Senin, 11 Agustus 2025, 18:47 WIB

Advertisement

Pendakian Rinjani Dibuka Kembali 11 Agustus 2025

Pendakian Rinjani Dibuka Kembali 11 Agustus 2025

Wisata
| Minggu, 10 Agustus 2025, 15:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement