Advertisement
Tren Suspek Chikungunya 2025 Meningkat, Kemenkes Minta Daerah Waspada

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Suspek chikungunya pada 2025 mengalami kenaikan signifikan dibandingkan minggu yang sama pada 2023 dan 2024.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun meminta setiap daerah harus ada intervensi dari petugas, seperti pengendalian vektor penyebab Chikungunya. Hal ini sejalan dengan pola musim penghujan di Indonesia sehingga perlu diwaspadai adanya kenaikan kasus pada minggu mendatang.
Advertisement
"Meskipun begitu saat ini tren menunjukkan penurunan dalam dua bulan terakhir," kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes Aji Muhawarman ketika dikonfirmasi di Jakarta, Senin (11/7/2025).
BACA JUGA: Demam Tinggi dan Nyeri Hebat di Pergelangan Tangan Jadi Gejala Chikungunya
Aji menyebutkan pada 2025 terdapat lima provinsi dengan kasus suspek chikungunya tertinggi, yakni Jawa Barat (6.674), Jawa Tengah (3.388), Jawa Timur (2.903), Sumatera Utara (1.074), dan Banten (838).
Dikutip dari laman resmi Kemenkes, chikungunya merupakan penyakit tropis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Orang yang terinfeksi dapat mengalami beberapa gejala seperti demam, badan terasa lemas, nyeri pada sendi dan tulang yang lama hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Gejala ini biasanya muncul segera setelah terinfeksi, namun sering juga infeksi virus ini tanpa gejala. Gejala tersebut dapat berlangsung lama setelah terinfeksi dan dapat menyebabkan kerugian, baik secara kesehatan maupun ekonomi.
Ia mengatakan saat ini belum tersedia pengobatan antivirus khusus chikungunya. Jika terkena chikungunya, penanganan yang dapat dilakukan adalah untuk menghilangkan gejala, dengan beristirahat, mengganti cairan yang hilang, dan pemberian obat-obatan untuk meredakan nyeri sendi.
BACA JUGA: Gejala Chikungunya dan DBD Nyaris Sama, Kenali Perbedaannya
Sebagai respon dari tren tersebut, pihaknya melakukan berbagai langkah, seperti surveilans vektor dan pengendalian faktor risiko lingkungan pada penyakit tular vektor berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB). "Melakukan respon dan penilaian awal risiko terhadap sinyal alert yang timbul pada penyakit potensial KLB/wabah," katanya.
Dia juga mengingatkan untuk melakukan 3M plus yakni menguras dan menutup tempat penampungan air, serta mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Truk Alat Berat Terguling di Gombel Lama, Satu Orang Luka
- TNI AD Tetapkan 4 Tersangka Penganiayaan Prada Lucky
- Gibran Terlihat Tak Salami AHY, Cak Imin, hingga Zulhas di Upacara Gelar Militer di Batujajar
- Tren Suspek Chikungunya 2025 Meningkat, Kemenkes Minta Daerah Waspada
- Seorang lansia di Maluku Utara Hilang Diduga Diterkam Buaya, Tim SAR Lakukan Pencarian
Advertisement

Bendera One Piece Bertebaran Dikibarkan di Festival Musik di Jogja
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Demonstran di Eropa: Hentikan Geneosida di Gaza Palestina
- Tiba di Indonesia, Presiden Peru Akan Temui Prabowo
- Seorang lansia di Maluku Utara Hilang Diduga Diterkam Buaya, Tim SAR Lakukan Pencarian
- Kecam Rencana Netanyahu Menduduki Gaza, Warga Israel Gelar Unjuk Rasa
- Rusia Bilang Krisis Kemanusiaan Semakin Parah Jika Israel Kuasai Gaza
- Mencemari Lingkungan, KLH Segel 4 Hotel di Puncak Bogor, 18 Lainnya dalam Pemeriksaan
- Pemerintah Daerah Diminta Tidak Menunda Pengelolaan Lingkungan Termasuk Sampah
Advertisement
Advertisement