Advertisement
Parlemen Indonesia dan Afrika Kompak Sepakat Perangi Wabah Monkey Pox

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Parlemen Indonesia dan negara-negara kawasan Afrika sepakat untuk memerangi persebaran penyakit cacar monyet atau monkey pox (Mpox).
Kesepakatan itu disampaikan Ketua DPR RI Puan Maharani saat penutupan Forum Parlemen Indonesia Afrika (IAPF) 2024 di Nusa Dua, Bali, Minggu (2/9/2024).
Advertisement
“Parlemen dapat berperan mengatasi berbagai isu global dan regional termasuk isu kesehatan seperti yang menjadi isu sekarang yaitu persebaran Mpox,” kata Puan dikutip dari Antara, Senin (2/9/2024).
Pemerintah Indonesia, lanjut dia, sudah melakukan sejumlah upaya mengantisipasi persebaran penyakit yang sebelumnya dikenal dengan Monkeypox itu di antaranya dengan melakukan pemeriksaan atau deteksi di setiap pintu kedatangan internasional.
Puan mengatakan pemeriksaan kesehatan itu dilakukan melalui pemasangan alat deteksi suhu tubuh (thermal scanner) para penumpang khususnya yang baru tiba dari penerbangan internasional serta mengaktifkan kembali deklarasi mandiri pengisian formulir kesehatan melalui aplikasi Satu Sehat Kementerian Kesehatan.
"Upaya bersama perlu dilakukan mengingat virus itu tidak terjadi di Afrika dan Indonesia tapi dialami seluruh dunia," ujarnya.
Puan juga menambahkan perwakilan parlemen negara-negara di Afrika itu juga satu suara agar pemerintah masing-masing negara dapat melakukan langkah antisipasi dan mitigasi.
“Kami juga minta pemerintah untuk segera bekerja sama dengan negara lain bukan Afrika dengan Indonesia saja tapi juga negara lain yang menjadi perlintasan dan dianggap bisa menyebarkan virus itu,” katanya.
Wabah Mpox pernah ditetapkan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 23 Juli 2022.
BACA JUGA: Calon Tunggal Melawan Kotak Kosong di Pilkada 2024, Jika Kalah Ini Nasibnya Kata Pakar
Seiring berjalannya waktu melandainya perkembangan kasus penyakit itu, WHO kemudian mencabut status PHEIC pada 11 Mei 2023.
Namun, kasus baru kembali dilaporkan dan terjadi peningkatan kasus di 16 negara termasuk di Republik Demokratik Kongo, negara yang terletak di benua Afrika bagian tengah pada Juni 2024.
Mempertimbangkan peningkatan kasus dan perluasan penularan Mpox di regional Afrika, pada 14 Agustus 2024, WHO menetapkan kembali status PHEIC untuk Mpox.
Penyakit itu dapat bersifat ringan dengan gejala yang berlangsung dua hingga empat minggu, namun bisa menjadi berat dan bahkan berujung kematian dengan tingkat kematian tiga hingga enam persen.
Adapun, jumlah kumulatif kasus Mpox sejak 20 Agustus 2022 sampai 15 Agustus 2024 tercatat sebanyak 88 kasus yang tersebar di provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Kepulauan Riau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pemilik Paspor Israel Dilarang Masuk Maldives
- Presiden Perintahkan Menteri Keuangan Siapkan Anggaran Sekolah Rakyat
- Dokter kandungan Diduga Lecehkan Pasien di Garut, Kementerian PPPA Sebut Sudah Dua Korban Melapor
- Penculikan Anak di Pasar Rebo Jakarta, Pelaku Perkosa dan Sekap Korban Selama 4 Hari
- China Larang Maskapai Terima Pesawat Boeing
Advertisement

Klaim Walhi Jogja Temukan Sampah di TPSS Pandansari Dibantah DLH Bantul
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Waspada! WhatsApp Kini Jadi Modus Baru Praktik Perdagangan Manusia
- Begini Tampang Pelaku Pelecehan Seksual di KRL yang Ditangkap KAI Commuter
- KAI Siapkan 821.160 Kursi untuk Libur Panjang Hari Raya Paskah
- Teliti Keamanan Aplikasi WAVE Mobile Communicator, Lettu Nur Uswatun Hasanah Raih Master Forensik Digital
- Kabar Duka, Advokat Senior Hotma Sitompul Meninggal Dunia
- Diisukan Mundur dari Istana, Hasan Nasbi: Saya Berkantor Seperti Biasa
- Dedi Mulyadi Ungkap Alasan Tunjuk Mardigu Wowiek dan Helmy Yahya Jadi Komisaris BJB
Advertisement