Advertisement

Harga Beras di Indonesia Lebih Mahal dari Vietnam & Filipina, Ini Penyebabnya

Dwi Rachmawati
Rabu, 27 September 2023 - 15:07 WIB
Ujang Hasanudin
Harga Beras di Indonesia Lebih Mahal dari Vietnam & Filipina, Ini Penyebabnya Buruh melakukan bongkar muat karung berisi beras di Gudang Bulog Divre Jawa Barat di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Senin (30/1/2023). Bisnis Indonesia - Rachman

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Guru Besar Pertanian Universitas Lampung, Bustanul Arifin, menyebut harga beras Indonesia menjadi yang termahal dibandingkan dengan negara produsen beras di kawasan Asean.

Berdasarkan data yang disampaikannya mengutip dari laporan Bank Dunia pada 2023 yang telah diolah, rata-rata harga beras di Indonesia sekitar US$0,9 per kilogram (sekitar Rp13.982).

Advertisement

Harga tersebut lebih mahal jika dibandingkan Filipina yang sekitar US$0,7 per kilogram (sekitar Rp10.875), Laos sekitar US$0,6 per kilogram (sekitar Rp9.322), Kamboja bersama Vietnam, Thailand dan Myanmar harga berasnya sekitar US$0,5 per kilogram (sekitar Rp7.768).

Sementara itu, menyitir data panel harga pangan, Badan Pangan Nasional (Bapanas), rata-rata harga beras medium secara nasional per hari ini sebesar Rp13.270 per kilogram atau naik 0,91 persen dari harga kemarin.

"Di sini menjadi tantangan ketika harga beras kita termahal di Asia Tenggara," kata Bustanul dalam webinar Dewan Guru Besar Universitas Indonesia, Rabu (27/9/2023).

Inovasi pertanian yang rendah berisiko menurunkan produktivitas, apalagi saat kekeringan ekstrem yang terjadi akibat fenonema El Nino. Adapun data BPS memperkirakan luas panen padi nasional akan terus menurun hingga akhir tahun.

Berdasarkan kerangka sampel area (KSA), luas panen padi pada September 2023 hanya 790.000 hektare, Oktober 730.000 hektare, dan November 530.000 hektare.

BACA JUGA: Harga Pangan Hari Ini 26 September 2023, Beras Terus Merangkak Naik

Begitu pun dengan produksi padi pada periode tersebut juga akan mengalami tren penurunan. Pada September 2023, produksi padi sebanyak 4,07 juta ton gabah kering giling (GKG), Oktober 2023 sebanyak 3,82 juta ton GKG, dan November 2023 sebanyak 2,88 juta ton GKG.

"Kalau luas panen dan produktivitas menurun lagi di rilis Oktober mendatang dari BPS, maka faktor musim juga sangat berpengaruh pada peningkatan produktivitas," ujarnya.

Dia pun menyebut produktivitas padi Indonesia masih kalah dari negara tetangga, Vietnam dan Filipina. Lagi-lagi, inovasi dan teknologi yang rendah dianggap menjadi biang keroknya.

Berdasarkan data Bank Dunia, dia menyebut bahwa indeks pertumbuhan produktivitas padi Indonesia sejak 2000 hingga 2020 hanya naik 10 poin, dari 100 ke 110. Posisi Indonesia dalam hal produktivitas hampir sejajar dengan Thailand dan Myanmar.

Namun, indeks pertumbuhan produktivitas padi di Vietnam dan Filipina dalam periode dua dekade tersebut telah lompat 40 poin, dari 100 pada 2000, menjadi 140 pada 2020.

"Mereka [Vietnam dan Filipina] sampai 140 indeksnya [pertumbuhan produktivitas padi] atau hampir 1,5 kali lipat dibandingkan kita," ujar Bustanul 

Menurut dia, Vietnam dan Filipina telah berhasil menerapkan strategi meningkatkan produktivitas lahan padi mereka. Adapun, BPS mencatat produktivitas rata-rata padi di Indonesia dalam 5 tahun terakhir stagnan di kisara 5,17 ton gabah kering panen (GKG) per hekatare. Sementara secara nasional, produksi GKG sejak 2018 hingga 2022 berada di kisaran 55,5 juta ton.

Sumber: Bisnis.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Minat Baca di Masyarakat Harus Terus Ditingkatkan

Sleman
| Rabu, 15 Mei 2024, 21:47 WIB

Advertisement

alt

Tidak Hanya Menginap, Ini 5 Hal Yang Bisa Kamu Lakukan di Garrya Bianti Yogyakarta

Wisata
| Senin, 13 Mei 2024, 15:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement