Vietnam Pangkas Ekspor Berasnya, Pengamat: Indonesia Harus Genjot Produksi!

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Indonesia harus bersiap-siap dengan kebijakan Vietnam yang akan memangkas ekspornya secara signifikan pada 2030. Untuk itu, Indonesia wajib menggenjot produksi beras dalam 7 tahun ke depan.
Pengamat pertanian Khudori mengatakan kebijakan Vietnam yang memangkas ekspor berasnya tidak jauh berbeda dengan kebijakan Indonesia dan negara-negara produsen dan eksportir beras dunia menghadapi soal cuaca dan iklim yang buruk dan tidak mudah diantisipasi. Dia menuturkan, langkah Vietnam itu sebagai bagian memastikan pemenuhan kebutuhan domestik sebelum melakukan ekspor.
Advertisement
“Masih ada waktu 7 tahun lagi. Eksportir beras itu gak banyak. Negara eksportir ya itu-itu saja: India, Thailand, Vietnam. Itu eksportir besar. PR Indonesia adalah mesti menggenjot produksi agar produksi domestik cukup buat memenuhi konsumsi,” ujar Khudori kepada JIBI, Selasa (6/6/2023).
BACA JUGA: DIY Surplus Beras 2022, Tantangan Meningkatkannya Alih Fungsi Lahan
Dia mengatakan, kondisi tersebut tidak mudah untuk Indonesia, pasalnya produksi terus turun beberapa tahun terakhir meski secara tahunan tetap surplus. Pada 2018 surplus beras mencapai 4,37 juta ton, 2019 surplus beras turun menjadi 2,38 juta ton, 2020 surplusnya 2,13 juta ton, 2021 menjadi 1,31 juta ton dan 2022 turun lagi menjadi 1,2 juta ton.
Di saat bersamaan, luas panen padi dalam 4 tahun terakhir terus menyempit. Misalnya, pada 2018 luas panen 11.378 hektare (ha), 2019 luas panen 10.678 ha, 2020 luas panennya 10.657 ha, dan 2021 luas panennya 10.412 ha.
“Surplus beras tahunan terus menurun. Produktivitas juga stagnan. Dalam jangka pendek ini belum ada dampak yang bisa dilihat. Justru karena Vietnam mengumumkan jauh-jauh, Indonesia mestinya bisa lebih mempersiapkan diri,” ujar Khudori.
Anggota Pokja Dewan Ketahanan Pangan (2010-2020) menilai kondisi produksi itu bakal kurang untuk mencukupi kebutuhan domestik. Menurut dia, perlu upaya serius untuk memperbaiki kesejahteraan petani agar mereka kembali bergairah tanam padi. Produktivitas perlu digenjot dengan aneka inovasi.
Dia mengatakan, Indonesia saat ini masih belum mempunyai terobosan untuk menggenjot produksi padi. Terakhir, menurut dia, hanya ada terobosan lewat Revolusi Hijau era Suharto.
“Revolusi Hijau, bisa melipatgandakan 2-3 kali produksi. Terlepas dari berbagai dampak negatif dan pro-kontra. Sejak 90-an gak ada inovasi yg bisa mengungkit produktivitas. Produktivitas padi kita stagnan bertahun-tahun,” ungkap Khudori.
Sebelumnya, Vietnam bakal memangkas ekspor beras tahunannya hingga 44 persen mulai 2030 mendatang. Artinya, ekspor yang biasanya 7,1 ton hanya menjadi 4 juta ton per tahun.
BACA JUGA: Proyeksi Panen Padi DIY: Januari-April 2023 Diperkirakan Menurun 3,23 Persen
Hal ini disampaikan pemerintah setempat dalam sebuah dokumen yang dikutip dari CNA.com, Senin (29/5/2023). Hal ini tentu mengejutkan negara pengimpor beras, apalagi Vietnam adalah eksportir beras terbesar ketiga setelah India dan Thailand.
Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal tahun 2023, volume impor beras Indonesia itu mayoritas dipenuhi dari Thailand sebanyak 105,40 juta kilogram. Angkanya naik 1.998,89% secara tahunan (year on year/yoy), dan naik 268,48% secara bulanan (month to month/mtm).
Lalu, diikuti impor beras yang berasal dari Vietnam sebanyak 78,79 juta kilogram atau naik 31.418,9% secara yoy, sedangkan secara mtm kenaikannya 110,17%. India masuk di urutan ketiga dengan total beras yang Indonesia impor sebanyak 30,50 juta kilogram atau naik 17,08% yoy, dan naik sebesar 48,33% mtm.
Untuk tahun ini, Indonesia sendiri merencanakan akan mengimpor beras sekitar 2 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
- Onana Lagi Onana Lagi, Blundernya Berandil pada Kekalahan MU dari Galatasaray
- Hilang Kontak di Luar Negeri, KPK Imbau Mentan segera Kembali ke Indonesia
- Pemkab Sukoharjo Ajukan Kasasi Status Cagar Budaya Pagar Ndalem Singopuran
- Kronologi Mentan Syahrul Yahsin Limpo Dikabarkan Hilang Kontak di Luar Negeri
Berita Pilihan
- Sah! DPR RI Sahkan Revisi UU IKN, Berikut 7 Poin Pentingnya
- Dukung Pertumbuhan Rendah Karbon dan Ekonomi Hijau RI, Inggris Siapkan Rp514 Miliar
- Tambah Nyaman, Kereta Cepat Terintegrasi Angkutan Perkotaan
- Jokowi: Kereta Cepat untuk Melayani Rakyat, Bukan Soal Untung dan Rugi
- Anies Kritik Program PSN, Jokowi Tantang Balik: Tunjuk Proyek Mana, yang Nitip Siapa?
Advertisement
Advertisement

Danau Toba Dikartu Kuning UNESCO, Sandiaga: Ini Jadi Alarm
Advertisement
Berita Populer
- Viral Kebakaran Lahan di Area Bandara Kertajati, Begini Kondisi Terkini
- Proyek Kereta Cepat Baru, Jakarta-Surabaya Hanya 3,5 Jam
- Situs OJK Sempat Down, Terserang Ransomware?
- Sah! MK Tolak Gugatan Formil, Pemerintah Lanjutkan UU Cipta Kerja
- Dorong ASN Pindah ke IKN, Jokowi: Ada yang Senang dan Ada yang Tidak
- Isu Reshuffle Kabinet Jokowi, Mentan Syahrul dan Menpora Dito Masuk Daftar?
- Sah! DPR RI Sahkan Revisi UU IKN, Berikut 7 Poin Pentingnya
Advertisement
Advertisement