Advertisement
PHK Industri Tekstil Diklaim Akibat Segelintir Perusahaan Banting Setir
Proses penjahitan produk tekstil di pabrik PT Pan Brothers Tbk. - panbrotherstbk.com
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA–Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di industri tekstil dan produk tekstil sejak kuartal II/2022 lalu, dinilai oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) hanya terjadi di sedikit perusahaan.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menuturkan jumlah kasus PHK ini tidak banyak dan hanya terjadi di beberapa perusahaan saja. Menurutnya, dalam menghadapi pandemi Covid-19 ataupun ketidakstabilan kondisi perekonomian global, segelintir pengusaha TPT memilih untuk banting setir melakukan diversifikasi bisnis.
Advertisement
BACA JUGA: Ini Provinsi dengan PHK Terbanyak pada 2022, Ribuan Buruh Kehilangan Pekerjaan
“Kalau ada satu atau dua perusahaan yang kemudian melakukan PHK itu kami pelajari biasanya mereka melakukan diversifikasi pabrik dengan memproduksi produk lain walaupun dia masih inline sebagai bagian dari TPT,” kata Agus saat ditemui di kantor Kemenperin, Jakarta pada Rabu (10/5/2023).
Dia mencontohkan, perusahaan yang tadinya bergerak di sektor hilir TPT, kemudian setelah pandemi dan ketidakstabilan geopolitik mendera, perusahaan tersebut dikonversi menjadi pabrik TPT sektor hulu.
Dengan demikian, pabrik tersebut dianggap gulung tikar lantaran tidak lagi beroperasi membuat produk awal. Bahkan Agus mengklaim, kini penyerapan tenaga kerja di Indonesia kian meningkat, dan jumlahnya sudah menyamai penyerapan tenaga kerja pada saat sebelum pandemi.
BACA JUGA: LinkedIn PHK Sebanyak 716 Pekerja
“Jadi sebetulnya kasusnya enggak banyak, malah kalau kita lihat dalam data penyerapan tenaga kerja industri ini terus naik hari ini sudah beberapa waktu lalu, penyerapan industri manufaktur itu sudah sama dengan pra pandemi,” pungkas Agus.
Tercatat PMI manufaktur Indonesia mengalami kenaikan sebesar 0,8 poin ke level 52,7. Sebelumnya, PMI manufaktur Indonesia pada Maret 2023 lalu berada di angka 51,9.
Di sisi lain, tercatat industri tekstil masih mengalami pelemahan, terutama bagi pemain ekspor. Misalnya, dicatat Bisnis, pelemahan permintaan ekspor telah membuat PT Tuntex Garment Indonesia, pabrik tekstil yang memproduksi merek Puma, terpaksa merumahkan 1.163 pekerjanya sebelum Ramadan tahun ini, lantaran tidak sanggup membayar upah.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Serta dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta menjelaskan penyebab tutupnya pabrik yang berorientasi ekspor ini lantaran banyaknya pemesanan yang dibatalkan.
Menurutnya, PT Tuntex Garment Indonesia berorientasi ekspo. "Tutup karena banyak order yang cancel,” kata Redma.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Viral, Pasien Asam Lambung Diduga Ditolak IGD Puskesmas Dlingo
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- 106 Warga Bantul Tercatat Meninggal di BPJS Padahal Masih Hidup
- ASEAN Perkuat Aturan Dagang lewat ATIGA Upgrade
- Kasus Penghasutan Demo, Gugatan Praperadilan Khariq Ditolak
- I-League Edukasi Mahasiswa Jogja Soal Karier Sepak Bola
- Malaysia-AS Sepakati Pemangkasan Tarif, ASEAN Bisa Meniru
- Fakta Unik Rambut: Arsip Kesehatan, Antena, hingga Penyembuh Luka
- Teknik Olah Sampah Mas Jos Prawirodirjan, Organik Jadi Pakan Ternak
Advertisement
Advertisement



