Advertisement

Promo November

Berkat Anime Populer, Jepang Kelebihan Spesies Rakun

Lajeng Padmaratri
Jum'at, 14 April 2023 - 21:47 WIB
Lajeng Padmaratri
Berkat Anime Populer, Jepang Kelebihan Spesies Rakun Ilustrasi rakun. - Unsplash

Advertisement

Harianjogja.com, TOKYO—Rakun bukan asli Jepang, namun dalam beberapa dekade terakhir, makhluk berbulu telah dinaturalisasi di 44 dari 47 prefektur di negara itu. Lama-kelamaan, kondisi itu menyebabkan sejumlah masalah bagi manusia dan spesies hewan lainnya.

Melansir Oddity Central, populasi rakun di Jepang meningkat berkat kisah animasi populer. Pada tahun 1963, penulis Amerika Sterling North meluncurkan bukunya yang paling populer, Rascal: A Memoir of a Better Era. Buku itu menceritakan kisah seorang anak laki-laki bernama Sterling yang berpetualang dengan sahabatnya, Rascal, yang merupakan hewan rakun. Cerita itu menjadi hit besar sehingga Disney memutuskan untuk mengubahnya menjadi film aksi langsung.

Advertisement

Di Jepang, petualangan Rascal menginspirasi serial anime 52 episode berjudul Rascal the Raccoon (Araiguma Rasakaru), yang tayang selama setahun pada tahun 1977. Animasi itu menjadikan rakun sebagai hewan peliharaan yang paling dicari di negara tersebut.

Masalahnya, tidak ada rakun di Jepang, karena hewan itu bukan asli dari Negeri Sakura itu. Sehingga orang mulai mengimpornya dari Amerika Serikat. Tak main-main, saking populernya hewan ini, sekitar 1.500 ekor rakun diimpor per bulan sejak saat itu.

Meski diceritakan sebagai hewan yang lucu dalam animasi, namun orang yang sudah memelihara raun bakal menyadari bahwa rakun dewasa bukanlah hewan peliharaan yang hebat. Dalam buku cerita itu saja, tokoh Sterling menyadari bahwa Rascal adalah hewan liar yang dimaksudkan untuk hidup di alam liar, jadi dia melepaskannya.

Sayangnya, banyak orang terlambat menyadari setelah mengadopsi bayi rakun sebagai hewan peliharaan. Yang lebih disayangkan, orang-orang mulai melepas rakun peliharaan mereka ke alam liar.

Pada saat pihak berwenang menyadari apa yang sedang terjadi dan mulai mencegah orang berhenti melepaskan rakun mereka di alam liar, semuanya sudah terlambat. Mamalia yang banyak akal itu telah mengusir spesies liar lainnya, menghancurkan tanaman, bahkan kuil dan rumah kayu tradisional. Ada puluhan ribu dari mereka, semuanya berkembang biak dengan kecepatan yang tidak terkendali.

Dengan puluhan ribu rakun yang diimpor dalam hitungan bulan, dan tanpa pemangsa alami, hanya sedikit yang dapat dilakukan pemerintah Jepang untuk mengendalikan populasinya. Di kota-kota, mereka mulai masuk ke tempat sampah untuk mencari makanan, bahkan menyerang orang-orang yang berada di antara mereka. Kini, rakun di Jepang hanya menjadi pengganggu alam.

Secara teknis, Jepang memiliki spesies rakunnya sendiri, yaitu tanuki atau anjing rakun. Hanya saja, spesies itu tetapi tidak dapat bersaing dengan rakun biasa dalam hal kemampuan beradaptasi, sehingga terancam kehilangan wilayahnya. Mereka bersaing untuk sumber daya yang sama, tetapi rakun Amerika jauh lebih baik dalam bertahan hidup.

Dalam upaya untuk mencegah rakun merusak tanaman pertanian, kuil kayu tradisional, dan rumah, beberapa prefektur Jepang telah mengambil keputusan kontroversial untuk memusnahkan hewan tersebut. Hal ini akhirnya menarik kemarahan para aktivis hak-hak binatang, yang sayangnya tidak banyak membantu dalam mengendalikan jumlah rakun.

Meskipun serangan rakun saat ini melanda Jepang, anime yang memulai semuanya masih sangat populer di Jepang. Perlu diakui, orang-orang masih menyukai Rascal seperti biasanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Oddity Central

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Puluhan Petani Tanaman Landscape di Sleman Dukung Harda-Danang di Pilkada 2024

Sleman
| Sabtu, 23 November 2024, 03:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement