Advertisement
Generasi Muda Kunci Penurunan Angka Stunting

Advertisement
SOLO—Stunting sebagai permasalahan gizi balita hingga kini masih menjadi kondisi yang kurang dipahami oleh para orang tua terutama pasangan muda. Padahal, stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang tergolong tinggi di Indonesia.
Pencegahan stunting mendesak untuk terus dilakukan karena belum mencapai target yang ditetapkan. Dalam hal ini, generasi muda harus paham stunting, karena mereka yang akan melahirkan generasi sehat dan bebas stunting.
Advertisement
“Kalau kita bisa cegah stunting maka kita akan mendapatkan generasi prima untuk meneruskan masa depan Indonesia. Kita serius tangani stunting karena sukses tangani stunting berarti kita sukses tata masa depan Indonesia,” kata Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Usman Kansong, di Jakarta Jumat (27/1/2023).
Untuk menurunkan angka stunting, Kemenkominfo bekerjasama dengan banyak pemangku kepentingan, khususnya generasi muda untuk mengampanyekan penanggulangan stunting sejak dini. “Kami banyak melakukan komunikasi publik yang bersifat edukatif kepada calon pengantin, anak muda, serta mahasiswa di lokasi yang angka stunting-nya tinggi,” ujar Usman.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) terhitung sejak janin hingga anak berusia 23 bulan.
Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak seumurnya. Stunting harus diwaspadai karena dapat menyebabkan kemampuan kognitif anak tidak maksimal yang disertai perkembangan fisik terhambat.
Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 menunjukkan angka stunting secara nasional sudah mengalami penurunan sebesar 1,6 persen dari 27,7 persen tahun 2019 menjadi 24,4 persen tahun 2021. Namun begitu, angka ini masih di atas standar yang ditoleransi Badan Kesehatan Dunia WHO, yaitu di bawah 20 persen.
Oleh karenanya, percepatan penurunan stunting menjadi prioritas pembangunan yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting di mana angka prevalensinya ditargetkan turun menjadi 14 persen di tahun 2024.
Kemenkominfo sejak 2019 telah menggandeng generasi muda untuk turut serta mendukung upaya penurunan prevalensi stunting melalui Kampanye GenBest (Generasi Bersih dan Sehat). Kampanye ini merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.
GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui Forum sosialisasi, situs genbest.id, serta media sosial @genbestid, GenBest menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik.
Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kemenkominfo Wiryanta mengatakan semakin dini generasi muda atau remaja mengetahui pentingnya menjaga kesehatan dan memenuhi gizi yang seimbang, maka semakin besar kemungkinannya di masa depan mereka akan menjadi orang tua yang melahirkan anak bebas stunting.
Menurutnya, masih banyak remaja yang tidak memperhatikan kebutuhan gizinya, serta menjalankan program diet ketat tanpa memperhatikan asupan gizi. Hingga akhirnya bisa memicu terjadinya kurang darah atau anemia. Penyakit anemia bisa memperburuk kesehatan, dan jika gizi remaja putri tidak diperbaiki maka akan banyak calon ibu yang kekurangan energi kronis sehingga memperbesar risiko melahirkan anak stunting.
Generasi muda khususnya remaja putri menjadi sasaran utama sosialisasi stunting karena untuk melahirkan generasi yang sehat dan bebas stunting, mereka harus punya pengetahuan dan pemahaman tentang penyebab stunting. Terkait hal ini, Kemenkominfo sangat mengharapkan kerjasama dan keterlibatan aktif dari seluruh pihak, khususnya generasi muda untuk bersama-sama mengkomunikasikan upaya pencegahan stunting. Hal ini juga untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 “SDM Unggul dan Berkualitas”. (ADV)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Hasil Pemeriksaan Kecelakaan Pesawat Udara Air India, Kedua Mesin Mati di Udara Setelah Lepas Landas
- Penerima Bansos Terlibat Judol, Wakil Ketua MPR: Layak Diganti
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 12 Juli 2025: Dari Tom Lembong Sampai Harganas
- Pangkas Birokrasi Federal, Donald Trump Pecat 1.300 Pegawai Departemen Luar Negeri
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
Advertisement

10 SD Tidak Dapat Murid Baru di Gunungkidul Tak Langsung Ditutup
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Hasil Penulisan Ulang Sejarah Bakal Diuji Publik 20 Juli 2025
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid Diduga Sudah Berada di Singapura, Kejagung Masukkan ke Daftar Cekal
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Jaksa Sebut Tom Lembong Tak Terima Uang, Tapi Kebijakannya Untungkan 10 Pihak
- Aceh Diguncang Gempa Magnitudo 5,1, Begini Penjelasan BMKG
- Begini Alur Kuota Haji 2026 dari Arab Saudi untuk Indonesia, Kata Istana
Advertisement
Advertisement