Advertisement

Jokowi Sebut Indonesia Tak Ada Resesi Seks: Tingkat Kehamilan Tinggi

Akbar Evandio
Kamis, 26 Januari 2023 - 08:37 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Jokowi Sebut Indonesia Tak Ada Resesi Seks: Tingkat Kehamilan Tinggi Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan sambutan dalam pembukaan Rakornas Kepala Daerah dan Forkopimda 2023 di SICC, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (17/1/2023). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya - hp

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan Indonesia tidak mengalami isu resesi seks yang tengah berkembang secara global.

Bahkan, dia menyampaikan bahwa telah mendapat laporan tingkat kehamilan masyarakat setelah menikah beberapa bulan cukup tinggi, di mana disebutkan dari 2 juta orang yang baru menikah, tingkat kehamilan mencapai 4,8 juta.

Advertisement

"Artinya di Indonesia tidak ada resesi seks. Masih tumbuh 2,1 persen, ini masih bagus. Dan ingat bahwa yang namanya jumlah penduduk ini jadi sebuah kekuatan ekonomi bagi sebuah negara," ujarnya saat membuka Rakernas Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana dan Penurunan Stunting, Jakarta, Rabu (25/1/2023).

Kendati demikian, orang nomor satu di Indonesia ini mengingatkan agar tingginya tingkat kehamilan harus berkualitas. Bahkan, dia mengimbau agar bayi atau ibu hamil harus diberi protein yang memadai untuk kelengkapan gizi dan menghindari stunting.

Baca juga: Kalender Agenda Kulonprogo 2023 Dirilis, Ini Event yang Menarik

"Jadi kualitas keluarga, SDM, jadi kunci bagi negara kita untuk berkompetisi dengan negara-negara lain dan sinergitas antara kementerian/lembaga, Pemda, Nakes, TNI-Polri dan swasta ini penting sekali," katanya.

Untuk diketahui, isu resesi seks tengah meningkat di beberapa negara Asia Timur seperti Jepang, Cina, dan Korea Selatan. Adapun, resesi tersebut dapat diartikan sebagai bentuk penolakan seseorang atau pasangan untuk memiliki anak atau memilih hanya punya sedikit anak.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebut dari 2 juta masyarakat Indonesia yang menikah, sebanyak 1,6 juta di antaranya langsung hamil pada tahun pertama.

Meski begitu, Hasto menyebut dari jumlah tersebut sebanyak 400.000 bayi yang dilahirkan mengalami stunting. Sehingga, dia menyebut pemeriksaan pasangan sebelum menikah perlu dilakukan. Hal itu agar orang tua dapat siap secara jasmani sebelum mengandung.

"Target 3 bulan [setelah menikah] harus diperiksa, kalau ada anemia jangan, kurang gizi, jangan hamil dulu. Ini kebijakan luar biasa sehingga mereka boleh hamil kalo sudah stabil. Namun, setelah nikah kita tunda dulu kehamilan sampai sehat baru hamil. Di situ peran BKKBN untuk memberikan kontrasepsi terlebih dahulu," pungkas Hasto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Bawaslu Bantul Buka Pendaftaran Panwascam Pilkada 2024

Bantul
| Rabu, 24 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement