Sejarah Gunung Krakatau, Sempat Istirahat 200 Tahun dan Kini Kembali Erupsi
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda pada Rabu (4/1/2023) kembali mengalami erupsi. Gunung tersebut mengalami erupsi sejak Selasa (3/1/2023) pada pukul 16:38 WIB, dengan abu vulkanik berwarna kelabu pekat mengarah ke Timur Laut.
Terpantau dari seismograf bahwa amplitudo maksimum erupsi Gunung Anak Krakatau 47 mm dengan durasi 22 detik. Diketahui, Gunung Anak Krakatau terbentuk dari erupsi Gunung Krakatau pada tahun 1927.
Advertisement
Erupsi bercampur magma basa muncul di pusat komplek Krakatau pada 11 Juni 1927, dan sejak itu dinyatakan sebagai kelahiran Gunung Anak Krakatau.
Gunung Krakatau berdasarkan sejarah yang dilansir dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), pernah mengalami letusan besar pada 416 SM, yang menyebabkan tsunami.
Beberapa letusan terjadi pada abad 3, 9, 10, 11, 12, 14, 16, 17 yang diikuti dengan pertumbuhan kerucut Rakata, Danan, dan Perbuatan. Kegiatan vulkanik tersebut berhenti pada tahun 1681.
Gunung Krakatau sempat beristirahat selama 200 tahun, dan kembali memperlihatkan kegiatannya yang diawali dari beberapa letusan Gunung Danan dan Gunung Perbuatan.
Erupsi Gunung Krakatau terjadi pada tahun 1883 dengan letusan dahsyat yang menyebabkan hilangnya 2 gunung, Danan dan Perbuatan, serta sebagian Gunung Rakata.
Erupsi ini menyebabkan tsunami yang menyapu kota-kota kecil di sepanjang pantai Banten dan Lampung Selatan, termasuk kota Teluk Betung. Di Teluk Betung, gelombang pasang air laut mencapai tinggi 20 meter.
Kota Merak yang terletak di semenanjung Banten, dilanda gelombang pasang setinggi 30 meter dan 40 meter. Gelombang pasang ini juga menyapu Teluk Semangko.
Gelombang pasang merusak banyak perkampungan dan korban jiwa, diantaranya 2.500 penduduk tewas di kampung Benewani, 327 hilang di Tanjungan dan Tanot Baringin dan 244 jiwa di Beteong.
Gelombang pasang setinggi 13,6 meter juga melanda mercusuar Bengkulen yang terbuat dari beton dan menewaskan 10 orang yang sedang bekerja.
Gelombang pasang yang meninggalkan Krakatau pada pukul 10.00 WIB merambat dalam waktu 2 jam 30 menit mencapai Jakarta, yang berjarak 169 km.
Adapun Gunung Krakatau tenang kembali mulai Februari 1884 sampai Juni 1927, dan pada 11 Juni 1927 Gunung Anak Krakatau muncul.
Setelah itu, Gunung Krakatau mengalami erupsi setiap tahun, yaitu 1928, 1929, 1930, 1931, 1932, sampai tahun 1963.
Selanjutnya, kembali erupsi pada tahun 1968, 1972, 1973, 1975, 1979, 1981, 1984, 1988, 1992, 2000, 2001, 2005, 2007, 2008, 2010, dan 2011.
Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) hampir seluruh tubuh Gunung Krakatau yang berdiameter ± 2 km merupakan kawasan rawan bencana. PVMBG terus memantau aktivitas Gunung Anak Krakatau dan permukaan laut.
“Akan terus memonitor perkembangan aktivitas Gunung Anak Krakatau dan muka air laut di Selat Sunda,” tulis PVMBG.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
- Polisi Tembak Polisi hingga Tewas di Solok, Polda Sumbar Dalami Motifnya
- Eks Bupati Biak Ditangkap Terkait Kasus Pelecehan Anak di Bawah Umur
- Profil dan Harta Kekayaan Setyo Budiyanto, Jenderal Polisi yang Jadi Ketua KPK Periode 2024-2029
- Pakar Hukum Pidana Nilai Penetapan Tersangka Tom Lembong Masih Prematur
Advertisement
Masa Tenang Pilkada, Bawaslu Jogja Berpatroli Cegah Praktik Politik Uang
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Inggris Dukung Indonesia Tambah Kapal Tangkap Ikan
- Presiden Prabowo dan PM Inggris Sepakat Dukung Gencatan Senjata di Gaza
- RUU Tax Amnesty Tiba-tiba Masuk Prolegnas, Pengamat: Prioritas Saat Ini Justru RUU Perampasan Aset
- Bareskrim Polri Pulangkan DPO Judi Online Situs W88 dari Filipina
- KJRI Hamburg Jerman Resmi Melayani Permohonan Paspor Elektronik
- Koperasi Diminta Bergerak Ikut Bantu Pelaku UMKM dan Perangi Rentenir
- Pembangunan Kesehatan di Indonesia Berkembang, Hanya Saja Masih Menghadapi Kesenjangan dengan Negara Maju
Advertisement
Advertisement