Advertisement

BPNB DIY Gelar Lokakarya Melukis Topeng dan Storytelling Panji

Media Digital
Selasa, 25 Oktober 2022 - 15:47 WIB
Jumali
BPNB DIY Gelar Lokakarya Melukis Topeng dan Storytelling Panji Lokakarya Melukis Topeng dan Storytelling Panji - Ist

Advertisement

Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta (BPNB DIY) pada tahun anggaran 2022 menyelenggarakan kegiatan Lokakarya Melukis Topeng dan Storytelling Panji dengan tema REKA RUPA PANJI KITA.

Kegiatan ini merupakan bagian dari tugas pokok BPNB DIY dalam melaksanakan pelestarian terhadap aspek-aspek tradisi, kesenian, dan kesejarahan di wilayah kerjanya. Acara ini dilaksanakan sebagai bentuk dukungan terhadap kegiatan yang digelar oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Kediri yakni Selomangleng Performance Art. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 22 s.d. 23 Oktober 2022 bertempat di Hotel Grand Surya dan Goa Selomangleng, Kota Kediri, JawaTimur.

Advertisement

Total peserta sejumlah 49 anak yang duduk di bangku kelas 4 s.d. 6 Sekolah Dasar. Peserta terpilih merupakan perwakilan dari Kota/Kabupaten eks-Karesidenan Kediri. Masing-masing jumlah peserta adalah 7 peserta dari Kota Kediri, 7 peserta dari Kabupaten Kediri, 6 peserta dari Kota Blitar,7
peserta dari Kabupaten Blitar, 7 peserta dari Kabupaten Nganjuk, 8 peserta dari Kabupaten Tulungagung, dan 7 peserta dari Kabupaten Trenggalek.

Kisah Panji merupakan cerita asli Indonesia yang bermula dari tradisi lisan. Seiring waktu maka kisah Panji berkembang menjadi bentuk-bentuk seni yang lain, misalnya seni rupa, seni sastra, dan seni

pertunjukan. Kisah Panji yang memuat nilai-nilai universal menjadikannya sangat mudah diterima oleh masyarakat luas. Mutiara budaya dari Jawa Timur ini hingga kini telah dikenal di berbagai wilayah Indonesia bahkan hingga mancanegara, seperti Bali, Lombok, Sulawesi, Thailand, Vietnam, dan
Myanmar. Karena berawal dari tradisi lisan yang sudah melewati berbagai masa, maka cerita ini telah mengalami banyak gubahan dan menghasilkan beragam versi yang disesuaikan dengan budaya masyarakat penerimanya.

Secara umum, tema besar dari kisah Panji adalah kepahlawanan dan kasih sayang. Tokoh utamanya adalah Panji (Inu Kertapati) seorang pangeran dari Jenggala dan Candrakirana (Dewi Sekartaji) seorang putri Kediri.

Latar cerita bertempat di Jawa Timur khususnya Jenggala, Kediri, Urawan, dan Gagelang pada masa abad ke-12 Masehi. Namun, kisah ini berkembang seiring dengan tumbuhnya Majapahit di wilayah Nusantara. Kisah Panji merupakan gubahan yang mengacu pada peristiwa sejarah yang benar-benar terjadi di wilayah Jawa bagian Timur. Dapat dikatakan bahwa cerita Panji mengandung nilai kesejarahan yang dibalut secara fiksi sehingga lebih mudah dinikmati dan mampu berkembang luas di masyarakat.

Cerita Panji mempunyai otentisitas karya yang dibuat oleh para pujangga masa Kerajaan Majapahit. Nilai-nilai dari kisah Panji berpusat pada kasih sayang yang dipadukan dengan kepahlawanan. Kasih sayang tidak hanya antara manusia yang satu dengan lainnya, tetapi juga kepada Tuhan. Panji digambarkan berwatak berani dan membela yang lemah. Beberapa cerita rakyat yang popular sekarang diyakini merupakan turunan dari cerita Panji, antara lain Ande-ande Lumut, Keong Emas, dan Golek Kencana. Keragaman turunan kisah Panji ini menjadi kekayaan budaya yang seharusnya tetap lestari.

Peninggalannya tidak hanya berupa artefak yang tertuang dalam berbagai relief di candi-candi, tetapi juga beragam jenis kesenian. Salah satunya adalah topeng Panji yang berkembang di berbagai wilayah. Secara umum topeng sendiri merupakan jenis kesenian yang telah dikenal oleh manusia
Nusantara sejak masa prasejarah. Terkait dengan kisah Panji, topeng dalam seni pertunjukan mempunyai hubungan erat dengan kisah Panji khususnya di wilayah JawaTimur.

Dalam konsepsi budaya Jawa topeng memiliki makna sebagai kasunyatan (kenyataan) mengenai manunggaling jiwa lan raga (bersatunya jiwa dan raga) atau refleksi bahwa manusia dan semesta adalah kesatuan hakikat ilahi.

Acara hari pertama berlangsung di Ballroom Tegowangi Hotel Grand Surya, Kota Kediri. Laporan kegiatan disampaikan oleh Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta Dra. Dwi Ratna Nurhajarini, M. Hum.

Selanjutnya acara dibuka oleh Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar, S.E. dengan didampingi oleh Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Kediri Zachrie Ahmad, S.Sos., M.M.

Sebelum peserta melukis topeng, terlebih dahulu dilakukan pemberian materi mengenai pengenalan topeng Panji dan teknik dasar melukis yang disampaikan oleh narasumber Ida Sulistyawati, S.Sn. Pembukaan kegiatan dimeriahkan oleh penampilan Sanggar Budaya Nusantara dari Kota Kediri yang membawakan 2 (dua) tarian berjudul Gemrantang Jati dan Cethetan Selomangleng.

Peserta melaksanakan praktek melukis topeng selama 4 jam yang hasilnya kemudian dinilai oleh dewan juri untuk menentukan 10 karya lukis topeng yang terbaik.

Acara hari kedua adalah penutupan kegiatan yang dimeriahkan oleh penampilan storytelling dari Sanggar Merah Putih pimpinan Nono Mudjiono dengan pendongeng Tsania Rasyada dan tim musik Thoha Khadafi, Khadieq, dan W. Sugeng. Dongeng yang diangkat merupakan cerita rakyat Kediri yakni Cindelaras. Dongeng tersebut menceritakan tentang Dewi Candrakirana yang terusir dari istana karena fitnah Dewi Galuh Ajeng. Selanjutnya, para peserta diberangkatkan menuju ke Goa Selomangleng untuk turut menyaksikan kegiatan Selomangleng Performance Arts sekaligus pengumuman pemenang lomba lukis topengPanji.

Penilaian karya lukis topeng mempertimbangkan 4 (empat) unsur penilaian, yakni orisinalitas, kreativitas dan ekspresi, eksekusi karya, dan kerapian. Dewan Juri lomba terdiri dari 3 (tiga) pakar sesuai bidangnya masing-masing, yakni Drs. SIgit Widiatmoko, M.Pd., Ambarwati S.Sn., dan Dyah Purnawati, S.Pd. yang mewakili dari unsur akademisi, pelaku budaya pemakai topeng Panji, dan seniman seni rupa.

Para pemenang diberikan penghargaan berupa tropi dan uang pembinaan. Berikut adalah daftar para pemenang, daerah asal perwakilan, beserta uang pembinaan yang diterima:

1) Karya Terbaik I dengan uang pembinaan Rp. 4.000.000,-: Aretha Rahmadita Wijianto (Kabupaten Tulungagung)
2) Karya Terbaik II dengan uang pembinaan Rp. 3.500.000,-: Elvaretta Delinda Ramadhani
(Kabupaten Kediri)
3) Karya Terbaik III dengan uang pembinaan Rp. 3.000.000,-: Berlyannovta Verrentia Putri
(Kabupaten Blitar)
4) Karya Terbaik IV dengan uang pembinaan Rp. 2.500.000,-: Masyita Cantika Putri Tuhulele (Kota
Kediri)
5) Karya Terbaik V dengan uang pembinaan Rp. 2.000.000,-: Charlene Inggrit Naomy (Kabupaten
Blitar)
6) Karya Terbaik VI dengan uang pembinaan Rp. 1.500.000,-: Carissa Selvira Putri Wijanarko
(Kabupaten Tulungagung)
7) Karya Nominasi I dengan uang pembinaan Rp. 1.000.000,-: Neva Almira Sawitri (Kabupaten
Kediri)
8) Karya Nominasi II dengan uang pembinaan Rp. 1.000.000,-: Salsabila Octaviana Fitri Nurrachman
(Kabupaten Nganjuk)
9) Karya Nominasi III dengan uang pembinaan Rp. 1.000.000,-: Aurelia Meriyani (Kabupaten
Trenggalek)
10) Karya Nominasi IV dengan uang pembinaan Rp. 1.000.000,-: Titania Aurell Triagustin (Kota Blitar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal KA Bandara YIA Kulonprogo-Stasiun Tugu Jogja, Jumat 29 Maret 2024

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 01:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement