Gagal Ginjal Akut Merebak di DIY, Ini Penjelasan Lengkap Dokter Spesialis Anak
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA -- Kasus penyakit gagal ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI) yang ditemukan di DIY belum diketahui penyebabnya. Penyakit yang sudah menimbulkan banyak korban jiwa pada anak ini tergolong baru dan masih misterius.
Dokter Spesialis Anak Wikan Indrarto menjelaskan AKI dapat diartikan sebagai penurunan cepat pada fungsi filtrasi ginjal. Kondisi ini biasanya ditandai oleh peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau azotemia (peningkatan konsentrasi BUN) atau penurunan sampai tidak ada sama sekali produksi urin.
Advertisement
BACA JUGA : Lima Anak di DIY Meninggal Dunia Akibat Gagal Ginjal Akut
Ia menilai perubahan terminologi dari Gagal Ginjal Akut (GGA) menjadi AKI bertujuan untuk meningkatkan deteksi dini agar dapat dilakukan intervensi segera. Pada konsep yang dipakai sekarang, AKI memiliki spektrum klinis luas, mulai dari perubahan minor pada penanda fungsi ginjal sampai dengan kondisi yang membutuhkan Terapi Pengganti Ginjal (TPG).
“Perubahan konsep ini dilakukan karena adanya bukti bahwa perubahan kecil dalam fungsi ginjal dapat memiliki efek yang serius untuk jangka panjang, dan intervensi dini dapat memperbaiki luaran atau prognosis,” katanya kepada Harianjogja.com, melalui ponselnya, Selasa (18/10/2022).
Beberapa laporan di dunia menunjukkan insidens bervariasi antara 0,5- 0,9% pada komunitas, 0,7-18% pada pasien yang dirawat di rumah sakit, hingga 20% pada pasien yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU), dengan angka kematian dari seluruh dunia berkisar 25% hingga 80%.
Ia menambahkan meskipun kemajuan dalam diagnosis dan staging AKI dengan emergensi biomarker menginformasikan tentang mekanisme dan jalur dari AKI, tetapi mekanisme AKI berkontribusi terhadap peningkatan mortalitas dan morbiditas pada pasien rawat inap masih belum jelas. Perkembangan deteksi dini telah ditingkatkan melalui pengembangan definisi universal dan spektrum staging.
Gagal ginjal akut ini bukan merupakan penyakit primer dan tidak mungkin terjadi tanpa penyakit lain yang mendasarinya. Penyakit yang mendasari sangat beragam dan berbeda antar kelompok usia anak-anak. Pada kelompok Balita penyebabnya di komunitas adalah gangguan hemodinamik misal akibat diare dengan dehidrasi, syok pada infeksi dengue, dan kelainan kongenital ginjal dan saluran kemih yang berat.
“Sedangkan pada anak lebih besar sampai remaja, komunitas lebih banyak disebabkan oleh penyakit ginjal seperti glomerulonefritis akut. Profil pasien anak dengan gagal ginjal akut menunjukkan keseragaman berupa gejala prodromal seperti demam, gejala saluran cerna dan gejala saluran pernapasan,” katanya.
Hal ini dapat menjadi petunjuk dugaan penyebab AKI berupa adanya suatu infeksi di awal dan kemudian mengalami komplikasi. Proses infeksi terjadi melibatkan mekanisme imunologi yang bervariasi dan kompleks, tergantung pada mikroorganisme (agent) penyebabnya maupun genetik dari pejamu (host) serta lingkungan.
“Penyakit ini ditemukan sebagian besar pada anak laki-laki dengan usia di bawah enam tahun tanpa riwayat komorbid. Kasus tersebut pola perjalanan penyakitnya tidak lazimnya terjadi pada kelompok usia anak di bawah enam tahun dan progresifitasnya tergolong cepat, sehingga membutuhkan intervensi segera,” katanya.
Kemiripan lainnya dari profil kasus-kasus yang dilaporkan adalah ditemukannya antibodi SARS-CoV-2 positif pada mayoritas pasien yang belum mendapatkan vaksinasi COVID-19 sebelumnya dan tidak pernah diketahui mengalami infeksi COVID-19 baik bergejala ringan atau tidak bergejala. Oleh karena itu, selain patogen umum yang telah diketahui memiliki tropisme di ginjal, diduga kemungkinan mengenai infeksi SARSCoV-2 sebagai patogen khusus yang menyebabkan gagal ginjal akut, maupun reaksi hiperinflamasi pasca infeksi SARS-CoV-2 pada pasien anak pasca COVID-19 yang dikenal sebagai Multisystem Inflammatory In Children (MIS-C).
“Manifestasi klinis Covid-19 terutama adalah demam, batuk dan diare. Meskipun sebagian besar pasien bergejala ringan, sekitar sepertiga pasien mempunyai gejala berat dengan beberapa komplikasi syok septik, Acute Respiratory Distress Syndrome, gagal ginjal akut dan kematian,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
- Polisi Tembak Polisi hingga Tewas di Solok, Polda Sumbar Dalami Motifnya
- Eks Bupati Biak Ditangkap Terkait Kasus Pelecehan Anak di Bawah Umur
- Profil dan Harta Kekayaan Setyo Budiyanto, Jenderal Polisi yang Jadi Ketua KPK Periode 2024-2029
- Pakar Hukum Pidana Nilai Penetapan Tersangka Tom Lembong Masih Prematur
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Inggris Dukung Indonesia Tambah Kapal Tangkap Ikan
- Presiden Prabowo dan PM Inggris Sepakat Dukung Gencatan Senjata di Gaza
- RUU Tax Amnesty Tiba-tiba Masuk Prolegnas, Pengamat: Prioritas Saat Ini Justru RUU Perampasan Aset
- Bareskrim Polri Pulangkan DPO Judi Online Situs W88 dari Filipina
- KJRI Hamburg Jerman Resmi Melayani Permohonan Paspor Elektronik
- Koperasi Diminta Bergerak Ikut Bantu Pelaku UMKM dan Perangi Rentenir
- Pembangunan Kesehatan di Indonesia Berkembang, Hanya Saja Masih Menghadapi Kesenjangan dengan Negara Maju
Advertisement
Advertisement