Advertisement
Produk Turunan Sapi Tidak Boleh Masuk NTT, Ini Kata Peritel
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengeluhkan pelarangan produk olahan dari sapi oleh Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak sepekan ini.
Sebagai konteks, pelarangan tersebut harus diambil Pemda NTT lantaran mengkhawatirkan masuknya penyakit mulut dan kuku (PMK) ke daerahnya.
Advertisement
Ketua Umum Aprindo, Roy Nicholas Mandey, mengatakan meski belum memerinci kerugian pengusaha, peritel mengaku kecewa lantaran Pemda NTT tidak berkoordinasi dengan pengusaha terkait larangan tersebut.
“Artinya begini, kalaupun itu bagian suatu pelarangan mestinya ada koordinasi antara pemda dan pusat, BPOM misalnya dan lainnya. Karena harus diverifikasi, daging apa yang masuk kesana yang kemudian memberi dampak. Akhirnya ini yang membuat barang itu kosong, daging sapi dan turunannya,” ujar Roy saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Minggu (25/9/2022).
BACA JUGA: Freeport Indonesia Buka Lowongan Kerja, Gajinya Tak Main-Main!
Dia menambahkan, Aprindo terus berkoordinasi dengan Kemendag dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait pelarangan tersebut. Menurutnya, pelarangan tersebut seharusnya disertai kajian agar tidak merugikan masyarakat.
“Masyarakat kan menanyakan kami. Kenapa gak ada susu, gak ada abon, gak ada yoghurt. Kan, kesulitannya di kami nanti selain juga menggerus produktivitas kami,” jelas Roy.
Pelarangan produk turunan sapi tersebut sendiri diketahui tertuang dalam Instruksi Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor Nomor 2 tahun 2022 tentang Pencegahan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Beleid tersebut dikeluarkan pada 16 Agustus 2022 dan ditandatangani Gubernur NTT Viktor Laiksodat.
“Melakukan pelarangan sementara terhadap pemasukan ternak sapi, kerbau, kambing, domba dan babi serta produk segar maupun olahan asal ternak [daging, susu, semen dan kulit] dari daerah tertular Penyakit Mulut dan Kuku dan/atau daerah transit yang tertular PMK ke wilayah Provinsi Nusat Tenggara Timur, dikecualikan terhadap susu bubuk, untuk bayi di bawah dua tahun [baduta] dan anak di bawah limat tahun [balita] dari pabrik yang telah mendapatkan registrasi Balai Pengawas Obat dan Makanan [BPOM] dan telah memiliki hasil pemeriksaan dengan metodel Polymerase Chain Reaction (PCR) bebas PMK dari laboratorium rujukan Pusat Veteriner Farma [Pusvetma] Surabaya,” tulis beleid tersebut.
BACA JUGA: Hadiri Pemakaman Shinzo Abe, Ini Agenda Wapres Ma'ruf Amin di Jepang
Roy melanjutkan, pelarangan tersebut juga sempat diberlakukan oleh Provinsi Papua sebulan sebelumnya.
“Kami berharap pelaku usaha diberi penjelasan, bukan hanya diinstruksikan oleh Instruksi Gubernur atau daerah. Kami diajak komunikasi, supaya kami bisa menjelaskan ke masyarakat. Karena yang ditanyakan kami, bukan ke pemda,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Erupsi Lagi, Gunung Semeru Semburkan Awan Panas Guguran
- Ini Profil Keseharian Harvey Moeis Suami Sandra Dewi yang Terseret Korupsi PT Timah
- Perbaikan Jalur Pantura Demak-Kudus Ditarget Rampung Sebelum April 2024
- Gugatan Sengketa Pilpres, Mahfud MD Serukan Kembalian Maruah MK
- PGI Meminta Agar Kasus Kekerasan di Papua Diusut Tuntas
Advertisement
Jadwal Imsak dan Buka Puasa Wilayah Jogja dan Sekitarnya, Jumat 29 Maret 2024
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Kejagung Tetapkan Harvey Moeis Suami Artis Sandra Dewi Jadi Tersangka Korupsi Timah
- Prabowo Akan Pasang Foto SBY di Istana Presiden Baru
- AHY Sebut Prabowo Minta Demokrat Siapkan Kader Terbaik untuk Duduk di Kabinet
- BMKG Prediksi Cuaca Kota Besar di Indonesia Cenderung Kondusif
- Korlantas Siapkan Rekayasa Antisipasi 70 Juta Kendaraan Mudik Lebaran 2024
- Jembatan di Baltimore AS Ambruk Ditabrak Kapal, Enam Orang Hilang, Kemenlu RI Pastikan Tidak Ada Korban WNI
- Berikan Diskon Tambah Daya di Bulan Ramadan, PLN Dorong Petumbuhan Ekonomi
Advertisement
Advertisement