Advertisement
Permintaan Batik Naik, Kota Pekalongan Siapkan Sentra Bahan Baku

Advertisement
Harianjogja.com, SEMARANG — Pemerintah Kota Pekalongan mencatat kenaikan permintaan batik setelah dioperasikannya pintu keluar Tol Trans Jawa yang berlokasi tak jauh dari Pasar Grosir Batik Setono.
"Inovasi dari pengusaha batik di Pekalongan ini justru kemarin yang paling laris di masa pandemi itu daster. Waktu itu luar biasa," jelas Achmad Afzan Arslan Djunaid, Wali Kota Pekalongan, Selasa (20/9/2022).
Advertisement
Tingginya permintaan daster bermotif batik itu memberi harapan tersendiri. Namun demikian, Achmad mengungkapkan ada beberapa persoalan yang kini masih dihadapi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Salah satu kendala yang dihadapi adalah kenaikan harga bahan baku batik.
"Bahasa para pengusaha itu ganti harga. Karena naiknya sudah terlalu tinggi. Mungkin ada beberapa perencanaan di kita mau bikin material center, semacam koperasi, untuk mengendalikan harga bahan baku batik. Seperti mori, obat, dan bahan baku lilinnya," jelas Achmad.
Pemerintah Kota Pekalongan juga terus berupaya untuk meningkatkan daya saing batik khasnya. Salah satunya dengan mewajibkan Aparatur Sipil Negara (ASN) di wilayah tersebut untuk mengenakan batik Pekalongan. Achmad bahkan mengajukan permohonan khusus ke Kementerian Dalam Negeri untuk memperbolehkan seragam ASN dengan aksen batik di wilayah Kota Pekalongan.
"Kita juga ciptakan brand lagi untuk batik, yaitu sarung batik. Yang kita pakai setiap ASN kita, setiap hari Jumat. Bawah batik atas menyesuaikan," jelas Achmad. Tak hanya ASN, sektor perkantoran di Kota Pekalongan juga didorong untuk ikut mengenakan batik sebagai seragam hariannya.
"Sengaja kita tidak seragam, monggo bebas. Jadi mereka bisa beli di UMKM. Kalau kita seragam nanti dengan jumlah yang banyak ya pesannya di juragan-juragan pengusaha besar lagi, kita ingin menghidupkan bersama UMKM kita," ucap Achmad.
Sebelumnya, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM (Dinkop-UMKM) Provinsi Jawa Tengah Ema Rachmawati, menyebut minimnya kesiapan ekosistem UMKM di wilayah itu jadi salah satu masalah yang mesti diuraikan. Pekalongan dan Solo misalnya, jadi dua wilayah yang identik dengan batik. "Padahal potensi batik kita ada di 35 Kabupaten dan Kota. Berarti ada ekosistem yang belum tergarap serius," ujarnya beberapa waktu lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Penerima Bansos Terlibat Judol, Wakil Ketua MPR: Layak Diganti
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 12 Juli 2025: Dari Tom Lembong Sampai Harganas
- Pangkas Birokrasi Federal, Donald Trump Pecat 1.300 Pegawai Departemen Luar Negeri
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
Advertisement

Jalan Trisik Penghubung Jembatan Pandansimo di Kulonprogo Rusak Berat Akibat Truk Tambang
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- BGN Minta Anggaran Makan Bergizi Gratis Ditambah Jadi Rp335 Triliun
- Polda Metro Jaya Targetkan Penyelidikan Kasus Kematian Diplomat Staf Kemenlu Rampung dalam Sepekan
- Hasil Penulisan Ulang Sejarah Bakal Diuji Publik 20 Juli 2025
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid Diduga Sudah Berada di Singapura, Kejagung Masukkan ke Daftar Cekal
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Jaksa Sebut Tom Lembong Tak Terima Uang, Tapi Kebijakannya Untungkan 10 Pihak
Advertisement
Advertisement