Advertisement
Inflasi di Jateng Turun hingga di Bawah Nasional

Advertisement
SEMARANG - Pada bulan Juni lalu Badan Pusat Statistik mencatatkan tingkat inflasi di Jawa Tengah mencapai 4,97 persen. Dengan penyebab utama karena kenaikan harga kebutuhan pokok. Setelah beberapa langkah dilakukan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, di bulan Juli inflasi Jateng berhasil turun 0,69 menjadi 4,28 persen.
Kepala BPS Jateng Adhi W mengatakan, pada Juli inflasi Jateng lebih rendah dibanding nasional 0,64 persen. Di Jateng sendiri dari enam kota dengan Indeks Harga Konsumen atau IHK paling tinggi. Di antaranya Kota Semarang dan Kota Tegal yang mencapai 0,59 persen. Namun secara tahun ke tahun, inflasi terbesar ada di Cilacap yaitu 6,78 persen, Solo 6,63 persen dan Tegal 6,56 persen. Artinya, di Semarang lebih rendah secara tahun ke tahun 4,87 persen.
Advertisement
"Tapi secara umum, seluruh kota di IHK itu semua alami inflasi. Karena memang ada momen tertentu seperti penyesuaian harga BBM baik Pertaminadex atau Dexlite," ujarnya via sambungan telepon.
Adhi menjekaskan komoditas penyebab inflasi si Jateng adalah cabai merah, bawang merah, tarif angkutan umum, angkutan udara, dan rokok kretek.
Dia juga menambahkan, untuk kondisi inflasi dan deflasi tergantung tiga faktor yakni uang beredar yang mana Juli lalu ada tunjangan gaji 13 sehingga uang beredar pun lebih banyak, mobilitas seperti nanti 17 Agustus, serta uang sekolah yang gratis, dan lainnya.
Harapannya di Agustus nanti kalau terjadi inflasi tidak terlalu besar. Setidaknya bisa di angka 0,2 persen atau bisa deflasi. "Ini juga tidak hanya kebijakan di Jateng tapi juga kebijakan nasional. Kalau harga bensin bisa turun, mudahan bisa terjadi deflasi," ucapnya.
Penurunan inflasi di Jateng tak lepas dari upaya Gubernur Ganjar Pranowo yang memerintahkan jajarannya di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk turut serta menekan laju inflasi dengan melakukan operasi pasar di enam daerah, yaitu Kota Semarang, Surakarta, Tegal Purwokerto, Kudus dan Cilacap.
Selain itu, Ganjar juga meminta Kadin Jateng untuk mengevaluasi kebutuhan dunia dagang dan industri saat ini. Khususnya dalam menyikapi kondisi VUCA (volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) yang sedang terjadi. Dalam hal ini Kadin diminta untuk bisa mendesain bersama dengan dinas-dinas terkait agar dapat keluar dari kondisi sulit.
Ganjar juga menggerakkan BUMD, misalnya PT Citra Mandiri Jawa Tengah (CMJT) Perseroda dengan memberikan penugasan public service obligation (PSO) agar meng-cover beberapa komoditas yang berpotensi naik harga. Begitu juga terkait potensi kenaikan harga gas dan pupuk.
Ganjar juga mendorong petani untuk bisa membuat pupuk sendiri. Ganjar mengatakan, hari ini masyarakat perlu diajari untuk memanfaatkan lahan yang ada di sekitar rumahnya. "Maka kita hati-hati. Umpama minyak, pertalite ini mau naik apa nggak. Kalau naik berarti menjadi satu kebijakan dan pasti akan mendorong inflasi. Maka saya minta mereka (Kadin) terjun," kata Ganjar.
Sementara itu Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro Fx Sugiyanto mengatakan, meski mengalami penurunan, Pemerintah Provinsi Jateng mesti harus selalu waspada. "Kita perlu siap-siap untuk kemungkinan yang buruk, walaupun itu belum terlalu buruk dibandingkan banyak negara," kata Sugiyanto ditemui di kantor Bank Indonesia Semarang, Selasa (2/8/2022).
Selain itu, ada juga tantangan yang menurut FX Sugiyanto mengkhawatirkan. Terutama tentang harga bahan pangan yang bergantung pada impor. Jadi menurutnya ada dua komoditas yang menentukan. Namun pada sisi yang lain sebetulnya masih cukup baik yaitu Bank Indonesia belum mendorong kenaikan suku bunga. Walaupun di banyak negara lain itu sudah cukup meningkat.
"Tapi ini, sekaligus merupakan indikasi bahwa inflasi kita akan sangat terpengaruh oleh pasokan barang pangan dan energi. Itu cost plus yaitu inflasi karena dorongan biaya," tambahnya.
Dia berharap tidak ada kegagalan panen karena itu akan sangat membantu untuk menahan inflasi agar tidak meningkat dengan tajam. Harapannya juga akan dibuka ekspor dari Ukraina untuk bahan makanan, sehingga paling tidak akan lebih mengerem laju kenaikan inflasi. "Jadi dua sisi itu lebih pada sisi penawaran, bukan pada permintaannya," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Hasil Pemeriksaan Kecelakaan Pesawat Udara Air India, Kedua Mesin Mati di Udara Setelah Lepas Landas
- Penerima Bansos Terlibat Judol, Wakil Ketua MPR: Layak Diganti
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 12 Juli 2025: Dari Tom Lembong Sampai Harganas
- Pangkas Birokrasi Federal, Donald Trump Pecat 1.300 Pegawai Departemen Luar Negeri
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
Advertisement

10 SD Tidak Dapat Murid Baru di Gunungkidul Tak Langsung Ditutup
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Hasil Penulisan Ulang Sejarah Bakal Diuji Publik 20 Juli 2025
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid Diduga Sudah Berada di Singapura, Kejagung Masukkan ke Daftar Cekal
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Jaksa Sebut Tom Lembong Tak Terima Uang, Tapi Kebijakannya Untungkan 10 Pihak
- Aceh Diguncang Gempa Magnitudo 5,1, Begini Penjelasan BMKG
- Begini Alur Kuota Haji 2026 dari Arab Saudi untuk Indonesia, Kata Istana
Advertisement
Advertisement