Advertisement

137 Ibu Hamil di Boyolali Terdeteksi Hepatitis B

Nimatul Faizah
Kamis, 28 Juli 2022 - 01:07 WIB
Jumali
137 Ibu Hamil di Boyolali Terdeteksi Hepatitis B Ilustrasi. - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, BOYOLALI – Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali mencatat hingga Rabu (27/7/2022) ada 137 ibu hamil (bumil) di wilayahnya terdeteksi hepatitis B.

Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti, mengungkapkan, jumlah tersebut masih lebih sedikit dibanding pada 2021 yakni 217 kasus hepatitis B.

Advertisement

“Hepatitis itu sama seperti HIV/AIDS dan TBC, jadi seperti fenomena gunung es. Jumlah 137 itu kami dapat karena adanya screening yang dilakukan pada ibu hamil,” ungkap Puji lewat sambungan telepon WhatsApp, Rabu (27/7/2022).

Puji mengatakan selama ini memang ada prosedur pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk ibu hamil seperti pemeriksaan HIV/AIDS dan hepatitis.

Lebih lanjut, Puji mengatakan penanganan hepatitis B yang terdeteksi pada ibu hamil adalah dengan cara membantu meningkatkan daya tahan tubuh ibu hamil.

“Paling tidak persalinannya nanti bisa dipersiapkan, semisal tidak boleh alatnya bersamaan dengan persalinan lain. Intinya kami melakukan screening agar proses persalinan nanti aman untuk ibu dan anak,” terang Puji.

Selain 137 kasus hepatitis B pada bumil, Puji juga mengungkapkan berdasarkan data dari Dinkes Boyolali ada 17 kasus hepatitis C.

Data tersebut didapat berdasarkan dari diagnosa pasien di rumah sakit. Menurut Puji, hepatitis cukup mengancam. Ia mengatakan orang yang terkena hepatitis kronis, maka fungsi liver dan ginjalnya bisa terganggu.

Ketika fungsi liver terganggu, lanjut Puji, maka tubuh akan kehilangan tempat untuk membersihkan racun-racun yang masuk.

Untuk mencegah terkena hepatitis, Puji mengimbau masyarakat untuk melaksanakan protokol kesehatan dan menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

“Jadi jangan lupa cuci tangan memakai sabun sebelum makan, kemudian bersihkan alat makan saat kita makan di tempat umum. Hepatitis kan inti pencegahannya prokes, itu dari virus kan? Jadi titik konsentrasi pencegahannya perbaiki imunitas, PHBS, dan prokes,” kata dia.

Lebih lanjut, Puji menjawab berkaitan dengan kepercayaan masyarakat bahwa penderita penyakit hepatitis masih dapat menularkan bahkan setelah meninggal.

Ia mengungkapkan hal tersebut tidak benar. Puji mengungkapkan virus hepatitis akan mati setelah beberapa jam.

Menurut Puji, virus membutuhkan inang untuk mereplikasi diri. Namun, ketika sang inang sudah mati, maka virus tidak bisa hidup.

“Namun, kami di Dinkes kan tetap berjaga-jaga. Jadi ada penanganan khusus untuk jenazah kasus infeksius seperti yang memandikan memakai sarung tangan, dan lain-lain. Apapun penyakit infeksiusnya, enggak hanya hepatitis, tapi juga Covid-19, dan HIV/AIDS,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Kereta Prameks Jogja-Kutoarjo, Jumat 29 Maret 2024

Jogja
| Jum'at, 29 Maret 2024, 03:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement