Advertisement
Indonesia Bisa Keluar dari Krisis Covid-19 Tahun Ini, Ini Syaratnya
Tenaga kesehatan mendorong brankar dari ruangan bekas isolasi pasien Covid-19 di Rumah Sakit Aisyiyah, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (26/8/2021). Rumah sakit setempat menutup ruang isolasi untuk pasien Covid-19 menyusul turunnya angka kasus Covid-19 di wilayah itu, sementara jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 per 26/8/2021 sebanyak 29 orang, lima orang diantaranya dirawat dan 24 orang isolasi mandiri. - Antara
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Indonesia menghadapi gelombang ketiga Covid-19 akibat merebaknya varian Omicron. Namun, Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman memprediksi Indonesia bisa keluar dari situasi krisis Covid-19 pada akhir 2022.
Dicky mengatakan durasi pandemi biasanya berlangsung 4 hingga 6 tahun. Menurutnya, dengan adanya vaksin dan banyak negara mulai memahami bagaimana mengendalikan pandemi, akhir tahun ini Indonesia diprediksi dapat keluar dari krisis Covid-19.
Advertisement
“Akhir tahun ini saya rasa kita sudah dapat memulai keluar dari situasi krisis, nanti itu akan ada gelombang-gelombang, tapi akan kecil sekali,” ujar Dicky saat dihubungi oleh JIBI, Jumat (4/2/2022).
Meskipun demikian, dia menegaskan bahwa kondisi tersebut juga tergantung dari kecepatan vaksinasi Covid-19 dan vaksin booster. Melihat mutasi yang terus terjadi, Dicky melanjutkan bahwa ke depannya perlu ada vaksinasi dosis lanjutan, terutama untuk kelompok rentan dan anak-anak.
“Prediksi saya nanti vaksin bukan yang disuntik lagi, tapi secara nasal, ditetes atau semprot, itu lebih efektif untuk proteksi,” ujarnya.
Menurutnya, Covid-19 nantinya tidak akan seperti flu biasa, tapi tetap menjadi penyakit serius seperti virus Corona jenis lainnya. “Dapat terus menjadi pandemic ataupun epidemic,” terang Dicky.
Epidemiolog di London School of Hygiene & Tropical Medicine Sebastian Funk mengatakan bahwa virus itu tidak mungkin hilang sepenuhnya, Covid-19 pasti akan menjadi penyakit endemik.
“Saya pikir itu adalah harapan bahwa perilaku umum entah bagaimana menuju situasi di mana kita memiliki begitu banyak kekebalan dalam populasi sehingga kita tidak akan lagi melihat epidemi yang sangat mematikan,” kata Funk melansir dari Nature.
Jadi, dapat dikatakan juga tergantung pada daerah ataupun negara itu sendiri dalam mengatasi virus Corona.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Badan Geologi Pantau Ketat 127 Gunung Api Aktif di Indonesia
- Libur Nataru, KLH Prediksi Sampah Nasional Naik 59 Ribu Ton
- Lebih dari 4 Juta Senjata Beredar, Australia Luncurkan Buyback Nasion
- KPK Tangkap Enam Orang dalam OTT di Kalimantan Selatan
- Kakak Sulung Berpulang, Unggahan Atalia Praratya Mengharukan
Advertisement
Advertisement
Sate Klathak Mbah Sukarjo Hadirkan Kuliner Khas di Pusat Kota
Advertisement
Berita Populer
- Siswa dari 106 Kabupaten di 27 Provinsi Daftar SMA Kolese De Britto
- UII Peduli, Tim Medis FK UII Bantu Korban Bencana di Tapanuli
- 2 Jaksa Kejari Hulu Sungai Utara Diduga Memeras, Ini Jumlahnya
- Harga Emas Antam Naik Rp8.000 per Gram pada Sabtu 20 Desember 2025
- Inflasi DIY Berpotensi Naik Jelang Libur Natal dan Tahun Baru
- Bek Muda PSIM Jogja Ikuti Program EPA Future Star di Spanyol
- Pemkab Sleman Usulkan Mrican Segmen 2 Masuk Proyek Strategis Nasional
Advertisement
Advertisement




